Om awigenammastu namo siddam
Semoga tidak ada halangan dan berhasil
Sembah sujud hamba kehadapan Ida Sanghyang Parama Wisesa,yang(ala-ayuning)kehidupan manusia di dunia ini.Semoga tidak ada halangan dalam penulisan babad(sastra sejarah) ini.Bebas hamba dari segala kesalahan dan kekeliruan,karena kurang paham terhadap Purana Tattwa,serta dengan hati yang tulus dan suci bermaksud menyusun cerita sejarah,sebagai usaha untuk mengingatkan para keluarga dan anak cucu.Semoga berhasil dan mencapai kesempurnaan.
Svah loka sering diistilahkan sebagai alam terang, alam cahaya atau alam atas. Disebut alam terang karena suasana alam ini memang terang dengan cahaya yang indah dan damai. Disebut alam atas bukan karena lokasinya di atas, tapi karena tingkat kesadaran jiwa-jiwa di alam ini tinggi atau lebih di atas. Jadi alam atas adalah alam yang dihuni oleh mereka yang tingkat kesadaran dan kebijaksanaannya paling tinggi.
Svah loka adalah alam yang dihuni oleh jiwa-jiwa yang bathinnya bersih, serta hidupnya penuh welas asih dan kebaikan, sampai pada yang kesadarannya sudah luas. Umumnya kita menyebut mereka sebagai pitara, vidyadhari [bidadari], betara atau dewa-dewi. Mahluk alam-alam atas atau alam luhur selalu tampak bercahaya, ada yang bercahaya putih, ada yang bercahaya keperakan dan ada bercahaya yang ke-emasan. Di lapisan dimensi alam ini kita merasakan kebahagiaan dan kedamaian luar biasa, karena proyeksi positif dari pikiran kita sendiri. Pikiran polos dan ingatan [kenangan] baik, terproyeksikan menjadi nyata oleh energi-energi luhur di alam ini. Demikian juga kondisi keadaan alam ini penuh dengan kebahagiaan.
Svah loka terdiri dari lima lapisan dimensi alam. Setiap lapisan dimensi alam ini memiliki banyak dunia-dunia tersendiri, dalam satu dimensi yang sama. Semakin positif dan halus lapisan dimensi Svah Loka yang kita masuki, semakin dalam kebahagiaan dan kedamaian yang dirasakan sang atma.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa ketika seseorang mengalami kematian, atma akan mengalami pengalaman-pengalaman transenden, yang kemudian diikuti dengan perpindahan ke dimensi yang berbeda dengan berbagai kemungkinan perjalanan. Kemungkinan yang akan kita bahas disini adalah kemungkinan dimana atma kemudian akan berhasil memasuki Svah Loka. Atma
akan memasuki alam-alam suci yang sesuai dengan tingkat kemurnian bathinnya sendiri, serta energi akumulasi karma baik-nya.
Salah satu pengetahuan yang penting untuk diketahui bahwa ketika sang atma berhasil memasuki Svah Loka, dia akan menjadi penghuni alam tersebut dan memperoleh wujud dan jatidiri baru. Wujud dan jatidiri-nya seketika atau bisa juga perlahan-lahan akan berubah, sesuai proses perjalanan dan transisi-nya sendiri, menjadi wujud penghuni dimensi atau dunia alam-alam suci tersebut.
Berikut ini penulis akan menyampaikan penjelasan mengenai Svah Loka. Dengan catatan dalam hal ini ada samaya bahwa penjelasan detail mengenai alam-alam suci ini ada yang diijinkan dibuka dalam tulisan ini dan ada yang tidak.
1. Svah Loka lapisan atau dimensi pertama : SVARGA LOKA.
Pencapaian alam surgawi yang paling bawah adalah mencapai Svarga Loka. Svarga Loka adalah dimensi alam semesta suci tingkat pertama yang berlimpah kebahagiaan, dimana di dalamnya terbagi-bagi lagi dalam berbagai banyak tingkatan alam-alam suci dan masing-masing alam suci berada di bawah perlindungan seorang dewa atau dewi pengayom dan pelindung alam tersebut. Seperti misalnya Ashura Loka, Pitra Loka [alam para leluhur], lalu ada Gandharva Loka, Yama Loka, Daiva Loka, Indra Loka, dsb-nya.
Sang atma akan dapat mencapai alam-alam Svarga Loka setelah kematian berkat hidup penuh dengan kebaikan. Dengan kata lain memiliki akumulasi karma baik yang berlimpah. Sang atma akan merasakan kebahagiaan yang jauh melebihi kebahagiaan dalam kehidupan manusia yang kita rasakan di bumi. Kebahagiaan di alam ini berasal dari kebahagiaan indriya seperti kesenangan sentuhan, kesenangan pikiran, kesenangan makanan, kesenangan pendengaran dan kesenangan wujud. Di alam-alam Svarga Loka ini tidak ada kesulitan atau kesengsaraan.
Akan tetapi dapat mencapai alam-alam Svarga Loka tidak menghentikan siklus samsara [siklus kelahiran kembali yang berulang-ulang], karena sang atma masih terikat dengan karma dan samskara. Lamanya dapat berada di alam-alam Svarga Loka ini bervariasi, mulai dari ratusan s/d ribuan tahun manusia, tergantung malinggih-nya di alam yang mana. Tapi yang jelas semuanya akan
berakhir.
Ciri-ciri akan berakhirnya masa tinggal bagi para dewa di alam ini antara lain pakaian surgawi mulai kotor, tubuh mulai berbau, ketiak mulai berkeringat, tubuh kehilangan pendar cahaya, mata yang jernih mulai redup dan sifat kedewataan-nya mulai tersendat. Inilah pertanda waktunya sang atma harus reinkarnasi atau terlahir kembali ke dunia sebagai manusia untuk menyelesaikan sisa-sisa karmanya sendiri, serta melanjutkan evolusi peningkatan kesadarannya.
Dapat menjadi dewa atau dewi di alam-alam Svarga Loka tentunya sudah merupakan pencapaian yang bagus, kalau kita bandingkan dengan terjerumus ke alam-alam bawah. Tapi di jalan dharma itu bukanlah tujuan utama kita. Pencapaian paling mulia bagi manusia adalah apabila dia bisa mencapai jivanmukti atau bebas dari siklus samsara [tidak dilahirkan kembali] dan memasuki alam-alam mahasuci, atau bahkan dapat mengalami moksha [pembebasan sempurna] Sebagaimana dimensi-dimensi alam lainnya, dimensi alam Svarga Loka ini juga memiliki banyak dunia-dunia tersendiri, dalam satu dimensi yang sama.
Berikut adalah penjelasan beberapa diantara-nya :
- Ashura Loka
Ashura Loka adalah alam Svarga Loka tingkat yang paling rendah. Yang berdiam disini adalah para mahluk setengah-dewa. Wujudnya sama seperti manusia, hanya saja dalam wujud penghuninya ada sesuatu yang ekstrim. Yaitu para laki-laki sangar dan wajahnya sangat buruk rupa, sedangkan para perempuan sangat cantik mempesona. Alam disini cukup mirip alam manusia tapi sangat indah. Ada kota, perkampungan, tempat sembahyang, dsb-nya.
Menurut para satguru dari penulis, atma yang masuk alam ini semasa hidup umumnya punya karma buruk yang banyak, tapi faktor kuncinya adalah semasa kehidupan pernah melakukan karma baik yang bernilai maha-utama. Pernah terjadi satu kejadian nyata seorang penjahat yang semasa hidup banyak melakukan pelanggaran dharma. Tapi dia pernah melakukan satu kebaikan yaitu berjuang menyelamatkan seseorang dari ancaman berbahaya penjahat-penjahat lainnya. Tanpa dia ketahui orang yang diselamatkan ini adalah seorang satguru suci dengan suatu tugas rahasia yang amat penting bagi manusia.
Berkat satu saja karma baik ini, yang ternyata karma baiknya bernilai mahautama, penjahat kelas berat ini ketika meninggal tidak masuk alam-alam bawah, tapi dapat masuk ke alam suci paling rendah, yaitu alam Ashura Loka ini. Menjadi mahluk setengah-dewa. Ini adalah satu kisah yang diceritakan oleh salah satu satguru penulis, dimana beliau mengetahui hal ini karena mempunyai
kemampuan untuk menjelajahi alam-alam niskala. Kunci keberuntungan seperti ini adalah semasih kita hidup, kita penuh welas asih dan kebaikan tanpa syarat dan tanpa mengharapkan imbalan kepada
semua mahluk, sehingga walaupun bathin kita belum bersih sempurna, tetap tersedia peluang untuk memasuki alam-alam suci.
- Pitra Loka
Pitra Loka adalah alam para leluhur. Disebut alam leluhur karena secara umum orang kebanyakan [baca : para leluhur] paling banyak ada yang masuk ke alam ini. Alam Pitra Loka ini mirip alam manusia tapi indah. Ada kota, perkampungan, tempat sembahyang, dsb-nya. Para dewa di alam ini yang kita sebut sebagai pitara. Wujudnya sama seperti manusia, tidak banyak berbeda dengan ketika mereka masih hidup di dunia. Disini atma dapat mengalami hasrathasrat duniawi yang sama seperti halnya di alam marcapada.
- Yama Loka
Alam ini adalah alam tempat transit atau tempat tinggal sementara bagi atma-atma untuk melanjutkan perjalanan berikutnya atau untuk reinkarnasi kembali. Di alam ini keadaannya cukup mirip dengan alam manusia. Atma yang dapat melewati antarabhava dan kemudian perjalanannya ternyata masuk ke Yama Loka ini, akan melihat adanya aula super besar yang merupakan ruang tunggu. Di aula besar ini atma yang berkumpul sangat banyak, mereka berasal dari berbagai tempat dari seluruh penjuru dunia. Tata cara pengaturan niskala di aula besar ini adalah antara atma yang satu dengan lainnya tidak dapat berkomunikasi satu sama lain. Selain itu semuanya pasti tidak saling kenal. Sang atma tidak akan dapat bertemu dengan orang yang dikenalnya dalam masa kehidupan manusia.
Ciri khas dari aula super besar ini adalah ada terdapat ruang pengadilan. Dimana disana atma diadili. Semua kesalahan dan semua kebaikannya semasa kehidupan manusia akan diuraikan. Disini biasanya mereka yang dalam kebodohan [avidya] sering akan sangat sengsara, karena apa yang dia anggap baik dan benar semasa hidupnya ternyata adalah salah. Standar benar-salah dalam ukuran mereka yang bodoh sama sekali tidak berlaku disini. Kelicikan, tipu daya, akal-muslihat, manipulasi, dsb-nya, sama sekali tidak dapat disembunyikan disini. Yang berlaku disini adalah kebenaran universal. Dari ruang pengadilan ini kemudian akan ditentukan perjalanan sang atma berikutnya.
Ada atma yang “diturunkan” dulu ke Bhur Loka untuk sementara, yang tujuannya untuk membersihkan karma-karma buruknya. Nantinya kalau jangka waktunya sudah cukup, atma akan dikembalikan lagi ke alam ini. Ada atma yang kemudian tinggal di Yama Loka ini dan diberikan tugas-tugas tertentu sesuai akumulasi karmanya sendiri. Dia akan tinggal di sebuah rumah di alam ini, dimana di alam ini ada kota dan perkampungan dengan banyak rumahrumah. Ada juga atma yang ditugaskan berlatih sadhana dan membina diri di alam Yama Loka ini, sebelum “dinaikkan” ke alam yang lebih tinggi.
Atma yang berhasil keluar dari Bhur Loka [Sapta Petala] biasanya akan masuk alam ini sebelum dilahirkan kembali. Demikian juga atma yang datang dari Svah Loka untuk reinkarnasi kembali, biasanya juga akan masuk alam ini sebelum dilahirkan kembali. Jangka waktu rata-rata [kebanyakan] untuk reinkarnasi kembali berkisar antara 50 sampai 400 tahun. Tapi bisa lebih cepat atau lebih lambat.
Penyebabnya adalah sang atma hanya dapat lahir kembali ketika ada moment dan tempat yang tepat untuk lahir kembali, sesuai dengan putaran karmanya sendiri. Artinya atma akan tinggal di alam ini, antre untuk dapat lahir kembali, menunggu ada moment dan tempat yang tepat untuk lahir kembali sesuai putaran karmanya sendiri. Pengayom dan pelindung alam Yama Loka ini adalah Dewa Yama atau Sanghyang Yamadipati.
- Indra Loka
Indra Loka adalah alam suci tertinggi pada dimensi Svarga Loka ini. Di alam ini sang atma akan memiliki wujud fisik seperti manusia yang indah, sangat tampan [dewa] atau cantik [dewi] tiada banding. Pemandangan disini juga sangat indah. Selain itu, istana paling indah, pakaian paling indah, makanan paling nikmat dan musik paling merdu semuanya ada disini. Pengayom dan pelindung alam Indra Loka ini [termasuk beserta 33 alam dewa yang lain di dimensi Svarga Loka] adalah Dewa Indra.
2. Svah Loka dimensi kedua : MAHAR LOKA.
Jika enam kegelapan bathin lenyap maka segala bentuk kesengsaraan juga lenyap. Jika enam kegelapan bathin lenyap maka tindakan-tindakan yang didasari penyebab-penyebab karma juga lenyap, sehingga kelahiran kembali tidak terjadi dari alam-alam mahasuci terendah hingga tertinggi, sampai dengan pencapaian moksha [penyatuan kosmik].
Ketika kematian tiba bagi seorang sadhaka dan atma-nya dapat mencapai dimensi Mahar Loka secara mandiri, maka pencapaian ini di dalam ajaran Hindu Dharma disebut sebagai Salokya-Mukti. Mukti berarti lepas atau bebas, salokya berarti “tinggal di alam surga yang sama”. Disebut salokya atau “tinggal di alam surga yang sama” karena sang atma tinggal pada sebuah alam di dimensi alam semesta suci tingkat kedua atau Mahar Loka, di bawah perlindungan seorang dewa atau dewi mahasuci tingkat tinggi pengayom alam tersebut.
Mahar Loka adalah dimensi tingkat pertama alam-alam samadhi para orang-orang suci. Di alam ini para dewa-dewi memiliki wujud fisik seperti manusia, tapi yang wujudnya sangat indah bercahaya ke-emasan, sangat tampan [dewa] atau cantik [dewi], dengan dunia yang juga sangat indah. Sang atma akan merasakan kedamaian yang luas dan dalam, yang berpusat pada kejernihan bathin dan pancaran sifat welas asih. Ini tentunya berbeda dengan kebahagiaan di dimensi alam-alam Svarga Loka dimana kebahagiaan berasal dari kesenangan sentuhan, kesenangan pikiran, kesenangan makanan, kesenangan pendengaran dan kesenangan wujud.
Sang atma yang mencapai dimensi alam ini siklus samsara-nya telah berakhir [tidak dilahirkan kembali ke alam marcapada] dan akan menyelesaikan sisa-sisa putaran karmanya di alam ini. Serta di alam ini juga membina diri untuk melanjutkan evolusi kesadarannya kepada tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Dimensi alam-alam semesta suci tingkat kedua atau Mahar Loka ini terdiri dari berbagai alam-alam suci. Artinya ada banyak alam-alam suci di dimensi ini.
Alam suci tingkat yang tertinggi di dimensi Mahar Loka ini adalah Brahma Loka. Pengayom dan pelindung-nya adalah Dewa Brahma. Dalam wujud fisiknya beliau menampilkan diri sebagai dewa yang berwajah empat atau catur muka. Brahma Loka ini terdiri dari tiga mandala. Mandala luar diisi oleh para dewa-dewi yang semasa hidupnya adalah para yogi yang taat bersadhana. Di mandala luar dari Brahma Loka ini para dewa-dewi bersikap dalam posisi meditasi di angkasa raya. Ada yang duduk bersila dalam padmasana, ardha-padmasana, sukasana, siddhasana, ada juga yang dalam posisi tadasana [berdiri], savasana [berbaring terlentang], dsb-nya. Ada yang berpakaian putih-putih, ada yang berpakaian oranye, ada yang berpakaian merah, ada yang tidak memakai baju atas, ada yang tanpa busana sama sekali [avadhuta digambara], dsb-nya. Jumlah dewa-dewi di mandala luar ini sangat banyak. Mereka tekun bermeditasi dan membina diri.
Mandala dalam diisi oleh para asisten Dewa Brahma. Sedangkan pada mandala inti adalah stana dari Dewa Brahma. Dewa Brahma adalah dewa pengayom bagi dewa-dewi suci tingkat awal untuk terus bergerak naik menuju alam-alam suci tingkat tinggi. Dengan kata lain menjadi perintis atau pencipta dewa-dewi dengan kesadaran tinggi. Itulah sebabnya oleh para maharsi dan para mahayogi Dewa Brahma disebut sebagai dewa pencipta.
.
3. Svah Loka dimensi ketiga : JANA LOKA.
Ketika kematian tiba bagi seorang sadhaka dan atma-nya dapat mencapai dimensi Jana Loka secara mandiri, maka pencapaian ini di dalam ajaran Hindu Dharma disebut sebagai Sarupya-Mukti. Mukti berarti lepas atau bebas, sarupya berarti “memiliki bentuk atau wujud yang sama”. Disebut mukti karena siklus samsara-nya telah berakhir [tidak dilahirkan kembali ke alam marcapada] dan disebut sarupya atau “memiliki bentuk atau wujud yang sama” karena kata dewa sendiri berasal dari akar kata “div” yang bermakna cahaya. Dimensi alamnya disebut Jana Loka. Pada dimensi alam ini dewa-dewi wujudnya diselimuti lingkaran cahaya terang benderang dan melayang di udara.
Jana Loka adalah dimensi tingkat kedua alam-alam samadhi para orangorang suci. Alam suci dimensi tingkat ketiga ini dipenuhi oleh cahaya suci tanpa batas yang maha-damai maha-sejuk tiada tara yang saling menyinari, memenuhi sembilan penjuru. Jumlah dewa-dewi di dimensi alam-alam semesta suci tingkat ketiga atau Jana Loka ini sangat banyak. Sebagian dari para dewa-dewi di alam ini semasa kehidupan di alam manusia adalah orang-orang suci yang menempuh jalan spiritual sebagai para Tantrika, para Maha-yogi atau Maha-yogini dan para Siddha. Dan seperti dimensi alam suci lainnya, Jana Loka juga terdiri dari berbagai alam-alam suci. Artinya ada banyak alam-alam suci di dimensi ini. Misalnya Siddha Loka, Sukhawati Loka, dsb-nya. Di alam Siddha Loka ada berjuta-juta dewa-dewi yang masih terus membina diri untuk melanjutkan evolusi kesadarannya kepada tingkat kesadaran yang lebih tinggi.
4. Svah Loka dimensi ke-empat : TAPA LOKA.
Ketika kematian tiba bagi seorang sadhaka dan atma-nya dapat mencapai dimensi Tapa Loka secara mandiri, maka pencapaian ini di dalam ajaran Hindu Dharma disebut sebagai Samipya-Mukti. Mukti berarti lepas atau bebas, samipya berarti “menuju penyelesaian akhir”. Disebut mukti karena siklus samsara-nya telah berakhir dan disebut samipya atau “menuju penyelesaian akhir” karena merupakan tahap pertama menuju kepada penyatuan kosmik atau moksha.
Dimensi alamnya disebut Tapa Loka. Tapa Loka adalah dimensi tingkat ketiga alam-alam samadhi para orang-orang suci. Disebut “tapa” karena kesadarannya konstan laksana samadhi terus-menerus [tapa] dan luas menjangkau penjuru-penjuru ruang semesta. Antara sang diri, semua mahluk dan alam semesta semuanya saling terhubung. Tat tvam asi, saya adalah dia, dia dan saya adalah sama. Lalu semakin dalam sampai tidak terhingga. Semuanya suci, semuanya sempurna. Atma jnana atau kesadaran atman-nya sudah sangat maju.
Kedamaian-nya tidak terhingga, tidak dapat digambarkan. Dimensi alam-alam semesta suci tingkat ke-empat atau Tapa Loka ini terdiri dari berbagai alam-alam suci. Artinya ada banyak alam-alam suci di dimensi ini. Pada alam puncak atau tertinggi dari dimensi alam ini, dewa-dewi tiada berwujud melainkan sebagai kesadaran kosmik, sebagai kesadaran luas melingkupi berbagai penjuru ruang semesta. Tapi beliau juga menampilkan dirinya dalam manifestasi wujud fisik berupa dewa atau dewi mahasuci berbadan laksana manusia. Alam puncak atau alam suci tingkat yang tertinggi di dimensi ini adalah Subhakristna Loka [Vaikuntha Loka]. Dimana Vaikuntha Loka ini terdiri dari tiga mandala. Pengayom dan pelindung-nya adalah Dewa Vishnu. Dalam wujud fisiknya beliau menampilkan diri sebagai dewa yang memegang chakra dan menunggangi burung garuda.
Vaikuntha Loka adalah alam para avatara. Artinya avatara dari Vaikuntha Loka sangatlah banyak, diantaranya terdapat puluhan avatara yang terkenal di dunia manusia. Banyak dewa-dewi dari alam ini, walaupun sesungguhnya telah bebas dari siklus samsara, akan tetapi yang karena mengemban tugas suci atau karena kedalaman welas asih kemudian memutuskan untuk terlahir kembali ke dunia sebagai avatara, dengan misi melindungi alam semesta dan menyelamatkan semua mahluk. Itu sebabnya oleh para maharsi Dewa Vishnu disebut sebagai dewa pemelihara atau dewa pelindung alam semesta. Karena para avatara dengan misi melindungi alam semesta dan menyelamatkan semua mahluk banyak yang berasal dari alam beliau.
5. Svah Loka dimensi kelima : SATYA LOKA.
Ketika kematian tiba bagi seorang sadhaka dan atma-nya dapat mencapai dimensi Satya Loka secara mandiri, maka pencapaian ini di dalam ajaran Hindu Dharma disebut sebagai Sayujya-Mukti. Mukti berarti lepas atau bebas, sayujya berarti “mendekati penyatuan”. Disebut mukti karena siklus samsara-nya telah berakhir dan disebut sayujya atau “mendekati penyatuan” karena merupakan tahap akhir menuju kepada penyatuan kosmik atau moksha, yang sudah sangat mendekati penyatuan kosmik tersebut.
Dimensi alamnya disebut Satya Loka. Satya Loka adalah dimensi tingkat keempat alam-alam samadhi para orang-orang suci. Dimensi alam-alam semesta suci tingkat ke-lima atau Satya Loka ini terdiri dari beberapa tingkat alam-alam suci. Dan alam suci tingkatan yang tertinggi di dimensi ini adalah Maha-Isvara Dharma Loka [Shiva Loka]. Alam ini merupakan alam suci puncak dari semua alam suci, sebelum alam kamoksan. Pengayom dan pelindung alam ini adalah Dewa Shiva. Dewa Shiva adalah pembimbing peleburan jiwa individu menjadi kesadaran kosmik. Peleburan ahamkara [ke-aku-an, ego] menuju moksha. Itu sebabnya oleh para maharsi Dewa Shiva disebut sebagai dewa pelebur.
Maha-Isvara Dharma Loka ini terdiri dari tiga mandala. Mandala luar diisi oleh jutaan dewa-dewi yang taat bersadhana dan penuh bhakti, yang memperoleh karunia Dewa Shiva. Di alam ini para dewa-dewi memiliki wujud fisik seperti manusia, dengan pendaran cahaya yang mahasuci. Mereka tekun bermeditasi dan membina diri. Dewa-dewi dari mandala luar Maha-Isvara Dharma Loka ini juga banyak yang menjadi avatara.
Mandala dalam dari Maha-Isvara Dharma Loka adalah alam yang sangat suci dan diisi oleh para orang-orang suci tingkat tinggi. Umumnya para dewa-dewi di alam ini semasa di alam manusia menjalani kehidupan bertapa dengan keteguhan sadhana yang penuh. Selalu merelakan sandang, merelakan pangan, menahan lapar [melakukan upavasa atau puasa], membisu [merelakan ucapan], merelakan harga diri, merelakan nama baik, merelakan tubuh jasmani, merelakan wujud manusia [artinya bertelanjang] dan merelakan kematian. Serta dalam dirinya mengembangkan sifat welas asih tanpa batas.
Dewa-dewi di mandala dalam dari Maha-Isvara Dharma Loka ini selalu terserap ke dalam nirvikalpa samadhi atau samadhi kemanunggalan semesta. Ini adalah mendekati kesempurnaan kesadaran atman yang luas dan dalam. Berlangsung tanpa henti. Ini juga merupakan alam para avatara, dimana karena kedalaman welas asih beliau para dewa atau dewi dari alam ini banyak yang lahir kembali ke dunia menjadi satguru yang terang dan membebaskan bagi manusia. Pada mandala inti dari Maha-Isvara Dharma Loka adalah stana Dewa Shiva.
Ini merupakan alam puncak dimensi alam semesta suci tingkat ke-lima atau Satya Loka. Para mahadewa yang “melebur menjadi satu” dengan Dewa Shiva di alam ini adalah mereka yang disebut mahat atau maha-kesadaran kosmik. Tidak memiliki wujud, tapi sebagai chittakash atau maha-kesadaran yang menyatu konstan laksana meditasi terus-menerus dan luas tidak terbatas sebagai seluruh penjuru ruang alam semesta dan para mahluk itu sendiri. Berpusat pada keseimbangan bathin yang sempurna [upeksha] serta pancaran sifat welas asih [dayadhvam] yang tidak terhingga tanpa batas. Yang kemudian menghasilkan kebijaksanaan sempurna [rtam bhara prajna], sebuah kebijaksanaan tidak terjelaskan yang jauh melampaui standar manusia.
MOKSHA
Moksha adalah penyatuan kosmik antara Atman dengan segala keberadaan maupun diluar keberadaan. Tercapai ketika sang atma telah mencapai kondisi penuh keheningan sempurna. Atman Brahman Aikyam. Di Jawa disebut manunggaling kawulo lan Gusti. Laksana setetes air yang tersadar bahwa dirinya bukanlah setetes air, melainkan samudera yang maha luas.
Ini adalah puncak pencapaian samadhi yang sangat sulit dijelaskan. Tidak ada kebahagiaan dan tidak ada kesengsaraan, tidak ada kesucian dan tidak ada kegelapan, ini disebut advaitta citta atau melampaui seluruh dualitas, segala keterkondisian bathin sudah lenyap sempurna. Dan di tingkat kesempurnaan yang maha-sempurna, semua kata-kata, bahasa dan logika manusia tidak lagi dapat menjangkaunya. Itu sebabnya para satguru yang sudah sampai di sini semuanya menggunakan simbol-simbol, bahasa simbolik yang puitis atau penjelasan sesingkat mungkin.
SIKAP KITA SEBAGAI MANUSIA
Dengan mahluk-mahluk alam suci manapun sudah selayaknya kita sebagai manusia harus memiliki rasa hormat dan sopan santun. Banyak buku-buku suci Hindu yang menerangkan bagaimana cara menghormati para dewa yang kita kenal dengan dewa yajna. Ini sudah selayaknya kita lakukan karena para dewa sering membantu, menjaga dan melindungi kita agar kita bisa mengembangkan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar