Jumat, 11 September 2015

ATMA PRASANGSA



Semeton Hindu yg terhormat, Dalam geguritan ATMA PRASANGSA diceritakan perjalanan ATMA / ROH MENUJU SORGA bersatu dengan Parama Atma ( IDA SANGHYANG WIDI WASA / TUHAN YANG MAHA ESA ). Bagi yang percaya dengan adanya reingkarnasi dan kehidupan setelah ajal menjemput maka Saya akan coba menceritakan perjalanan tersebut sedangkan yang tidak percaya tidak ada salahnya untuk membaca cerita ini.
Ketika telah ditakdirkan atau telah saatnya manusia meninggal maka badan halus ( Roh / Jiwa / Atma ) akan meninggalkan badan kasar ( tubuh) sehingga tubuh manusia yang telah ditinggalkan oleh Atma akan tidak bisa melakukan aktivitas apapun dan disebut mati, nah sekarang diceritakan seseorang yang telah mendalami ajaran agama dimana dalam cerita ini orang tersebut telah tiba waktunya untuk terpisah dari badan kasarnya (Meninggal Dunia).
Dalam cerita ini diceritakan orang yang suci tersebut dapat segera menyadari bahwa badan halusnya telah terpisah dari badan kasarnya, dalam ceritera ini atma dari orang suci tersebut melihat badan kasarnya sangat mengerikan jika diandaikan seperti melihat sosok Barong ( biasa ditarikan dalam tarian barong dibali ), atma tersebut duduk didepan jasatnya yang tengah diupacarai oleh keluarganya dimana ketika duduk di samping jasatnya di ceritakan atma tersebut berterima kasih kepada jasatnya yang telah diajaknya hidup semasa hidupnya di Dunia ( mercepada ), sambil menangis sang atma berpesan kepada jasatnya.
Pesan yang disampaikan antara lain agar sang jasat yang sangat disayangi, dimana telah diajak semasa hidupnya mengarungi kehidupan, tempat untuk belajar agama dan kehidupan kembali keasalnya sesuai dengan perintah ( titah ) SANG PENCIPTA, yang berasal dari api kembali ke api ( Brahma Loka ), yang berasal dari angin kembali ke angin, yang berasal dari air kembali ke air, yang berasal dari tanah kembali ke tanah, semua unsur kembali dari asalnya masing –masing, jika tiba saatnya nanti (reingkarnasi) yang kembali ke tanah akan masuk ke tubuh ibu melalui tanaman dan menjadi unsure tubuh, yang kembali ke angin maka akan masuk pada saat manusia / si ibu bernapas begitu juga unsur lainnya di dalam kandungan sang ibu maka seluruh unsure akan berkumpul dan akan membentuk kembali tubuh manusia.
Diceritakan setelah menyampaikan pesan terakhir tersebut sang atma yang telah mengerti / mempelajari aji kemoksan menuju pura di rumah ( pemerajan ) untuk menghadap kepada IDA BETARA HYANG GURU untuk memohon petunjuk menuju perjalanannya selanjutnya, petunjuk yang diperoleh dari IDA BETARA HYANG GURU supaya sang atma melanjutkan perjalanan menuju PURA DALEM menghadap kepada IDA HYANG BETARI DURGA yang merupakan ratu dari dunia kegelapan dimana IDA HYANG BETARI DURGA akan menunjukan jalan yang harus ditempuh oleh sang atma. Diceritakan Sang atma melanjutkan perjalanan untuk menuju tempat yang di tunjukkan oleh IDA BETARA HYANG GURU.
Sang atma sudah berada di sekitar areal PURA DALEM untuk menghadap IDA HYANG BETARI DURGA, setelah tiba di pura dalem atma tersebut mendengar suara yang sangat keras seperti suara singa yang sangat galak sehingga sang atma merasa terkejut dan ragu, namun karena sang atma sudah sangat mengerti dengan ajaran kemoksan ( perjalanan menuju kehidupan selanjutnya ) maka sang atma melanjutkan perjalanan untuk menghadap IDA HYANG BETARI DURGA tanpa rasa takut, pada saat itu sang surya sudah mulai bersembunyi pertanda malam telah tiba.
Setelah tiba di tempat IDA HYANG BETARI DURGA kebetulan IDA HYANG BETARI DURGA sedang melakukan pertemuan kecil dengan para bawahannya (rencangnya) dimana bawaha IDA HYANG BETARI DURGA sangat banyak dan dengan rupa yang menyeramkan serta mengerikan rupanya disamping itu para bawahan IDA HYANG BETARI DURGA terlihat sangat beringas siap untuk menerkam dan memangsa sang atma, para bawahan IDA HYANG BETARI DURGA seperti macan kelaparan dan tidak terkendali melihat sang atma yang hadir dalam pertemuan tersebut namun mereka tidak berani untuk mendekati sang atma sebelum ada perintah dari IDA HYANG BETARI DURGA.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar