Tampilkan postingan dengan label Bhagavad Gita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bhagavad Gita. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 Juli 2022

Supplier / Penyedia es krim pesta di Denpasar Bali


Grosir es krim pesta Denpasar Bali
Supplier / Penyedia ice cream pesta

Supplier / Penyedia ice cream pesta

menyediakan snack es krim untuk pesta ulang tahun, pernikahan, potong gigi, syukuran dll…

tersedia berbagai macam rasa

rasa mangga, durian, vanilla, cokelat, cappucino, Strawberry

Harga Tergantung Jumlah pemesanan

Ukuran 60ml & 100ml

(TIDAK TERMASUK SEWA FREEZER)

Pemesanan minimal 500 cup harga menjadi 2000/cup yg 60ml.Sudah di pinjamkan freezer 2-3 hari. Belum termasuk ongkos kirim antar jemput freezer..

Biaya Antar jemput freezer disesuaikan jarak tempuh (Rp 5.000/km)

Kerusakan Freezer akibat pemakaian selama acara menjadi tanggung jawab pemesan

Menerima Reseller untuk dijual lagi

Hubungi Kami

telp/sms/WA 08985713790 untuk info lebih lanjut.

pesan via facebook klik Rara & Choco follow instagram kami di @raranchocobali

Alamat jl sedap malam no 117a sanur denpasar

Kami menerima pemesanan ice cream khusus pesta di seluruh wilayah Bali, tersedia aneka varian rasa, diantaranya:

Vanila
Chocolate
Strawberry
Cappucino
Green tea
Mocha
Blueberry
Kopyor/Coconut
Durian
Kacang ijo
Markisa
Lychee
Yoghurt
Taro
Anggur
Apple
Mangga
Jeruk
Mint
Tiramisu

*)Stock rasa akan disesuaikan kembali pada saat pemesanan

Kami siap melayani event organiser maupun catering, pemesanan sebaiknya dilakukan minimal 2 minggu sebelum acara agar kondisi tetap fresh
Pada saat pemesanan uang muka dibayarkan minimal 50%




Kamis, 19 Juli 2018

Bhāgavad Gītā disebut sebagai Pañcama Veda karena Mahābhārata dan Rāmāyana (Itihāśa) dan Purāṇa




Om Swastyastu, pada tanggal 10 September 2020 yang lalu, seorang "pejuang" memposting sebuah pertanyaan di wall Facebook nya, yaitu :
//Sekarang serius ini saya bertanya kepada ahli kitab karena ketidaktahuan. Kenapa Bhagawad Gita dikatakan Pancamo Weda dan Mahabarata tidak disebutkan Pancamo Weda sementara Gita ada dalam Mahabarata itupun di dalam Bhisma Parva ????//
Atau bisa juga di akses dalam link ini :
Atas pertanyaan ini, maka saya akan menjawabnya, bahwa Bhāgavad Gītā disebut sebagai Pañcama Veda karena Mahābhārata dan Rāmāyana (Itihāśa) dan Purāṇa telah di sebutkan sebagai Veda kelima.
Itu lah dasar mengapa Bhāgavad Gītā disebut sebagai Pañcama Veda, karena Gītā terhimpun didalam Mahābhārata yang adalah Pañcama Veda, makanya di identifikasikan sebagai Pañcama Veda juga.
Mengenai dasarnya, sebenarnya terdapat banyak referensi yang dapat kita temukan, namun saya akan memberikan 1 saja referensi mengenai keberadaan Itihāśa dan Purāṇa sebagai Pañcama Veda, yaitu didalam Kautumiya Chandogya Upanisad 7.1.4 yang merupakan himpunan yang ada dalam Śruti :
नाम वा ऋग्वेदो यजुर-वेदह साम-वेद अथर्वनस कथि इतिहास-पुरानाह पंचमो वेदानम् वेदः ||
Artinya :
"Sungguh, Rg, Yajur, Sama dan Atharva adalah nama dari empat Veda. Itihāśa dan Purāṇa adalah Veda kelima."
Jelas disini dapat kita lihat bahwa Itihāśa dan Purāṇa merupakan bagian dari Veda. Terdapat beberapa referensi lain yang bisa didapatkan dalam Veda, seperti misalnya dalam himpunan Veda yang biasanya di jadikan referensi dalam Hindu Nusantara, yaitu Sarassamucaya sloka 39 yang menyebutkan juga bahwa pembelajaran Veda harus melalui Itihāśa dan Purāṇa.
Satu komentar menarik yang dapat saya lihat dalam post nya adalah komentar tentang Pañcama Veda yang katanya hanya di lontarkan bagi orang yang tidak paham akan Veda :
//Karena yg mengatakan seperti itu adalah orang sejatinya tidak memahami Wedha, tapi mengaku paham. Disamping itu yg mengatakan begitu punya kepentingan untuk menyebarkan ajaran kelompoknya untuk mencari pengikut.//
"Pejuang" yang satu ini mungkin juga tidak mengetahui bahwa konsep Itihāśa dan Purāṇa sebagai Pañcama Veda sesungguhnya telah terdapat dalam Śruti itu sendiri.
Mungkin sekian tanggapan saya saat ini, saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisannya, terimakasih.
Om Śānthi Śānthi Śānthi Om

PERISTIWA BANJIR BESAR DALAM TRADISI AGAMA SEMIT DAN ARYA




By: Menachem Ali
Airlangga University
SANSKRIT COSMOPOLIS
1. Prof. Sheldon Pollock menegaskan adanya "Sanskrit Cosmopolis" dalam karyanya yang berjudul "The Language of the Gods in the World of Men: Sanskrit, Culture and Power in pre-Modern India (University of California Press, 2006).
2. "Sanskrit Cosmopolis" dapat dibuktikan melalui kajian inskripsi, linguistik diakronis, dan kajian sastra keagamaan.
3. "Sanskrit Cosmopolis" membuktikan adanya migrasi teks Sanskrit ke Asia Tenggara dan migrasi teks Sanskrit dalam budaya Semit (Asia Barat).
INSKRIPSI "BOGHAZKOI" (1400 BC).
1. Inskripsi perjanjian antara Suppiluliuma, raja Hitti dan Mattiwaza, raja Mitani, ditulis dalam bahasa Akkadia.
2. Tertulis nama-nama para dewa: "Mitra", "In-da-ra", "Varuna" dan "Natasya" (lihat Rig-Veda I.64.46).
Indram, Mitram, Varunam, Agnim ahur
athodivyah sa suparno Garutman
ekam sad vipra bahudha vadanti
Agnim Yamam Matarisvanam ahuh
SRIMAD BHAGAVATAM, TABLET EPIK GILGAMESH (BABEL) DAN BIBLE
1. Peristiwa banjir besar tercatat dalam teks keagamaan rumpun Arya dan Semit, yakni kitab Srimad Bhagavatam Purana, Epik Gilgamesh dan Bible (Sefer Bereshit).
2. Intertekstualitas pada level tekstual dan pada level tradisi. Ada 4 opsi dalam membahas kesejajaran narasi "BANJIR BESAR" yang meliputi seluruh bumi.
* Epik Gilgamesh mengadopsi dari Bible
* Bible mengadopsi dari Epik Gilgamesh
* Keduanya mengadaptasi dari sumber yang sama.
* Srimad Bhagavatam Purana sbg sumber.
LINTAS TRADISI: MANU - NOACH - NUH
1. Semua teks dari berbagai latar agama yang bermacam-macam, sebenarnya merekam "the great heritage" yang sumbernya berasal dari Yang Maha Agung yang mengisahkan tentang keturunan orang yang saleh, yang naik ke bahtera Nuh. Itulah sebabnya kita dapat berkata: אנחנו בני אב אחד - Anahnu b'nei Av echad (Kita berasal dari Bapa yang satu), yakni Nuh atau Manu, dan dialah sebenarnya nenek moyang kita semua.
2. Agama-agama Abrahamik yang merujuk pada 3 agama besar, yakni Yahudi, Kristen dan Islam faktanya memang belum lahir dalam pentas sejarah.
3. Kitab Manu Smriti-veda sebagai kitab hukum memang diwahyukan TUHAN dan diterima oleh Manu pasca peristiwa banjir besar yang menenggelamkan seluruh bumi. Manu saat itu mempunyai 3 orang putra; dalam teks Vedic Sanskrit namanya disebut Charma, Sharma, dan Yapeti; dan dalam teks Septuagint Yunani dan teks Vulgata Latina - nama mereka disebut dengan nama Cham, Sem, Iapheth (Genesis 7:13). Sementara itu, dalam kitab تنوير المقباس من تفسير ابن عباس (Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibni 'Abbas) nama-nama bertradisi Arya tersebut juga ada kesejajarannya dalam versi tradisi Arab-Islam, yakni حام (Cham), سام (Sam) dan يافث (Yafats).
Tatkala membahas teks Quran khususnya ayat dari QS. Hud 11:48 maka Ibnu 'Abbas berkata:
وكان معه ثلاتة بنين سام وحام ويافث
"Wa kana ma'ahu tsalastah banin Sam, wa Cham wa Yafats" (dan Nuh disertai 3 putranya yakni Sam, Cham dan Yafats), see al-Fayruzabadi (ed.), Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn 'Abbas (Lubnan: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 2011), hlm. 237
Manu diperintahkan TUHAN untuk menaiki bahtera besar sehingga hanya Manu dan orang-orang suci saja yang selamat dari banjir besar tersebut. Peristiwa banjir besar ini merupakan "pralaya" atau "total destruction." Catatan mengenai peristiwa banjir besar yang melanda seluruh permukaan bumi tersebut diabadikan dalam teks suci Hindu.
"Srimad Bhagavatam Purana." I.3.15.
rupam sa jagrhe matsyam
caksusodadhi-samplave
navy aropya mahi-mayyam
apad vaivastavam manum.
"Ketika terjadi banjir bandang pasca periode Caksusa Manu dan seluruh dunia tenggelam. Tuhan berinkarnasi sebagai ikan dan melindungi Vaivasvata Manu, dengan menempatkan beliau ke atas kapal." Lihat AC. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Srimad Bhagavatam (Bhagavata Purana). Skanda Satu - Jilid 1 "Ciptaan" (Jakarta: Hanuman Sakti, 2015), hlm. 205-206
Dalam kitab Srimad Bhagavatam Purana VIII.24.41 tertulis demikian:
tata samudra udvelah
sarvatah plavayan mahim
vardhamano maha-meghair
varsadbhih samadrsyata
"Thereafter, gigantic clouds pouring incessant water swelled the ocean more and more. Thus the ocean began to overflow onto the land and inundate the entire world." see AC. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Srimad Bhagavatam. Eighth Canto-Part Three (New York: the Bhaktivedanta Book Trust, 1976), pp. 253-254.
"Kemudian, awan-awan mahabesar mencurahkan hujan mahadahsyat yang membuat permukaan lautan terus semakin meninggi. Demikianlah kemudian lautan mulai meluap membanjiri daratan di seluruh dunia." Lihat AC. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Srimad Bhagavatam (Bhagavata Purana) Skanda VIII Jilid 3 "Peleburan Ciptaan Alam Semesta" (Jakarta: Hanuman Sakti, 2015), hlm. 288.
Itulah sebabnya, kitab hukum yang diterima Manu ini disebut juga kitab Manu Smriti-veda atau disebut kitab Manawa Dharmasastra. Menariknya, nama Manu seakar dengan penyebutan "Man" atau "human" dalam bahasa English, yang satu rumpun dengan bahasa Sanskrit, dan dari istilah Manu inilah kita semua disebut "manusia", sebab kita semua adalah keturunan Manu yang selamat dari peristiwa banjir besar tersebut. Menariknya, istilah Manu dalam bahasa Sanskrit bermakna "berpikir" atau "kecerdasan", dan itulah sebabnya "manusia" disebut sebagai "animale rationale." Sementara itu, dalam tradisi agama-agama Abrahamic bertradisi Semitik, tokoh Manu ini ternyata sejajar dan identik dengan figur Nuh (نوح) ataupun Noach (נוח), yang juga diperintahkan oleh TUHAN untuk membuat bahtera besar. Pasca peristiwa banjir besar itulah maka akhirnya TUHAN memberikan hukum Nuh (Noach) yang kemudian disebut Noachic Laws, sebagaimana yang tercatat dalam kitab Mishnah, sebagai תורה שבעל-פה (Torah she be'al phe) bagi penganut agama Yahudi.

Pariprashna bukan Intelektual Extravaganza


Dalam meniti jalan spiritual, jalan Dharma, Sanatana Dharma, peran intelek sangatlah penting. Itulah sebabnya dlm do'a, dlm Rk Savitri yg populer sbg Gayatri Mantra kita memohon kpd Tuhan yg disebut sbg Savita, agar membimbing dan menuntuk Intelek kita shg bergerak menuju pencerahan.
"Bhargo devasya dhiimahi,
dhiiyo yo nah pracodayat..."
Apakah peran intelek shg begitu penting dlm meniti dharma? Dan mengapa pula Intelek perlu dituntun? Apakah jadinya bila intelek kita tdk dituntun/diarahkan dg benar?
Adalah fakta bahwa manusia sbg mahluk berpikir dan inteleknya sangat menentukan arah pikirannya. Itu pula sebabnya dr Catur Marga ada JINANA MARGA, yaitu jalan Intelektual, jalan analisa, path of reasoning.
Lalu apa itu Pariprashna? Mungkin kita pernah membaca/mendengar buku bernama Prashna Upanisad. Yg isinya adlh pertanyaan2 dan dr pertanyaan itu diberikanlah jawaban yg mencerahkan.
Dlm Bhagavad Giita juga dijelaskan pentingnya Pariprashna,
Tad viddhih pranipatena pariprashnena sevaya,
Upadiksyantite jinanam jininah tattva darsinah.
Pelajarilah kebenaran itu dari para bijaksana melalui pranipatta (bhakti), pariprashna (pengetahuan), dan sewa (pelayanan-karma).
Jadi Pariprashna adalah pertanyaan2 yg diajukan guna memperoleh jawaban dan dg jawaban tersebut dpt memberikan pencerahan, penerangan bgmn melangkah meniti jalan Dharma.
Lalu apakah intelektual extravaganza? Dia adlh pertanyaan2 yg bukan untuk mendapatkan jawaban, tapi semata untuk menguji, mencari celah perdebatan, atau menunjukkan superioritas diri dg beradu argument (berdebat). Intelektual semacam ini nanyak sekali kita temukan sekarang, ya... manusia sekarang perkembangan intelektualnya sdh cukup berkembang baik dibandingkan generasi sebelumnya, tetapi akibat absennya "PARIPRASHNA" potensi intelektual ini terbuang sia2, hanya menghabiskan waktu dan energy untuk memperdebatkan sebuah topik tanpa manfaat pd akhirnya. Dan ironisnya lbh banyak menyumbangkan kebingungan bagi kaum awam akibat dispersi pendapat pr intelektual yg cenderung saling menjatuhkan/menyalahkan.
Oleh karena itu mari kita giatkan PARIPRASHNA dan hindari INTELEKTUAL EXTRAVAGANZA. Agar seperti do'a yg setiap hari kita panjatkan,
Dhiiyo yo nah pracodayat....
Bimbinglah intelek kami agar menuju pencerahan...
Melalui Pariprashna, bukan dg Intelektual Extravaganza.