Orang yang bagaimana disebut WIKU ? Pertanyaan seperti itu kerap muncul dalam perbincangan banyak orang . Melalui pertanyaan itu mereka seakan INGIN MEMBEDAKAN yang mana WIKU dan yang mana WIKU - WIKUAN . Keinginan MEMISAHKAN yang ASLI dengan yang PALSU adalah WAJAR dan MANUSIAWI .
KARENA DALAM PERTEMUAN BANYAK WIKU MISALNYA . TIDAK LAGI MUDAH MENUNJUK YANG MANA WIKU - WIKUAN DAN YANG MANA WIKU SEJATI .
KEDUANYA MENAMPAKKAN DIRI DENGAN ATRIBUT DAN AKSESORIS YANG NYARIS TIDAK BERBEDA .
Istilah WIKU - WIKUAN bukan buatan karena MERASA IRI ( TIDAK ) ini murni karena melihat PRAKTEK DIMASYARAKAT .
Istilah itu tercantum dalam beberapa PUSTAKA tentang WIKU dan KEWIKUAN . Kenyataan itu menandakan bahwa Fenomena WIKU - WIKUAN ternyata sudah menjadi KELUHAN JAGAT sejak dahulu bahkan sebelum teks - teks itu disusun .
Sekarang kembali kita pertanyakan , SIAPAKAH YANG SEBENARNYA YANG DISEBUT WIKU ITU ?
PERTANYAAN IN TENTU SANGAT RELEVAN . KARENA SEKARANG INI PERKEMBANGAN JUMLAH WIKU SANGAT PESAT .
Dari berbagai Pustaka tentang WIKU dan KEWIKUAN , kita mendapat berbagai petunjuk bagaimana caranya mengenali sosok WIKU .
Tiga diantara petunjuk itu adalah :
1) . WIKU adalah ORANG SUCI
WI berarti TIDAK
KU berarti KOTOR
( secara harfiah seorang wiku adalah orang
Yang tidak kotor , atau orang suci .
Apanya yang suci ?
Suci badan kasarnya . Suci badan halus -
nya . dan suci pula badan pembungkus
Atmanya ) .
2) . WIKU adalah seorang SADHAKA .
( yang disebut SADHAKA adalah orang yang
Menggelar SADHANA . yang dinamakan
SHADANA adalah YOGA ) .
3) . WIKU adalah orang yang Bertongkatkan
SHASTRA .
( Maksudnya ..... Orang yang disebut wiku
Adalah orang yang menggunakan
SHASTRA sebagai pegangan .
SHASTRA menjadi pegangan sang wiku
Ketika menempuh hidup . dan ketika
menyongsong mati ) .
ITULAH SEBABNYA
DALAM BERBAGAI CERITA
DIANALOGIKAN BAHWA WIKU
YANG TIDAK BERSHASTRA
TIDAK BEDA
DENGAN ORANGTUA RENTA
TANPA TONGKAT .
Seperti itulah barangkali jadinya apabila WIKU TIDAK BERTONGKAT SHASTRA . Keadaannya SANGAT MEMPRIHATINKAN dan sekaligus SANGAT MEMBAHAYAKAN ! . karena bagaimana mungkin seorang WIKU akan berhasil MERAHAYUKAN JAGAT . apabila MERAHAYUKAN DIRINYA SENDIRI saja ia TIDAK MAMPU . mana bisa seorang WIKU mengentaskan kesengsaraan ATMA orang banyak . Sedangkan ATMA SENDIRI belum tentu bebas dari PAPA dan SENGSARA .
ITULAH SEBABNYA
KEADAAN SEORANG WIKU
YANG TIDAK MEMILIKI
TONGKAT SHASTRA
ATAU YANG KEHILANGAN SHASTRA
SANGAT MEMPRIHATINKAN .
KEHADIRANNYA JUGA DIPANDANG
SANGAT BERBAHAYA
BAGI KERAHAYUAN
SEGALA YANG HIDUP DI JAGAT INI .
Ajaran tentang TONGKAT SHASTRA sebenarnya TIDAK HANYA DITUJUKAN kepada para WIKU . Pesan NITI SHASTRA itu terutama di TUJUKAN kepada para CALON WIKU . BAIK CALON YANG SUDAH MATANG .
HAMPIR MATANG . CALON SETENGAH MATANG ATAU MATANG SEPARO . ATAUPUN CALON YANG MASIH MENTAH .
apa yang dikatakan NITI SHASTRA itu tidak ubahnya sebagai sebuah PERINGATAN KERAS agar jangan sampai TIDAK MEMPERCAYAI AJARAN TONGKAT SHASTRA .
Kalau sampai TIDAK MEYAKINI KEBENARAN PESAN itu . Maka akan TERJADI seperti tertulis dalam karya Shastra SALAMPAH LAKU
" HANA WONG PANGRESEK JAGAT "
Maksudnya ....
ADA ORANG ( CALON )
YANG KEHADIRANNYA
TIDAK LEBIH
SEKEDAR MENAMBAH
JUMLAH ORANG ( WIKU )
DI DUNIA YANG SEMAKIN SESAK INI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar