Filosofi pakaian adat Bali pada dasarnya bersumber pada ajaran Sang Hyang Widhi, yakni Tuhan yang dipercayaii memberikan keteduhan, kedamaian dan kegembiraan bagi umat Hindu yang mempercayainya.
Pakaian adat Bali pada dasarnya adalah sama, yakni kepatuhan terhadap Sang Hyang Widhi. Dasar konsep dari busana adat bali adalah konsep Tapak Dara (swastika) yang disebut Tri angga yang terdiri dari:
• Dewa Angga: Dari leher ke kepala.
• Manusa Angga: Dari atas pusar sampai leher.
• Butha Angga: Dari pusar sampai bawah.
Jenis Pakaian Adat Bali
Jenis pakaian adat Bali adalah sebagai berikut.
1. Payas Agung
Payas Agung adalah pakaian adat Bali yang hanya digunakan oleh dalam berbagai acara adat seperti pernikahan, munggah deha (upacara kedewasaan), pitra yadnya (ngaben), mesagih (upacara potong gigi), dan upacara adat lainnya.
Dari laman resmi Dinas Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Buleleng, pada zaman dulu, hanya darah bangsawan saja yang bisa mengenakan Payas Agung. Namun, kini semua kalangan bisa menggunakannya.
Payas Agung dominan dengan warna emas dan mahkota tinggi yang menjulang. Untuk wanita, mengenakan pakaian ini terlihat anggun, cantik dan elegan. Untuk pria, Payas Agung mengkombinasikan lilitan kain songket mewah dengan jas beludru bermotif prada Bali.
Penggunaan Payas Agung disertai riasan yang mewah. Pada bagian dahi wanita dirias dengan lengkungan atau srinata agar wanita terlihat lebih bersahaja. Di antara kedua alis terdapat bindi yang dalam agama Hindu diyakini sebagai simbol penanda cinta, kecantikan, kemakmuran, kehormatan, hingga penangkal nasib buruk. Dahi menjadi lokasi penggunaan bindi karena merupakan tempat cakra keenam.
Busana wanita akan memakai tapih (kain) panjang yang melilit tubuh dari dada hingga ke jari kaki. Tapih ini akan dilapisi kemben sebagai penutup dada dan kamen untuk menutup hingga ke mata kaki.
Perhiasan yang digunakan adalah cerik (seperti gelang) di bahu sebelah kiri serta pending emas (seperti ikat pinggang) di pinggang, gelang kana di lengan, dan gelang satru di pergelangan tangan.
2. Payas Jangkep
Payas Jangkep adalah pakaian adat Bali yang artinya busana dan riasan lengkap (jangkep). Tampilan pakaian ini sekilas hampir mirip dengan Payas Agung. Tetapi, aksesoris payas jangkep lebih lengkap dan tidak semewah Payas Agung.
Payas Jangkep dikenakan pada saat sesi lamaran pernikahan, upacara kemanusiaan yang saling menghormati satu sama lain, acara wisuda, atau acara lain yang bersifat formal.Pada Payas Jangkep, wanita biasanya menggunakan sanggul tanpa srinata.
Biasanya sanggul diberi hiasan emas dan bunga segar, tapi tak setinggi dan seberat Payas Agung. Untuk atasan, wanita biasanya menggunakan kebaya khas Bali berbahan brokat dengan desain yang mewah. Korset atau bulang pasang dikenakan sebelum kebaya. Maknanya sebagai simbol pengontrol emosi wanita.
Pria mengenakan baju safari yang memiliki bentuk serupa dengan kemeja pada umumnya. Bedanya, baju safari memiliki kerah dan dua saku di bagian kiri serta kanan bawah.
3. Payas Madya
Payas Madya berarti pakaian adat Bali yang sedang atau menengah. Tampilannya tidak terlalu mewah tapi juga tidak terlalu sederhana. Payas Madya dikenakan oleh orang Bali untuk kepentingan upacara keagamaan seperti sembahyang ke Pura, hari raya umat Hindu, upacara kremasi, dan lain sebagainya.
4. Payas Alit
Payas Alit adalah pakaian adat Bali yang paling sederhana. Kata ‘alit’ berarti kecil atau sederhana. Payas Alit dikenakan oleh warga Bali pada saat yang tidak terlalu istimewa, seperti saat membersihkan tempat suci, kegiatan gotong royong, atau membantu tetangga di sekitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar