Minggu, 06 September 2015

Pariwisata Satwika.


Dagang Banten Bali



Pariwisata Satwika.
Apakah yang membuat Bali demikian terkenal keseluruh dunia? Apakah panoramanya? Apakah keluhuran budhi masyarakat Bali?
Tidak sedikit panorama yang lebih indah dari Bali. Lihat saja Raja Ampat di Papua, Kelok Seribu (?) di Sumatra, Lembah-lembah sepanjang pesisir Barat pulau Sumatra, Ujung Kulon, dan banyak lagi; Apakah karena penduduknya yang santun..? Boleh juga, namun bukan suku asli Bali satu-satunya yang berbudi luhur di Indonesia.
Desa Pakraman - Tri Hita Karana.
Desa Pakraman dicetuskan oleh Mpu Kuturan, sebagai wahana pemersatu banyak sekte yang ada di Bali pada jamannya. Dan dari desa Pakraman ini muncul suatu simpulan yang menyatu dalam masalah tradisi, moral agama, disiplin adat, perkembangan peradaban yang tidak mem-"bias" dari akar rumput dan ini diperteguh oleh Taksu-nya Bali.
Tata nilai ini menumbuhkan ke arifan lokal yang di naungi Desa Pekraman dengan landasan Tri Hita Karana : Tri (tiga) Hita (kebahagiaan, kebaikan, keharmonisan), Karana (penyebab) : → Tiga hal yang menyebabkan timbulnya hubungan harmonis di masyarakat bali : Pawongan (masyarakat manusia)-Pelemahan (alam sekitar) dan Parhyangan (lokha hyang (Pura-Plinggih-Mrajan dsb). Ketiganya ini dalam "kontrol desa Pekraman, hubungannya menjadi harmonis.
Pada tri hita karana inilah landasan Konsep Pariwisata yang harus dikembangkan, di bali, sehingga menjadi Pariwisata yang Satwika, penh anugers bagi semua masyarakat, bukan Hindu saja, namun semuanya.
Masyarakat bali atau masyarakat Indonesia harus bersatu dimanapun dikembangkan kepariwisataan, mampu melihat dengan jernih arah pengembangan pariwisata. dimanapun berada, sehingga landasan iddil kemanusiaan, budhi mengejawantah dalam Pariwisata itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar