Minggu, 06 September 2015

Tri Rnam

Nengah Sudana
 
Dagang Banten Bali

Om Swastyastu.
Tri Rnam, salah satunya adalah Pitra Rna. Terhadap rasa berhutang ini, Hindu mewujudkannya melalui pemujaan terhadap para leluhur, Pitra Yajna maupun Manusa Yajna. Pemujaan terhadap leluhur, diwujudkan dengan pemujaan kepada mereka melalui Pura Kawitan, Dadya, Paibon dan sanggah atau mrajan.
Kalau melihat perputaran kehidupan manusia, mereka telah lahir kembali, atau sudah mengalami inkarnasi, kenapa kita masih melakukan pemujaan kepada mereka? (Biasanya paling dekat di Mrajan?Sanggah-Paibon.)
Pertanyaan seperti ini memang ada benarnya, namun baiknya kita coba telusuri, kenapa kita masih melakukan pemujaan kepada para leluhur.
Pemujaan leluhur menjadi bagian penting bagi agama-agama Timur, karena keyakinan kita bahwa segala sesuatu yang ada berasal dari Tuhan. Tuhan dalam hal ini dikatakan sebagai penyebab materi dan penyebab efisien dari seluruh ciptaanNya. Tubuh dan jiwa, berasal dari Tuhan (disini Tuhan berlaku sebagai penyebab materi) sedangkan bentuk-bentuk anatomis yang kita lihat seperti : lobang hidung menghadap kebawah, tangan dengan lima jarinya) disini Tuhan disebut sebagai penyebab efisien, karena bila tidak demikian bentuknya, maka akan menyebabkan mahluk ybs tidak akan dapat bertahan lama hidupnya, atau paling tidak mengalami gangguan.
Kehadiran kita ke dunia, sudah jelas melalui orang tua, orang tua kita dari orang tuanya (kakek-nenek-kumpi-klewaran-jada) dan demikian seterusnya. Artinya bahwa dalam keberadaan kita, mereka yang paling awal juga memiliki peran penting dalam keberadaan kita sekarang. Dalam hal ini, mereka dikatakan sebagai penyebab antara. Selanjutnya, dengan melihat hal seperti ini, menghormati mereka merupakan kewajiban yang sangat mulia karena kita memiliki hutang kehidupan kepadanya.
...........................................
Ketika seorang manusia lahir, siapapun dia, bersamanya telah lahir satu hutang kepada Tuhan, kepada para Maha Rsi, kepada leluhur dan kepada manusia.
Maka ketika mereka menginginkan keturunan, ini berkaitan dengan hutang kepada leluhur dan atas nama para leluhur itulah oleh karenanya dia bertindak, sehingga keturunan mereka terus berlanjut tanpa gangguan.
Ketika para murid telah menyelesaikan pendidikannya, dalam inaugrasi, guru akan berbicara :
Bicaralah kebenaran. Praktikkan keutamaan. Jangan melalaikan pelajaran harianmu. Setelah membawakan kekayaan kepada guru untuk menyenangkannya, jangan putuskan benang persembahan. Jangan melalaikan kebenaran, jangan melalaikan keutamaan, jangan melalaikan kekayaan, jangan melalaikan kemakmuran. Dan..semua itu melalui : jangan melalaikan belajar dan mengajar. Jangan melalaikan kewajiban kepada Tuhan dan orang tua.
Akhirnya, dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban itu, agama Hindu "memerintahkan" lima bentuk yajna yang sering disebut Panca Yajna : Dewa Yajna, Rsi Yajna, Manusa Yajna, Pitra Yajna dan Bhuta Yajna.
Bhuta Yajna dilakukan sebagai wujud akan dibantunya manusia dalam kehidupan ini dengan menyediakan berbagai sumber kebutuhan hidup.
...........................................
Bagi orang timur, disamping selama hidupnya memiliki jasa besar dalam kehidupan kita, manakala sudah meninggal, keberadaannya dianggap masih memiliki peran membantu keturunan (Pratiosentana-sebutan dalam bhs Bali).
Leluhur artinya nenek moyang atau yang di luhurkan. Dalam bahasa sanskerta leluhur disebut pitr (pitra). Ada beberapa kata yang berkaitan dengan pitra : pitragata, nyanyian untuk leluhur; Pitraloka, dunia para leluhur; Pitrayajna, penghormartan kepada leluhur.
Rg. Weda 10.14.2 dan 7 menyebut, pitra loka adalah dimana para leluhur tinggal. Upanisad berbicara, pitra loka sebagai suatu tempat yang dapat dicapai oleh seseorang dengan melakukan upacara seperti agnihotra (B.A.U. 1.5.16)
Pitra paksa :
dua minggu dipersembahkan untuk leluhur. Lima belas hari gelap dari bulan Bhadrapada, disebut pitra-paksa atau mahalayapaksa dan bulan baru sebagai mahalaya amavasa. Hari ini dipandang sebagai hari yang sangat baik untuk ritual yang berhubungan dengan kremasi.
Pitra Rnam.
Hutang kepada leluhur. Setiap manusia menurut Hindu, lahir "membawa" tiga hutang : kepada Tuhan, kepada leluhur, kepada para Maha Rsi. Hutang kepada leluhur dapat "dibayar" melalui meneruskan keturunan (pewiwahan) mengcu pada hukum dharma, yang akan melanjutkan upacara sraddha.
Pitrayajna, upacara bagi leluhur, yang membawa dampak kepada ketenangan keturunan, yang membawa anugerah dalam kehidupan.
Makna Praktik Universal dalam penghormatan/Puja kepada Leluhur.
Memelihara ingatan terhadap leluhur adalah bagian fundamental dalam praktek keberagamaan. Dalam agama Kristen berkembang konflik mengenai kewajaran dari pemeliharaan hubungan dengan anggota keluarga yang sudah meninggal; akibatnya sembahyang untuk leluhur bagi beberapa orang Kristen tidak sejalan dengan doktrin penyelamatan oleh Yesus.
Dalam Islam, ada yang mengatakan, peringatan yang berlebihan, dikatakan menjebak roh orang yang sudah meninggal di dunia yang sudah dia tinggalkan. Ada kata "nyekar" bagi Islam di Indonesia.
.................(Kita tinggalkan apa yang dipahami
.................sahabat-sahabat kita keyakinan dengan
.................lain, setiap agama memiliki dogmanya)
....................................
Perhatian kepada leluhur, menjadi tanggung jawab bagi anak pertama (Hindu) dan upacara resmi yang dilakukan membantu para leluhur dalam dunia mereka. (Konsep karma nampaknya diabaikan disini). Upacara sraaddha (persembahan) diyakini menjadi sumber jada bagi mereka yang melakukannya.
Sedikit penjelasan diatas, maka pemujaan leluhur adalah konsep universal, walau ada beberapa perbedaan pandang dalam beberapa agama. Dalam Hindu, ini adalah kewajiban mulia; mengabaikan kewajiban ini, adalah tanda tidak berterimakasih kepada para leluhur sebagai penyebab antara.
Kenapa memuja, bukankah mereka sudah reinkarnasi?
Ini bersifat metafisika. Kita tidak pernah tau, kapan, dimana dan bagaimana mereka inkarnasi. Bisa jadi jiwa-jiwa mereka sudah ada yang inkarnasi, mungkin masih di pitraloka, mungkin sudah di brahmaloka. Memuja leluhur, bukan memuja mereka secara individu, karena kita tidak tau keseluruhan leluhur kita. Leluhur adalah sebuah entitas atau lembaga yang dibentuk oleh nilai-nilai keutamaan seperti pengorbanan, balas jasa, penghormatan dan perlindungan.
Tempat pemujaan di Sanggah, sebagai penanda terdekat dimana kita melakukan pemujaan.
Aum Rahayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar