Sabtu, 22 Agustus 2015

Benang Tridatu






Benang Tridatu. _________________________ Mungkin Sahabat Dharmika sudah tidak asing lagi dengan jenis benda ini. Apakah Benang tridatu itu? Mohon diperhatikan gambar, bahwa benang atau gelang banyak jumlahnya yang dililitkan dalam satu tagan (gambar terakhir) ada yang tidak dapat disebut benang tridatu (menurut konsep Hindu) karena warnanya tidak pas.Pembuatannyapun harus memenuhi syarat. Kalau tidak demikian, maka benang ini hanya sebagai assesoris. Karena itu, silahkan ikuti dibawah ini. _________________________ Mengenal Lebih Jauh Benang Tridatu. Konsep Ketuhanan Hindu. Banyak yang mengatakan bahwa Hindu menyembah banyak Tuhan. Ini perlu diluruskan walau sebenarnya tidak perlu karena hanya menghabiskan energi untuk menjawab hal-hal yang remeh. Penjelasan lebih lanjut tentang bahwa Hindu bukan penyembah banyak Tuhan, memang pada saat ini sangat dibutuhkan, karena sraddha dan pengetahuan agama oleh umat masih kurang atau bahkan ada yang eksrtrim, bahwa Hindu adlah budaya Bali. Akibat dari pengetahuan yang masih kurang, tidak jarang generasi muda menjadi bimbang dan bahkan sampai luntur dengan keyakinannya, sehingga ada yang sampai beralih keyakinan. Hal ini tidak terlepas dari bahwa mereka senantiasa mendapat pertanyaan yang tidak bisa mereka jawab dengan tepat, tidak bisa mereka jawab dengan perasaan yakin akan kebenaran jawabannya, sehingga akhirnya banyak yang luluh dengan cemohan itu dan mereka ragu dengan agamanya sendiri. Secara singkat, pada dasarnya, ada dua konsep ke Tuhanan dalam Hindu yaitu Saguna Brahman dan Nirguna Brahman. Dalam tataran Nirguna Brahman, maka kedudukan Tuhan (Brahman) dalam posisi tidak terbayangkan (sudah umum diketahui oleh masyarakat). Hal ini sering juga disebut acintya (A=tidak, cintya dibayangkan), wyapi wyapaka-nirwikarah. Acintya tidak dapat dibayangkan (tan kagrahita dening manah). Sifat yang acintya ini bisa meresap kedalam semua ciptaanNya (Pantheisme), CiptaanNya berada didalam Tuhan (Panentheisme), sehingga sering dijabarkan sebagai monisme (yang banyak itu Satu). Juga dalam wacana Sanatana Dharma, Tuhan/Brahman juga ada dikonsepkan sebagai Saguna Brahman, Tuhan yang dengan sifat-sifat, sering disimbolkan dengan tiga kekuatan atau energi atau shakti : Brahma-Wisnu dan Shiwa. Dalam kehidupan sehari-hari inilah kemudian, tiga shakti ini diwujudkan dalam berbagai simbul seperti : Kahyangan Tiga di Desa Pekraman (Puseh-Dalem dan Bale Agung) dan yang terakhir dengan simbul benang Tridatu. Benang Tridatu. Sejarah Sejarah pemakaian benang TRIDATU dimulai pada abad 14-15 saat Dalem Watu Renggong berkuasa menjadi raja diraja di Bali, saat menaklukkan dalem Bungkut / Dalem Nusa, oleh patih Jelantik, telah terjadi kesepakatan anatara Dalem Bungkut/Nusa dengan Dalem Bali, bahwa kekuasaan Nusa diserahkan kepada Dalem Bali begitu pula rencang dan ancangan Beliau (Ratu Gede Macaling) dengan satu perjanjian akan selalu melindungi umat Hindu / masyarakat Bali yang bakti dan taat kepada Tuhan dan leluhur, sedangkan mereka yang lalai akan dihukum oleh para rencang Ratu Gede Macaling,. Bila Beliau akan melakukan tugasnya maka Kulkul Pajenanengan yang kini disimpan dan disungsung di Puri Agung Klungkung akan berbunyi sebagai pertanda akan ada malapetaka atau wabah, sehingga supaya dapat membedakan masyarakata yg Bakti dengan tidak ditandai dengan pemakaian benang TRIDATU, dan sejalan dengan identitas maka benang TRIDATU merupakan Indentitas semeton Hindu Bali yang tidak tergantikan oleh apapun karena selalu dilindungi oleh aura kedewataan. Namun kini Tridatu tidak saja untuk Hindu di Bali, namun sudah menyebar ke Manca Negara, terakhir yang terbanyak di Rusia. Makna Benang dalam upacara keagamaan umat Hindu dimanfaatkan sebagai sarana dan prasarana upacara, baik itu menyendiri atau pada bebanten yang digunakan. Benang pada banten seperti dalam banten pajati, pabuat, pamendak dengan segeh agung, mengikat jempol kaki dan tangan orang meningal, pamegat, pementasan wayang gedog dan masih banyak lagi. Kegunaan benang dalam upacara keagamaan umat Hindu demikian memiliki makna khusus yang perlu ditelaah lebih mendalam. Demikian juga dengan benang Tri Datu yang perlu diuraikan, dan dimaknai. Biasanya dipakai gelang tangan, kalung, berisi uang kepeng, dan lain-lain. Ada angapan bahwa benang Tri Datu sebagai penjaga diri, jimat, sekedar ikut-ikutan trend, paica atau banyak lagi. Hampir semua orang Bali yang beragama Hindu mengetahui benang Tri Datu atau juga sering disebut Sri datu. Secara etimologi Tri Datu berasal dari kata tri yang berarti tiga, dan datu yang berarti raja, jadi Tri Datu berarti tiga raja. Tiga raja di sini adalah tiga Dewa utama dalam agama Hindu. Tiga Dewa dimaksud adalah Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa. Sastra-sastra agama menguraikan bahwa Dewa Brahma dengan aksara suci Ang, memiliki urip 9 dengan sakti Dewi Saraswati, disimbolkan dengan warna merah. Dewa Wisnu dengan aksara suci Ung, memiliki urip 4 dengan sakti Dewi Sri, dengan simbol warn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar