Minggu, 30 Agustus 2015

Aham Brahmaasmi-Tat Tvam Asi





Pandangan Hindu pada alam material dan non material ini adalah juga bagian dari Sang Diri sehingga disebut dalam mantra Sarva Khalvidam Brahma (Segalanya adalah Tuhan).
Wedanta mengajarkan untuk melihat kesatuan segala hal dan segala mahluk di dalam Sang Diri (Narayana). Sang Diri ada pada segalanya dan segalanya ada pada Sang Diri. Menghormati dan menjaga alam dan isinya sama dengan menghormati diri sendiri. Jadi dengan mampu menghormati alam dan isinya serta diri sendiri otomatis kita mampu mencintai Tuhan.
Maka sikap kebaktian Hindu terkait tiga hal yang disebut Tri Hita Karana. Orang-orang Hindu menghormati segala bentuk suci ada di segala hal dan juga mengakui kesucian yang tak berbentuk bahkan melampaui Sang Pencipta dan universal sebagai Hyang Mutlak atau disebut dengan berbagai istilah berkenaan hal ini misal Paramasiwa (Siwa-Sadasiwa-Paramasiwa). Rasa kesucian ini adalah alasan mengapa orang Hindu menemukan tempat suci dimana-mana dan semua memiliki tingkat kesucian yang sama.
Orang Hindu menghormati segalanya melihat esensi sejati dibalik segala wujud sebagai Hyang Paramakawi atau Yang Mutlak. Sehingga orang-orang Hindu memiliki banyak gunung-gunung dan bukit-bukit suci, danau-danau suci, sungai-sungai suci, pohon dan hutan suci, batu suci, bunga suci, rumput suci, binatang-binatang suci, manusia suci dst. Orang-orang Hindu mampu menghormati Yang Suci tidak hanya dalam bentuk manusia tapi juga dalam semua bentuk alam sebab dibalik semua itu adalah Hyang Mutlak atau Hyang Paramakawi yang bersemayam meresap dan membungkus (Wyapi Wyapaka).
Sikap kebaktian Hindu ini bukalah sikap pagan/berhala/musrik seperti versi kepercayaan semit alamatkan atau gambarkan. Ini bukan pemujaan alam eksternal semata tapi sekaligus ranah Internal. Ini adalah pengakuan realitas Tuhan Maha Suci yang benar! Tuhan yang Maha Suci adalah segala Wujud dan Non Wujud. Tuhan ada pada segala hal baik sebagai wujud dan non wujud dan memenuhi segala hal. Oleh Wedanta umat Hindu mengakui bahwa realitas Tuhan Yang Maha Suci ada pada segala hal di alam semesta ini tak terbatas (Sarva Khalvidam Brahma).
Dalam kepercayaan semit ada banyak tempat suci juga, namun tempat ini didefinisikan demikian karena kaitannya dengan manusia yang disucikan pernah berkunjung kesana walaupun tempat itu memiliki latar belakang alam yang indah.
Tempat-tempat suci di kepercayaan semitik mendapat predikat demikian karena beberapa nabi, juru selamat atau orang suci pernah berkunjung kesana atau berkomunikasi kepada Allah dari tempat itu. Jadi tempat itu tidak suci karena daya kharismanya sendiri.
Orang-orang dari agama semit dapat mengagumi tempat-tempat indah dari alam dan menghormatinya sebagai ciptaan Allah untuk murni dimanfaatkan manusia hanya sebagai benda atau seperti pandangan awam kita melihat ternak, jadi tidak bisa melihat/merasakan/menghormati/menyembah tempat itu sebagai manifestasi Tuhan. Ibadah mereka terbatas pada Allah dan wakil manusianya di dunia ini baik itu utusan, nabi atau rasul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar