Selasa, 12 Juli 2022

Dukuh Suladri

 


Dikisahkan seorang ahli ilmu pengeleakan/ilmu hitam yang bernama Dayu Datu
Perilaku jahat Dayu Datu membuat masyarakat mengusirnya hingga mengungsilah ia ke Gunung Mumbu
Di Gunung Mumbul, Dayu Datu hidup bersama abdi setianya, Ni Klinyar dan sisya-sisyanya yang lain. Dayu Datu yang sudah diusir tidak pernah merasa jera justru api dendamnya selalu berkobar untuk terus membalaskan sakit hati atas pengusiran itu. Karenanya Dayu Datu dan muridnya tak henti-henti mengganggu penduduk desa dengan pengeleakan /ilmu hitam.
Wayan Buyar, anak mekel Gde Kedampal ,seorang pria yang merasa diri paling hebat dan kaya. Ia selalu membuat warga di sekitar resah. Kesehariannya dipergunakan untuk berjudi, mabuk-mabukan dan main perempuan. Tak ada yang tidak mungkin untuk Wayan Buyar.
Suatu hari Wayan Buyar mendengar kabar bahwa di Pedukuhan Suladri, Gunung Kawi ada seorang wanita cantik bernama Ni Kusuma Sari. Timbullah niat Wayan Buyar untuk menjadikan Ni Kusuma Sari sebagai istri. Bersama para abdinya, berangkatlah Wayan Buyar menuju ke Gunung Kawi.
Kehidupan di gunung tentu saja damai, nyaman dan tenteram. Begitulah yang selalu dirasakan dalam keseharian Ni Kusuma Sari dan ayahnya, Dukuh Suladri. Selain sebagai anak, Ni Kusuma Sari juga menjadi murid kesayangan Dukuh Suladri. Setiap pengetahuan yang diberikan, selalu dapat dipahami oleh Ni Kusuma Sari. Lengkaplah apa yang dimiliki oleh Ni Kusuma Sari. Selain cantik, ia juga paham sastra agama dan ini terimplementasikan pada kesehariannya.
Dukuh Suladri, dengan kemampuan yang dimiliki telah mampu membuat suasana Gunung Kawi menjadi nyaman dan tentram. Pun dengan binatang-buinatang buas yang ada di hutan, telah dibuat menjadi jinak dan ikut menjaga keamanan pedukuhan.
Terasa seperti tidak ada tempat untuk bersandar apalagi menumpahkan kasih sayang karena hidup hanya seorang diri. Semenjak kecil I Mudita tanpa orangtua. Inilah yang membuat hidupnya gelisah tanpa arah. Namun demikian ia masih memiliki semangat, wasiat pesan orang tua. I Mudita diminta agar menemui pamannya, Dukuh Suladri, di Gunung Kawi. Berbekal cincin “Jaga Satru” sebagai pengingat bahwa I Mudita adalah keponakan Dukuh Suladri. Langkah tegak kaki I Mudita meninggalkan Desa Memeling menuju Pedukuhan Seladri di Gunung Kawi.
Sejatinya I Mudita adalah putra Dukuh Suladri dan Ni Kusuma Sari adalah keponakan sang dukuh. Tidak diceritakan kenapa terjadi pertukaran putra ini.
Kedatangan I Mudita di Pedukuhan Gunung Kawi disambut dengan kebahagiaan. Laksana Bhatara Ratih dan Kamajaya sedang berlila cita di pedukuhan, I Mudita dan Ni Kusuma Sari saling jatuh cinta. Apalagi hal ini mendapat restu dari Dukuh Suladri.
Ketika sedang asiknya I Mudita dan Ni Kusuma Sari bermesraan, tiba-tiba datanglah Wayan Buyar anak dr mekel Gde Kedampal dengan maksud untuk merebut Ni Kusuma Sari. Berbagai rayuan gombal dan kekayaannya diberikan oleh Wayan Buyar namun Ni Kusuma Sari tetap kukuh akan cintanya pada I Mudita.
Wayan Buyar kehabisan akal, ia marah, terbakar oleh api cemburu lalu menyerang dan mengikat I Mudita di sebatang pohon. Bangga akan keberhaslannya, Wayan Buyar segera melarikan Ni Kusuma Sari.
Mendengar jeritan Ni Kusuma Sari, Dukuh Suladri mengerahkan semua binatang di hutan Gunung Kawi untuk melakukan pengejaran. Dalam pelariannya, Wayan Buyar dihadang oleh sekumpulan binatang buas yang bertujuan untuk membebaskan Ni Kusuma Sari. Wayan Buyar tak mampu berbuat apa-apa kecuali melepaskan Ni Kusuma Sari dan berlari menyelamatkan diri. Berhasil menyelamatkan tuannya, sekumpulan binatang mengantarkan Ni Kusuma Sari kembali ke pedukuhan.
