Selasa, 12 Juli 2022

Aywa wera tan siddhi phalanya

 


“Aywa wera tan siddhi phalanya”, begitu piteket para tetua yang artinya hendaknya jangan mabuk atau sombong oleh sebab kelebihan yang dimiliki (apapun bentuknya), karena menjadi tiada bermanfaat atau tidak berphala bagi siapapun, bahkan bisa merugikan banyak pihak.
Istilah Balinya, pocol ngelah ilmu (karirihan), sing dadi anggon gena, bilih-bilih ten meduwe geginan (rugi mempunyai ilmu, kemampuan, kelebihan, keunggulan atau bahkan kawisesan, lantaran tidak berguna bagi orang lain, lebih-lebih yang bersangkutan tidak memiliki pekerjaan alias pengangguran), tentunya sangat membahayakan, bisa data-data gaene (bisa macam-macam dikerjakan, entah baik ataupun buruk).
Kalau ilmu misalnya, apalagi ilmu agama yang berkaitan dengan ketuhanan transenden, yang secara permanen diyakini sebagai pondamen sraddha-bhakti, apabila dipelajari atau dipahami dan kemudian dilaksanakan dengan sembarangan/serampangan, dipercaya akan menjadi bumerang baginya. Bahkan acapkali dikatakan bisa membuat "buduh” (gila), setidaknya stres, tampak seperti orang terkena gangguan psikis lantaran belum siap diri mempelajari atau menerima ilmu agama yang berada di tingkatan kasunyatan, lebih-lebih ilmu black magic yang bermain di tataran kesaktian (kawisesan).
Semakin dapat dipahami, menelisik arti adagium “ajya wera” di atas, sesungguhnya mengandung makna sebagai sesanti untuk mana bagi siapapun yang hendak mempelajari apalagi kemudian berhasil menguasai ilmu apapun hendaknya tetap bersikap rendah hati. Seperti ilmu padi, semakin berisi sepatutnya bertambah merunduk. Nasihat panglingsir, “de ngaden awak bisa, depang anake ngadanin”, jangan merasa diri “bisa, nawang” meskipun sudah “dadi”, biarkan orang lain menilai dan mengambil manfaat atas ilmu yang dimiliki.
Adagium “ajya wera”, tampaknya sekaligus juga mengingatkan untuk “aja ewere”, de ewer, adigag adigung, de degag de ajum, karena akan dapat menyerang balik hingga menghancurkan diri sendiri. Pepatah kuno mengisyaratkan, “menepuk air di dulang”, terkena muka sendiri, akan membuat malu, memalukan bahkan memilukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar