Usaha berpolemik kembali mengenai Sadaka yang maknanya sudah final ada baiknya menekankan pada ulasan dibawah ini daripada merobah tatanan konsep yang sudah lumrah kita terima beratus-ratus tahun mengenai Trisadaka dengan berbagai tafsir jaman now.
Apramāda ngaranya tan palêh palêha, pong-pongên ikang urip sādhana ning magawaya yogasamādhi, hawya hinêlem-hêlêm, gawayakena tekang sādhana.
Sādhana ngaranya makamārga daçaçila, umangunakên ikang yoga, yatika ummungguh lawan inung gwan ngaranya. Ika ta sang prayatna gumawayakên ikang rwaçila, lawan jnāna, yatika tan pramada ngaranya.
Yang bernama apramāda, ialah tidak segan-segan menggunakan hidup itu sebagai Sadhana guna melakukan yoga dan samadhi. Janganlah mengundur-undur melakukan Sadhana itu. Sadhana namanya, jalan melakukan yoga dengan berdasarkan Dasasila (sepuluh bagian dari Yama dan Niyama Brata), yang menegakkan yoga itu, itulah yang disebut bertempat dan ditempati. Orang yang melakukan dengan cermat kedua itu, kesusilaan (çila) dan kebijaksanaan (jnana), ia disebut tidak mengabaikan kewajiban (pramāda).
-Kutipan Wrhaspati Tattwa oleh I.B.O. Puniyatmadja, th 1976-
Jadi yang bisa disebut Sadaka adalah ia yang telah menjalankan proses hidup Sadhana sehingga disebut Sadaka. Sehingga ini menjadi watak seorang Wiku yang menghargai ajaran Guru/Nabe-nya dan secara cermat menjalani Sila serta memiliki Kebijaksanaan yang melebihi orang biasa. Inilah yang menyebabkan banyak orang yang memiliki silsilah untuk menjadi sadaka memilih absen karena merasa tidak siap melakukan sadhana karena disana dituntut “perfect” atau sempurna. Oleh karena akan menjadi panutan orang luas.
Adalah solusi bebas polemik dengan adanya Sarwa Sadaka dan juga pemekaran ke Punduk Dawa. Jadi memang ada hal-hal yang tidak bisa kita kritisi seenaknya karena menyangkut sebuah kebiasaan atau dresta yang telah diterima beratus-ratus tahun. Jangan karena alasan era modern dan demokrasi kedepan juga konsep misal Kabayan (Orang Suci Agung yang diangkat dari garis silsilah tertentu) atau yang serupa dengan itu juga hendak dibicarakan ulang. Ada banyak hal demikian di Bali. Maka itu hendaknya tidak diutak-atik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar