Leluhur kita di Bali mewariskan ajaran dharma tradisional, “Idupe nak anggo ngalih bekel idup lan bekel mati”. Yang berarti tujuan kehidupan ini adalah untuk mempersiapkan bekal kehidupan dan mempersiapkan bekal kematian.
Menyangkut mempersiapkan bekal kehidupan sebagian besar manusia sangat disiplin dan bersemangat. Belajar yang rajin di sekolah, bekerja yang tekun di tempat kerja, membuka usaha, dsb-nya. Hal ini tentu saja hal yang sangat baik dan selayaknya harus kita lakukan.
Hanya sayangnya menyangkut mempersiapkan bekal kematian, sebagian besar manusia cenderung lupa atau mengabaikannya. Padahal kematian pasti akan dialami setiap manusia. Orang suci orang jahat, orang miskin orang kaya, rajin sembahyang tidak rajin sembahyang, siapapun dan apapun kita, semuanya pasti akan mati.
Apa maksud leluhur kita di Bali dengan mempersiapkan bekal kematian ? Ini adalah pengetahuan tentang samsara. Hidup kita disaat ini sangat tidak kekal, paling lama katakan saja selama 100 tahun dan suatu saat kita akan mati. Serta bahwa hidup ini tidak hanya sekali ini saja, kita sudah terlahir milyaran kali di alam samsara ini. Kita terus saja berputar-putar tidak berarti [segala sesuatu tidak kekal] di alam samsara ini, dalam ketidaktahuan, kebingungan dan penderitaan.
Maksud leluhur kita di Bali dengan mempersiapkan bekal kematian adalah agar kita mawas diri, memiliki pandangan terang dan kejernihan pemahaman terhadap realita alam samsara ini. Bahwa hidup sebagai manusia tidak sesederhana yang kita pikirkan, alam samsara ini tidak semudah yang kita pikirkan.
Dari seluruh alam samsara, hidup sebagai manusia kita berada di alam tengah [Bwah Loka], yaitu berada diantara alam-alam rendah yang penuh penderitaan [Bhur Loka] dan alam-alam atas yang penuh kebahagiaan [Svah Loka]. Hal inilah yang memungkinkan kita manusia dapat merasakan datangnya kebahagiaan dan penderitaan secara silih berganti. Kadang di suatu masa waktu kita mengalami lebih banyak kebahagiaan, kadang di suatu masa waktu kita mengalami lebih banyak penderitaan.
Hal ini amat sangat berbeda dengan alam-alam rendah [binatang, mahluk alam bawah] yang sangat dominan sepanjang waktu dipenuhi penderitaan, serta sebaliknya alam-alam atas [Svarga Loka, alam para Dewa] yang sangat dominan sepanjang waktu dipenuhi kebahagiaan.
Di alam samsara ini untuk dapat terlahir sebagai manusia sangatlah sulit dan berharga. Kita sangat beruntung, karena disebabkan oleh akumulasi karma baik kita di banyak kehidupan sebelumnya, yang membuat kita terlahir sebagai manusia. Terlahir sebagai manusia sangat berharga, karena sebagai manusia kita akan dapat melihat dengan jelas penderitaan alam samsara ini, kemudian jika kita dapat memahami kebenaran ajaran dharma, maka kita dapat memiliki keinginan dan tekad kuat untuk membebaskan diri kita dari penderitaan alam samsara.
Tapi bagi orang yang belum dapat memahami kebenaran ajaran dharma tradisional leluhur kita di Bali, agar kita juga mempersiapkan bekal kematian, maka mereka akan menjalani hidup hanya sekedar untuk mengejar kenyamanan, kebahagiaan atau kesenangan. Asal bisa makan, asal bisa hidup enak, asal tercapai apa yang diinginkan. Hidup sebagai manusia itu mudah, untuk apa kita ruwet-ruwet, biasa-biasa saja, yang penting bahagia dan senang-senang.
Di alam samsara ini, kehidupan sebagai manusia yang hanya mengejar kenyamanan, kebahagiaan atau kesenangan, hidup yang biasa-biasa saja, itu bukanlah sebuah kehidupan yang layak. Terutama karena dapat terlahir sebagai manusia di alam samsara ini sangat langka dan sangat berharga.
Jika kita tidak mempersiapkan bekal kematian, maka disaat kematian, setelah melewati Alam Antarabhava, Atma kita akan bernasib seperti debu yang terhisap vacuum cleaner. Langsung terhisap tidak berdaya menuju kelahiran kembali atau menuju alam-alam yang sesuai dengan akumulasi karma kita sendiri. Dari sini terbuka suatu kemungkinan hidup kita sebagai manusia disaat ini dapat menjadi pintu kejatuhan ke alam-alam rendah yang penuh kesengsaraan berat saat kita mati [menjadi hantu, wong samar, setan, atau terlahir kembali sebagai binatang].
Hidup sebagai manusia di alam samsara ini sangat berharga dan sangat langka. Hidup penuh suka cita dan bahagia itu penting, tapi kita juga harus membiasakan diri melakukan praktek-praktek spiritual yang dapat membebaskan diri kita dari penderitaan alam samsara yang tidak berujung akhir ini, khususnya dengan melakukan berbagai usaha agar hidup bukan hanya sebatas untuk diri kita sendiri dan keluarga, tapi lebih luas lagi agar dapat bermanfaat bagi semua mahluk. Salah satunya mengisi hidup ini dengan tekun melaksanakan sadhana belas kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar