Rabu, 19 Agustus 2015

Kisah sang Nila Candra

Dagang Banten Bali


Sang Nilacandra marah dan segera mengambil senjata gada ,lalu berperang melawan siluman naga berbisa itu. Kepala naga itu di pukulnya, mahkotanya pecah lalu mati. Raja Baladewa gugur di medan perang. Ia kemudian diserang oleh gajah besar dan kaki gajah tersebut di sabetnya dgn gadanya yang ampuh hingga remuk. Sang Bhima mengaduh kesakitan dan tergeletak di tanah. Sang Nilacandra di serang oleh raja Kresna dalam wujud Wisnumurti,keseribu tangannya menyerang,dengan anak panah yang tajam, mencabik cabik tubuh Sang Nilacandra. Bagaikan diperciki air keadaannya segera kekuatan seribu panah tersebut hilang lenyap tidak mempan di tubugh sang Nilacandra ,lalui membalas memukul dada Dang Kresna, Pikiran Raja Kresna kebingunan dimasuki obat mujarab,di umpat oleh Raja NilaCandra dan ia lari meninggalkan pertempuran. Dengan kejam Sang Arjuna menikam tunguh Sang Nilacandra dari belakang dengan seribu anak panah yang tajam namun tiada mempan, Sang Nilacandra menoleg sekaligus membalas memukul dadaSang Arjuna dengan gadanya. Kekuatan Wisnumurti Sang Arjuna lenyap,ia pun berlari tanpa berani menoleh kepada Raja Nilacandra. Melihat Sang Kresna dan Arjuna melarikan diri Raja Nilacandra menepuk pahanya sebelah kanan maka muncullah Bhutaraja berwajah menakutkan, besar dan tinggi bagaikan gunung berjalan.. Ia di perintahkan mengejar pelarian Sang Kresna ke tengah Hutan belantara. Lagi Sang Nilacandra memusatkan pikiran dan menepak paha sebelah kira maka muncullah Mabherawi berwujud dua gadis cantik dan diperintahkan mengejar pelarian Sang Arjuna menuju semak belukar.
Ditemukan sang Arjuna bersembunyi di tengah hutan,kelelahan karena berlari. Kedua gadis Mabherawi menyapa dan mengatakan mereka juga hendak beristirahat di tengah hutan, dengan tutur kata yg lemah lembut dan memikat serta lirikanmata yang menggoda membuat hati sang Arjuna terpesona menyaksikan kecantikan dua gadis tersebut, sang Arjuna jatuh cinta, ia mendekat dan menuturkan kenapa ia lari, seketika kedua gadis ini marah dan sang Arjuna ditanggkap tanpa perlawanan, kedua gadis tersebut sesungguhnya dalah jelmaan Sang Hyang Apana Samana Bayu, sang arjuna pun di ikat dan di bawa menghadap Sang Nilacandra, diletakkan di bawah pohon Langurung,kedua gadis itupun dikembalikan oleh Raja Nilacandra ke paha kirinya. Sementara itu Sang Nilacandra juga menyuruh pasukannya mengumpulkan rekan mereka yang gugur dan mayatnya di kumpulkan dibawah pohon Langurung tersebut.Tiba –tiba sang Nakula Sahadewa datang dan menyerang Sang Nilacanrda karena merasa kesal akan kekalahan saudaranya dimedan laga.Dengan senjata keris Candrahasa di keroyok ketika tidak bersenjata namun tiada mempan,sejurus kemudian kedua saudara kembar tersebut di tangkap dan dibenturkan kepalanya sehingga tewas seketika.
Di kisahkan Sang Bhutaraja sebagai perwujudan kekuatan BayuMahabhima,yang keluar dari celah batin Sang Nilacandra mengobrak abrik hutan mencari Maharaja Kresna yang bersembunyi yang ditemukan olehnya Maharaja Krsna bersembunyi di jurang yang dalam dengan mengecilkan tubuhnya, Maharaja Kresna terus diburu dan sampailah di tengah tanah yang gersang dan hendak titangkap karena tidak ada lagi celah untuk bersembunyi. Ketika hendak ditangkap, munculah Begawan Handasingha dari alam gaib memerintahkan Sang Bhutaraja untuk mengurungkan niat menangkap Maharaja Krsna dan melapor perintah itu kepada Raja Nilacandra. Sang Bhutaraja menuruti nya dan setelah melapor dikembalikan ke tempat asal semula.
Setelah keempat Pandawa bersaudara tewas, datanglah Maharaja Yudistira dengan kereta putihnya. Di saksikan oleh sang Raja saudaranya telah tiada, hatinya hiba maka tumbuhlah rasa kasih saying menguasai diri nya sehingga muncul api kemarahan. Sifat ksatrianya mekar sehingga muncul keinginan bertaruh demi menolong saudaranya . Kemudian beliau memusatkan batin pada kekuatan senjata pustakanya yang bernama Sang Hyang Kalimosada, sekejap tubuh Sang maharaja berubah menjadi Kalagni berkobar kobar memenuhi medan perang.
Di lihat oleh Sang Nilacandra ,dengan marah Nilacandra mengambil gadanya dan hendak melawan, tiba tiba Sang Hyang Werocana turun, berdiri di Ryusnisadesa di pangkal tangkai bunga teratai, lengkap dengan senjata Bajranya, Begawan Handasingha juga turun menasehati Sang Nilacandra katanya :
“ Wahai adikku Raja Narajadesa, kali ini ulahmu menyimpang,kau berani durhaka pada Raja Hastina pastilah kekuatan tapamu dulu itu akan tenggelam.Pada saat kematianmu ,kau akan ditenggelamkan di kawah neraka Tambragomuka karena kau di kutuk oleh ayahmu, yang telah menjadi dewa.Kaulah yang memunahkan laku tapa ayahmu, yang dulu diangkat menjadi perdana menteri oleh Raja Pandu.Karena kau adalah abdi Raja Yudistira maka kau akan kena kutukan pada saat kematianmu, sebagai abdi Bhatara Dharma, sebab Bhatara Dharma menjelma pada tubuh Raja Yudistira,mati tanpa meninggalkan jasad, dan lagi Raja Krsna adalah penjelmaan Bhatara Wisnu, yang bertugas menyelamatkan dunia.Karena itu, berbaktilah engkau kepada mereka. Jika Raka Krsna dan Yudistira di bunuh di medan perang,sekalipun kau berhasil melakukannya berkat anugrah Sang Hyang Werocana kepadamu,maka dunia ini akan lenyap berubah menjadi lautan luas.Bhatara Guru akan marak kepadamu,kau akan di kutuk menjadi kerak kawah selama tujuh turunan,tidak pernah menemukan keselamatan, sebagai pahalamu durhaka kepada Sang Hyang Dharma. Kau tidak memiliki kewenangan menjadi raja, sebab penjelmaanmu dari manusia biasa. Sekalipun ada keutamaan penjelmaanmu, tetapi mulai saat ini kau harus bertindak berdasarkan kebenaran sebagai pahalanya kau akan di sayang oleh Bhatara Dharma dan Bhatara Wisnu, baik di dunia maupun saat kematianmu kelak.” ….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar