Dagang Banten Bali |
Dikisahkan setiap bulan Dewa Siwa dan Dewi Parwati memiliki rutinitas untuk menengok putra tercinta beliau Dewa Kumara yang mengasingkan diri di gunung yang cukup jauh dari Kailash setelah mengalami kekalahan dalam sebuah sayembara melawan Dewa Ganesha. Dewa Kumara sepenuhnya mendedikasikan diri untuk memelihara anak-anak.
Didalam ritual agama Hindu Bali, beliau berstana di pelangkiran yang berada di kamar tidur. Kesitulah Dewa Siwa dengan Dewi Uma menengok putranya setiap bulan. Kapankah itu ???
Di Bali kita mengenal hari raya yang datangnya setiap bulan. Yaitu ANGGARA KASIH yang jatuh setiap hari selasa kliwon (anggara kliwon). Setiap anggara kasih (anggara kliwon), Dewa Siwa melakukan semadhi untuk menganugrahkan ketajaman bhudi kepada umat manusia yang berupa wiweka (kemampuan untuk memilah yang baik dan yang buruk. Dengan adanya wiweka, maka bhudi akan mengembangkan perasaan saling mengasihi, menyayangi, dan menghargai semua mahluk.
Dalam Sundarigama disebutkan
" Dan pada hari pancawara, yakni setiap datangnya hari kliwon, adalah saatnya beryoga Bhatara Siwa, sepatutnya pada saat yang demikian melakukan penyucian dengan menghaturkan wangi-wangian di pemerajan dan diatas tempat tidur (plangkiran). Sedangkan yang patut disuguhkan di pintu masuk pekarangan rumah ialah segehan kepel, di halaman sanggah kepada SANG BHUTA BUCARI, di halaman rumah kepada SANG KALA BUCARI, dan di dengen (depan pintu masuk pekarangan rumah) kepada SANG DURGA BUCARI.
Dewa Siwa yang tengah beryoga semadhi juga bergelar SANG HYANG LUDRA. Yang memiliki aspek melebur. Segala sesuatu yang dilebur tentunya sudah tidak berguna bagi kehidupan, atau mengganggu keseimbangan dan keharmonisan kehidupan seperti penyakit, pencemaran, gangguan-gangguan secara spiritual dll.
Dewa Siwa dikenal sebagai pengembara di malam hari yang mengajarkan ajaranya melalui Dewi Uma (Dewi malam). Disamping melakukan yoga semadhi, Dewa Siwa juga menganugrahkan ketajaman bhudi, dan juga melebur segala mala, kekotoran semesta ini agar menjadi suci, yang beliau lakukan pada anggara kasih.
Di dalam Sundarigama kembali disebutkan,
" Pada hari anggara kasih artinya adalah suatu saat untuk mewujudkan cinta kasih kepada dirinya. Pada hari tersebut, sepatutnyalah untuk peleburan bencana dan membersihkan diri dari segala kecemaran yang melekat pada diri, dengan cara perenungan suci. Sebab pada saat itulah Hyang Ludra melakukan yoga yang bertujuan memusnahkan kecemaran dunia. Pelaksanaan Widhi Widananya dengan menghaturkan wangi-wangi, dupa astanggi dan dilanjutkan dengan metirtha pabersih.
Pada anggara kasih selain melakukan pemujaan kepada Sang Hyang Siwa, pemujaan juga ditujukan kepada Sang Hyang Ayu (manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pemberi anugrah berupa WELAS ASIH.
Disadur dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar