Senin, 24 Agustus 2015

Nama-Rupa-Nimita



Dagang Banten Bali


Om swastiastu, Om Awignamastu namasidham,
BANTEN SEBAGAI WALI atau WAKIL PERASAAN IKLAS (wali pikhayunan suci)
Banten Pejati adalah nama banten atau upakara atau sesajen yang sering dipergunakan sebagai sarana untuk mempermaklumkan tentang kesungguhan hati akan melaksanakan suatu upacara dengan dipersaksikan kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa / manifestasi-Nya. Di dalam rontal ”Tegesing Sarwa Banten”, dinyatakan ; -- ”Banten mapiteges pakahyunan, nga ; pakahyunan sane jangkep galang” --- (Banten itu adalah buah pemikiran, artinya pemikiran yang lengkap dan bersih) --- Mewujudkan banten yang indah, rapi, meriah, unik dengan simbol-simbolnya, harus selalu diawali dengan pemikiran yang bersih, tulus serta suci. Banten juga diartikan sebagai ”wali”. Kata wali berarti ”wakil”. Jadi banten itu dalam suatu upacara dipakai sebagai wakil untuk berhubungan dengan Yang Dipuja atau Yang Dimuliakan. PeJati berasal dari kata ”jati”, mendapat awalan ”pe”, menjadi Pejati. Kata ini adalah kata dalam bahasa Bali. Jati artinya ”sungguh-sungguh”, ”benar-benar”. Jadi banten Pejati adalah sekelompok banten yang dipakai sarana untuk menyatakan rasa kesungguhan hati kehadapan Ida SHWW / manifestasi-Nya, akan melaksanakan suatu upacara dan mohon dipersaksikan dengan tujuan agar memperoleh keselamatan ---- BAGIAN-BAGIAN BANTEN PEJATI ---- Banten Pejati merupakan kumpulan dari beberapa buah banten. Adapun bagian-bagian banten pejati itu terdiri dari ; --- 1). Daksina -- 2). Peras -- 3). Ajuman -- 4). Tipat kelanan --- D A K S I N A --- Daksina merupakan ”Tapakan” atau ”Palinggih” atau sthana Ida Sanghyang Widhi Wasa saat dipuja. Adapun usur-unsur yang terdapat di dalam Daksina itu ada 13 (tiga belas) macam banyaknya, merupakan lambang dari Sanghyang Triyo Dasa Sakti, yaitu terdiri dari : --- 1). Srembeng, bebedogan atau wakul daksina, merupakan simbol ”bumi” (dunia) -- 2). Tampak Dara (+) atau Swastika, merupakan lambang Rwabhineda, simbol keseimbangan (siang dan malam) -- 3). Tampelan, porosan, merupakan lambang saling asih (subhakti suweca) -- 4). Beras melambangkan Bayu Akasa (kekuatan) -- 5). Kelapa melambangkan Sanghyang Raditya (Matahari) -- 6). Telur itik mentah melambangkan Sanghyang Candra atau Bulan -- 7). Kemiri/Tingkih melambangkan bintang atau trenggana -- 8). Pangi melambangkan segara/laut atau ”pengeleburan” -- 9). Plawa Peselan melambangkan Sanghyang Sangkara (Dewa tumbuh-tumbuhan) -- 10). Gantusan, melambangkan jiwa / Atma -- 11). Uang Kepeng, melambangkan ”sunya” atau ”kosong” (embang) -- 12). Benang Putih, melambangkan Sanghyang Akasa (embun) -- 13). Canang Sari / Genten, melambangkan para Dewa. Kata Daksina juga berarti ”upah”, yaitu upah kepada sang Muput Upacara sebagai ungkapan rasa terimakasih yang tulus iklhas ---- P E R A S ---- Peras adalah nama sebuah jenis banten yang penggunaannya sebagai pelengkap sesajen-sesajen lainnya. Diikutsertakannya banten peras sebagai pelengkap, mempunyai tujuan tertentu, terutama untuk pencapaian keberhasilan yang diharapkan. Kata peras berarti ”sah” atau ”resmi”. Jadi penggunaan banten peras ini bertujuan untuk men ”sah” kan atau me ”resmi kan suatu upacara yang diselenggarakan secara lahir bathin. Secara lahir, banten peras sudah diwujudkan sebagai sarana, dan secara ”bathin” dimohonkan pada persembahannya. Sebagai suatu contoh dapat dikemukakan pada upacara pelaksanaan ”meras anak”, berarti mengesahkan atau "meresmikan” pengangkatan anak tersebut. Peras mengandung makna ”Prasida” yang artinya ”berhasil”. Suatu kumpulan banten tanpa peras, maka pelaksanaannya dikatakan "tan prasida” atau tidak akan berhasil atau ”tidak sah” (tidak resmi). Di dalam rontal ”Yadnya Prakerti”, disebutkan peras sebagai perlambang ”Hyang Triguna Sakti” ---- A J U M A N --- Banten ajuman ini terdiri dari ; 2 (dua) buah untek (nasi yang bentuk ujungnya tumpul), kacang komak, telur, jajan, raka-raka (buah-buahan) serta dilengkapi dengan canang genten. Fungsi banten ajuman ini adalah sebagai ”suguhan” kepada Ida SHWW / Manifestasinya. Dibeberapa tempat yang lain, banten ajuman ini sering disebut dengan nama ”rayunan”, sodan, soda rayunan dan ajengan --- TIPAT KELANAN --- Tipat Kelanan adalah nama salah satu jenis banten, yang fungsinya sama dengan ajuman. Sarana perlengkapannya terdiri dari ; ketupat atau tipat sebanyak 6 (enam) buah yang biasa disebut "akelan”. Jenis ketupat yang dipergunakan adalah ”tipat nasi”. Sebagai alasnya dapat dipergunakan taledan, tamas, ceper yang agak besar dari ceper canang, piring, ingka dan lain sejenisnya. Diatasnya secara berturut-turut diisi ketupat sebanyak 6 (enam) buah yang kulitnya sudah dibuka terlebih dahulu dengan pisau, diletakkan pada tempat di depan. Disampingnya diisi rerasmen memakai ikan dan telur. Sedangkan dibagian belakangnya diisi buah-buahan, jajan serta sampiyan kepet-kepetan atau pelaus yang sudah lengkap tetandingannya. Telur dalam istilah bebantenan sering disebut dengan nama ”Hantiga”, yang di dalam rontal ”Tegesing Sarwa Banten” telur itu merupakan penunggalan dari Hyang Tiga, yaitu antara kulit, isi dan sarinya ••
Catatan : lontar Rareangon menyebutkan juga:" tungtunging banten ngaran tebasan/pejati, Tungtunging tebasan Ngaran Canang, Tungtunging Canang ngaran Sembah, Tungtunging sembah Ngaran Manah tulus lascarya, ning nirmala jati". artinya: intinya banten adalah pejati, intinya pejati adalah Canang, intinya canang adalah Sembah, Intinya sembah adalah ketulusan Hati dan kesucian pikiran". Jadi yang tidak sempat buat Bhakti lakar bakta ke Pura, ngiring makta manah rahayu,,, ida sanghyang widhi meraga Hyun (maha tahu terhadap niat).
Semoga ada manfaat,
Om Shanti-Shanti-shanti , Om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar