By: Menachem Ali
Airlangga University
1. Prof. Sheldon Pollock menegaskan adanya "Sanskrit Cosmopolis" dalam karyanya yang berjudul "The Language of the Gods in the World of Men: Sanskrit, Culture and Power in pre-Modern India (University of California Press, 2006).
2. "Sanskrit Cosmopolis" dapat dibuktikan melalui kajian inskripsi, linguistik diakronis, dan kajian sastra keagamaan.
3. "Sanskrit Cosmopolis" membuktikan adanya migrasi teks Sanskrit ke Asia Tenggara dan migrasi teks Sanskrit dalam budaya Semit (Asia Barat).
INSKRIPSI "BOGHAZKOI" (1400 BC).
1. Inskripsi perjanjian antara Suppiluliuma, raja Hitti dan Mattiwaza, raja Mitani, ditulis dalam bahasa Akkadia.
2. Tertulis nama-nama para dewa: "Mitra", "In-da-ra", "Varuna" dan "Natasya" (lihat Rig-Veda I.64.46).
Indram, Mitram, Varunam, Agnim ahur
athodivyah sa suparno Garutman
ekam sad vipra bahudha vadanti
Agnim Yamam Matarisvanam ahuh
SRIMAD BHAGAVATAM, TABLET EPIK GILGAMESH (BABEL) DAN BIBLE
1. Peristiwa banjir besar tercatat dalam teks keagamaan rumpun Arya dan Semit, yakni kitab Srimad Bhagavatam Purana, Epik Gilgamesh dan Bible (Sefer Bereshit).
2. Intertekstualitas pada level tekstual dan pada level tradisi. Ada 4 opsi dalam membahas kesejajaran narasi "BANJIR BESAR" yang meliputi seluruh bumi.
* Epik Gilgamesh mengadopsi dari Bible
* Bible mengadopsi dari Epik Gilgamesh
* Keduanya mengadaptasi dari sumber yang sama.
* Srimad Bhagavatam Purana sbg sumber.
LINTAS TRADISI: MANU - NOACH - NUH
1. Semua teks dari berbagai latar agama yang bermacam-macam, sebenarnya merekam "the great heritage" yang sumbernya berasal dari Yang Maha Agung yang mengisahkan tentang keturunan orang yang saleh, yang naik ke bahtera Nuh. Itulah sebabnya kita dapat berkata: אנחנו בני אב אחד - Anahnu b'nei Av echad (Kita berasal dari Bapa yang satu), yakni Nuh atau Manu, dan dialah sebenarnya nenek moyang kita semua.
2. Agama-agama Abrahamik yang merujuk pada 3 agama besar, yakni Yahudi, Kristen dan Islam faktanya memang belum lahir dalam pentas sejarah.
3. Kitab Manu Smriti-veda sebagai kitab hukum memang diwahyukan TUHAN dan diterima oleh Manu pasca peristiwa banjir besar yang menenggelamkan seluruh bumi. Manu saat itu mempunyai 3 orang putra; dalam teks Vedic Sanskrit namanya disebut Charma, Sharma, dan Yapeti; dan dalam teks Septuagint Yunani dan teks Vulgata Latina - nama mereka disebut dengan nama Cham, Sem, Iapheth (Genesis 7:13). Sementara itu, dalam kitab تنوير المقباس من تفسير ابن عباس (Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibni 'Abbas) nama-nama bertradisi Arya tersebut juga ada kesejajarannya dalam versi tradisi Arab-Islam, yakni حام (Cham), سام (Sam) dan يافث (Yafats).
Tatkala membahas teks Quran khususnya ayat dari QS. Hud 11:48 maka Ibnu 'Abbas berkata:
وكان معه ثلاتة بنين سام وحام ويافث
"Wa kana ma'ahu tsalastah banin Sam, wa Cham wa Yafats" (dan Nuh disertai 3 putranya yakni Sam, Cham dan Yafats), see al-Fayruzabadi (ed.), Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn 'Abbas (Lubnan: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 2011), hlm. 237
Manu diperintahkan TUHAN untuk menaiki bahtera besar sehingga hanya Manu dan orang-orang suci saja yang selamat dari banjir besar tersebut. Peristiwa banjir besar ini merupakan "pralaya" atau "total destruction." Catatan mengenai peristiwa banjir besar yang melanda seluruh permukaan bumi tersebut diabadikan dalam teks suci Hindu.
"Srimad Bhagavatam Purana." I.3.15.
rupam sa jagrhe matsyam
caksusodadhi-samplave
navy aropya mahi-mayyam
apad vaivastavam manum.
"Ketika terjadi banjir bandang pasca periode Caksusa Manu dan seluruh dunia tenggelam. Tuhan berinkarnasi sebagai ikan dan melindungi Vaivasvata Manu, dengan menempatkan beliau ke atas kapal." Lihat AC. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Srimad Bhagavatam (Bhagavata Purana). Skanda Satu - Jilid 1 "Ciptaan" (Jakarta: Hanuman Sakti, 2015), hlm. 205-206
Dalam kitab Srimad Bhagavatam Purana VIII.24.41 tertulis demikian:
tata samudra udvelah
sarvatah plavayan mahim
vardhamano maha-meghair
varsadbhih samadrsyata
"Thereafter, gigantic clouds pouring incessant water swelled the ocean more and more. Thus the ocean began to overflow onto the land and inundate the entire world." see AC. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Srimad Bhagavatam. Eighth Canto-Part Three (New York: the Bhaktivedanta Book Trust, 1976), pp. 253-254.
"Kemudian, awan-awan mahabesar mencurahkan hujan mahadahsyat yang membuat permukaan lautan terus semakin meninggi. Demikianlah kemudian lautan mulai meluap membanjiri daratan di seluruh dunia." Lihat AC. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Srimad Bhagavatam (Bhagavata Purana) Skanda VIII Jilid 3 "Peleburan Ciptaan Alam Semesta" (Jakarta: Hanuman Sakti, 2015), hlm. 288.
Itulah sebabnya, kitab hukum yang diterima Manu ini disebut juga kitab Manu Smriti-veda atau disebut kitab Manawa Dharmasastra. Menariknya, nama Manu seakar dengan penyebutan "Man" atau "human" dalam bahasa English, yang satu rumpun dengan bahasa Sanskrit, dan dari istilah Manu inilah kita semua disebut "manusia", sebab kita semua adalah keturunan Manu yang selamat dari peristiwa banjir besar tersebut. Menariknya, istilah Manu dalam bahasa Sanskrit bermakna "berpikir" atau "kecerdasan", dan itulah sebabnya "manusia" disebut sebagai "animale rationale." Sementara itu, dalam tradisi agama-agama Abrahamic bertradisi Semitik, tokoh Manu ini ternyata sejajar dan identik dengan figur Nuh (نوح) ataupun Noach (נוח), yang juga diperintahkan oleh TUHAN untuk membuat bahtera besar. Pasca peristiwa banjir besar itulah maka akhirnya TUHAN memberikan hukum Nuh (Noach) yang kemudian disebut Noachic Laws, sebagaimana yang tercatat dalam kitab Mishnah, sebagai תורה שבעל-פה (Torah she be'al phe) bagi penganut agama Yahudi.