Kesal, kecewa, marah, dendam, bercampur menyelimuti pikiran Wayan Buyar yang telah gagal melarikan Ni Kusuma Sari. Ia yang selama ini selalu terkabulkan keinginannya, kali ini harus meminum getah pahit, kegagalan. Demi harga diri, ia bertekad membalas dendam atas perlakuan yang telah diterimanya.
Terketuklah hatinya untuk meminta bantuan pada Dayu Datu. Ketika tekad bulat itu menjadi keputusan, berangkatlah Wayan Buyar ke Gunung Mumbul. Berbekal kebencian, kemarahan dan nafsu balas dendam, disepakatilah bahwa Dayu Datu akan membantu Wayan Buyar untuk membuat wabah penyakit
Dayu Datu, Ni Klinyar dan para sisya menuju Setra Gandamayu. Mereka berdoa, memohon restu Sanghyang Durga Berawi agar dapat menyebar wabah penyakit di masyarakat.
Wabah penyakit aneh menyerang masyarakat. Banyak warga sakit secara tiba-tiba kemudian meninggal. Kondisi masyarakat seperti ini membuat Dukuh Suladri bersedih. Berkat kamampuan dan pengetahuannya, Dukuh Suladri mampu mengetahui bahwa wabah penyakit aneh ini adalah ulah dari Dayu Datu atas permintaan Wayan Buyar.
Segeralah Dukuh Suladri menuju Gunung Mumbul. Maka terjadilah adu kesaktian antara Dukuh Suladri melawan Dayu Datu.
Dayu datu berubah menjadi perwujudan rangda/ raksasa yg sekujur tubuhnya mengeluarkan api sakti, sampai meleleh jatuh ke tanah membuat merinding yg melihatnya sorot mata yg tajam bagaikan sepasang matahari yg siap membakar apapun yg merintangi, taring yg tajam bagai wesiwrani/ baja siap menerkam musuh2 nya
Kuku2 yg tajam dan lancip seakan mencakar dan mencabik2, lidah menjulur keluar seakan2 siap untuk memakan apapun yg ada dihadapanya,
Begitulah sekilas gambaran dr pemurtian Dayu Datu.
Datanglah Dukuh Siladri bersama para penghuni hutan harimau, monyet, kijang dll dan juga bangsa burung .karna sang dukuh memiliki ilmu kedigdayaan yg tak kalah dr ilmunya dayu datu, maka tanpa basa basi para pengikut sang Dukuh langsung menyerang membabi buta.
Petarungan pun sengit saling terkam saling jatuhkan,
Di lain pihak Ni Klinyur berubah menjadi babi hutan yg ganas serta mengeluarkan api dr mulutnya
Menyembur Ni Kusuma sari namun berkat ilmu panugrahan dr Bhatari Durgha maka api tersebut menjadi sirna, berulang Ni klinyur berubah wujud menjadi setan namun Ni Kusuma sari selalu bisa menangkalnya.
Pertarungan mereka sangat seru sehingga menimbulkan percikan2 api terlihat dr kejauhan
Seketika bukit mumbul menjadi merah karna bias kesaktian tersebut.
Hawa pun terasa panas dan mencekam, begitulah sekilas gambaran dr pertempuran tersebut.
Disana juga dikisahkan Wayan Buyar membawa pasukan abdinya,meRasa pengandel dirinya dayu datu dan sisyanya akan kalah ,oleh kelicikannya Menyandera Ni Kusuma sari menyeret dgn kudanya, Kusuma sari mempengaruhi kuda dgn kekuatan jnananya ,melompat meringkik dgn keras sehingga terpentallah Wayan Buyar dari atas kuda dimana saat itu buron macan dan monyet mencengkeram lehernya dgn kuat dan mencabik2 nya.
Diceritakan Setelah sekian lama pertempuran terjadi maka pada saat nya Dayu Datu kehabisan tenaga dan akhirnya bisa di taklukkan oleh Dukuh Siladri,
Yg hanya dgn ketenangan bhatin mengucapkan weda kehadapan Ida Sang Hyang Widhi akhirnya
Sirnalah kesaktian Dayu Datu api pun mulai meredup mengaku kalah Dan meminta maaf.
Jangan pernah menyakiti orang baik karna
Kebaikan akan slalu menang melawan ketidak baikan.
Kesaktian akan menimbulkan sebuah keegoan
Hanya hati yg bersih dan tulus yg bisa meluluhkannya.
Orang pintar bukanlah orang yg hebat
Namun orang hebat adalh orang yg mampu menaklukkan dirinya.
Barang siapa orang yg mampu mengendalikan dirinya maka dia akan menguasai semesta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar