Selasa, 12 Juli 2022

Kulkul Khas Bali, Bukan Kentongan Sembarangan

 


Kulkul tidak bisa lepas dari keadaan sosial dan budaya masyarakat di Bali. Kulkul sejak zaman dahulu digunakan sebagai alat komunikasi, untuk mengingatkan masyarakat akan kegiatan dalam organisasi kemasyarakatan tradisional, seperti banjar maupun subak.
Kulkul biasanya terbuat dari kayu, dan ditempatkan pada bangunan yang disebut bale kulkul. Bale kulkul bisa ditemukan di balai banjar atau pura. Keberadaan bale kulkul pun menjadi bagian yang tidak bisa terlepaskan dalam arsitektur Bali.
Meskipun kini alat komunikasi sudah berkembang pesat dengan kehadiran teknologi, namun kulkul masih menjadi alat komunikasi komunal untuk segala kegiatan organisasi yang bersifat adat di Bali.
Kulkul tercatat dalam naskah kuno di Bali
Keberadaan kulkul diperkirakan sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha di Jawa. Hal ini bisa ditemukan dalam naskah-naskah kuno di Bali seperti Lontar Awig-awig (Aturan adat) Desa Sarwada (Singkatan dari sarwa ada atau serba ada), Markandya Purana (Memuat dialog antara Markandeya atau resi kuno dalam kepercayaan Hindu dan seorang Resi Jaimini), dan Diwa Karma. Naskah kuno itu menjelaskan bagaimana kayu sebagai kulkul memiliki makna pikiran dalam kehidupan manusia.
Pada masa kolonial Belanda, kulkul dikenal dengan istilah tongtong. Seiring berjalannya waktu, kulkul juga dibuat dari bambu dan lebih dikenal dengan nama kentongan. Fungsinya pun sama, yakni sebagai pemberi pesan kepada masyarakat dengan suara-suara tertentu.
Kulkul mempunyai fungsi yang berkaitan erat dengan kegiatan banjar. Berikut merupakan beberapa fungsi dari kulkul:
1. Tanda Pertemuan Rutin
Masyarakat Bali biasanya melakukan pertemuan rutin sebulan sekali pada setiap banjar . Menjelang hari pertemuan, terlebih dahulu kulkul dipukul dengan sebuah alat pemukul dari kayu.
Suara kulkul akan terdengar sampai ke pelosok banjar. Suara tersebut merupakan panggilan kepada warga untuk segera berkumpul di tempat yang sudah disepakati bersama.
2. Tanda Pengerahan Tenaga Kerja
Selain sebagai tanda pertemuan, bunyi kulkul juga mengandung arti untuk pengerahan tenaga kerja. Pengerahan tenaga kerja tersebut ada yang sudah direncanakan, dan ada pula yang sifatnya mendadak.
Bentuk pengerahan tenaga kerja yang sudah direncanakan contohnya gotong royong membersihkan desa, mempersiapkan upacara di pura bagi masyarakat Bali, dan mencuci barang-barang suci. Pengerahan warga diawali dengan terdengarnya suara kulkul. Segera, setelah warga berkumpul, mereka secara bersama-sama melakukan aktivitas membersihkan desa.
3. Tanda Gejala Alam
Di samping sebagai tanda pertemuan rutin dan pengerahan tenaga kerja, kulkul sering kali digunakan ketika terjadi gejala alam seperti gerhana bulan yang akan disambut oleh seluruh banjar. Masyarakat Bali berkeyakinan bahwa gerhana bulan terjadi karena bulan dimangsa oleh Kalarau. Bunyi kulkul yang menggema di seluruh Bali akan menghilangkan konsentrasi Kalarau, sehingga ia akan melepaskan bulan kembali.
4. Tanda Bahaya
Kulkul biasa juga digunakan sebagai penanda adanya bahaya, seperti bencana alam, kejahatan, dan pertempuran, ritme pemukulan kulkul yang digunakan tempo cepat dan berulang-ulang dikenal dengan kulkul bulus. Ritme tersebut sebagai tanda berkumpul secara cepat atau pergi menjauh secara cepat bergantung pada situasi yang terliha
Ada empat jenis kulkul yang dikenal oleh masyarakat Bali yaitu
1. Kulkul Dewa
Kulkul Dewa adalah kulkul yang digunakan saat upacara Dewa Yadnya. Kulkul Dewa dibunyikan ketika memanggil para dewa. Ritme yang dibunyikan sangat lambat dengan dua nada yaitu ‘tung.... tit.... tung.... tit.... tung.... tit’ dan seterusnya.
2. Kulkul Bhuta
Kulkul Bhuta adalah kulkul yang digunakan saat upacara Bhuta Yadnya. Kulkul Bhuta dibunyikan apabila akan memanggil para Bhuta Kala guna menetralisir alam semesta sehingga keadaan alam menjadi aman dan tenteram.
3. Kulkul Manusa
Kulkul Manusa adalah kulkul yang digunakan untuk kegiatan manusia, baik itu rutin maupun mendadak. Kulkul Manusa terbagi atas tiga jenis yaitu Kulkul Tempekan, Kulkul Sekeha-sekeha, dan Kulkul Siskamling. Bunyi ritme kulkul manusa untuk kegiatan yang rutin ialah lambat dan pendek, sedangkan pada kegiatan mandadak, terdengar cepat dan panjang.
4. Kulkul Hiasan
Diberi nama kulkul hiasan karena kulkul ini diberi hiasan-hiasan untuk menambah keindahannya. Biasanya kulkul ini sering dijadikan oleh-oleh atau buah tangan. Para wisatawan yang datang ke pulau bali menganggap kulkul sebagai sebuah barang antik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar