Rahajeng Tumpek Wariga 😇. Untuk menjawabnya, Hinduisme memiliki dua aliran — filsafat dan teologi. Agama-agama misionaris hanya memiliki teologi saja. Dalam filsafat Vedānta, ketuhanan dipahami dalam 2 tahap:
1. Tuhan berada di dalam makhluk hidup (konsep atāryami)
2. Makhluk hidup berada di dalam Tuhan (konsep virāṭ)
______________________________
1. Tuhan sebagai penghuni semua makhluk hidup (antāryami / hiraṇya-garbha).
jīvanaṁ sarva-bhūteṣu = "Aku adalah nyawa dari semua yang hidup", ketika kita melihat bentuk suatu kehidupan, apakah pohon, binatang, atau manusia, ketahuilah bahwa kehidupan adalah bagian yang tak terpisahkan dari Tuhan, karena begitu percikan spritual (bagian yang tak terpisahkan dari Tuhan) diambil oleh-Nya, maka badan ini hanya Pradhāna (benda mati). Untuk menjaganya tetap hidup di dalam badan material tersebut, Tuhan tetap berada bersamanya sebagai Puruṣa (daya hidup).
पुराण्यनेन सृष्टानि नृतिर्यगृषिदेवता: ।
शेते जीवेन रूपेण पुरेषु पुरुषो ह्यसौ ॥ ३७ ॥
— "Tuhan telah menciptakan banyak tempat kediaman di dalam entitas-entitas hidup (binatang, para dewa, dan tumbuh-tumbuhan, dll). Sebagai Paramātmā, Dia tinggal bersama makhluk hidup di dalam semua bentuk badan yang tak terhitung banyaknya tersebut. Demikianlah Dia dikenal sebagai Puruṣa."
2. Alam semesta adalah badan Tuhan — panteisme (virāṭ)
Memandang segala sesuatu adalah badan Tuhan Yang Maha Perkasa, ini adalah konsep Puruṣa Sūktam di dalam Ṛegveda. Tetapi kita hendaknya tidak keliru menganggap bahwa oleh karena kita semua, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan segala sesuatu terhubung dengan Tuhan maka kita semua adalah Tuhan. Keanekaragaman ini adalah atribut-Nya atau visesa.
रोमाण्युद्भिज्जजातीनां यैर्वा यज्ञस्तु सम्भृत: ।
— "Rambut di badan-Nya merupakan penyebab semua tumbuh-tumbuhan, khususnya tumbuhan yang dibutuhkan sebagai bagian bahan untuk korban suci."
Kesimpulan: manusia menghormati tumbuh-tumbuhan, yang dipuja tetap adalah Puruṣa (Tuhan) yaitu penghuni batin dan penguasa dari tumbuh-tumbuhan itu. Di Bali disebut Sang Hyang Śaṅkara.
Photo: @wayan.yatika
Via @filsafat_hindu #balipunyacerita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar