Kamis, 24 Juli 2025

TRI PRAMANA



Pramaana, pikiran selalu berkutat dg keinginan untuk mendapatkan bukti atas segala sesuatu.
Ada tiga jenis Pramana: (1). pratyaksha, (2) anumana, dan (3). Agamana.
Pratyaksha berarti sesuatu yang jelas atau bisa dialami langsung. Misalnya, ketika sedang berada di Swiss. Anda punya bukti tentang hal itu dalam pikiranmu. Buktinya anda melihat Pegunungan Alpen Swiss. Apa pun yang anda lihat adalah bukti — juga merasa kedinginan. Tidak perlu ada orang lain yang memberi tahumu tentang itu. Inilah yang disebut pratyaksha. Pikiran kita terus-menerus ingin memiliki bukti yang nyata, atau bisa dialami secara langsung. Ini adalah salah satu mode aktivitas pikiran.
Yang kedua adalah Anumana. Ini berarti sesuatu yang tidak begitu jelas, tetapi bisa ditebak. Kamu akan mempercayai apa yang anda perkirakan. Penalaran atau dugaan dari pikiran disebut anumana.
Lalu ada Agamana, yaitu kitab suci atau tulisan-tulisan yang dipercaya karena sudah dituliskan. Ini adalah tiga jenis bukti yang selalu dicari manusia. Bahkan hingga saat ini, di beberapa desa terpencil di negara terkebelakang /berkembang, — apa pun yang dicetak dianggap sebagai kebenaran mutlak! Orang-orang merasa bahwa jika banyak yang mengikuti sesuatu, pasti itu adalah kebenaran. Banyak orang bisa tertipu dengan cara ini, namun tidak semua.
Pikiran merasa bahwa ribuan orang tidak mungkin semuanya keliru. Dan jika pun mereka bodoh , maka pikiran dirinya sendiri juga bisa saja merasa bodoh /keliru. Pikiran bekerja seperti itu. Ia mengambil bukti dari kitab suci atau dari keyakinan banyak orang. Ini disebut agamana pramana.
Anda terus-menerus mencari bukti atas segala sesuatu. Ini adalah salah satu mode aktivitas pikiran.
Yoga adalah ketika anda melepaskan semua itu. Hanya dengan begitu anda bisa ajeg dalam Diri Sejati. Berhenti dari aktivitas pikiran yang terus-menerus ingin mencari bukti adalah pembebasan dari gelombang /modulasi pikiran — dan kembali kepada Diri Sejati.
Anda barangkali perlu bukti apakah anda benar-benar berada di Swiss, dan indramu akan memberitahumu tentang hal itu. Tapi anda tidak perlu bukti melalui indra untuk mengetahui bahwa anda sedang berada di tempatmu saat ini. Anda bisa saja suatu saat nanti bepergian ke Austria atau Kanada, di sana anda juga akan melihat pegunungan bersalju dan danau-danau. Barangkali pada saat itu anda berpikir bahwa anda sedang di Swiss, padahal sebenarnya tidak. Indramu bisa saja menipumu.
Tetapi perasaan “Aku ada, Aku eksis” itu melampaui semua bukti.
Berdiam dalam Diri Sejati tidak membutuhkan bukti. Kebenaran tidak bisa dipahami melalui bukti. Karena apapun yang bisa dibuktikan, juga bisa tidak terbukti /dipatahkan. Kebenaran melampaui bukti atau bantahan/ perdebatan. Tuhan juga melampaui bukti. Anda tidak bisa membuktikan Tuhan, dan tidak juga bisa membantah keberadaan-Nya.
Bukti itu berkaitan dengan logika, dan logika sangat terbatas jangkauannya. Hal yang sama berlaku untuk pencerahan /moksha dan Cinta Kasih. Cinta tidak bisa dibuktikan atau dipatahkan. Perilaku dan tindakan seseorang bukanlah bukti cinta.
Banyak aktor dan aktris di film menampilkan cinta dan romansa yang luar biasa, tetapi mereka belum tentu mengalami cinta atau romansa yang sejati. Mereka hanya bisa memerankannya. Seseorang bisa memerankan emosi cinta dengan sangat baik tanpa benar-benar merasakannya atau mengalaminya.
Diri Sejati melampaui semua bukti ini. Bukti adalah salah satu aktivitas utama dari pikiran.
Mencari bukti adalah salah satu hal utama yang membuat anda terjebak di dunia ini. Anda ingin bukti atas segala sesuatu. Tapi ini bukan wilayah Kesejatian /sang penyaksi. Sang Penyaksi melampaui bukti.
Pramaana adalah modulasi atau aktivitas pertama dari pikiran.
Sumber : Gurudev Sri Sri Ravi Shankar
——/———-
Selamat pagi semua…
Tulisan di atas mirip dg pengertian ‘Nak Mule Keto ‘ -/ seperti itu adanya…
Sudarshana Kriya Yoga adl latihan unik yg menggabungkan sekaligus Yoga asana ; Pranayama; & Meditasi dalam satu latihan. Dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja dalam waktu yg cukup singkat. Irama alam semesta merupakan fokus utama dalam latihan — yg akan membimbing seseorang untuk menemukan irama hidupnya sendiri. Shg ybs mampu melakoni hidup selaras dg Alam lingkungannya!
Sudarshana Kriya yoga adl karya /kriya /upaya pembersihan diri sendiri, agar semua kemelekatan dalam tubuh fisik— pikiran & jiwa terlepas, shg kita memiliki tubuh yg sehat — pikiran yg jernih & jiwa yg bebas.
Kelemahan utama pikiran adl bermodulasi di pembuktian— dan ini menurut Rsi Patanjali dalam kitab Yoga sutra Patanjali — seperti dijelaskan oleh Gurudev Sri Sri Ravi Shankar— adl dinamika pertama yg harus dimengerti oleh mereka yg berjalan di jalur spiritual — khususnya mereka yg akan memasuki dunia spiritual praktis!
Pengertian bgmn pikiran bermodulasi — dan bgmn caranya keluar dari sini perlu waktu yg lama — dirga-kala.
Pertama untuk memahami fenomena ini, dan yg kedua untuk menerapkannya dalam hidup sehari-hari.
Rahayu
Keterangan foto : +\~ 45 orang Praktisi spiritual Nusantara bertemu dg Gurudev Sri Sri Ravi Shankar pada acara pertemuan/pelatihan spiritual yg diikuti oleh 750 orang dari 40 negara — bertempat di Westin Resor hotel Nusa Dua , Bali dua tahun lalu.


KONSULTASI ATAU PESAN BANTEN KEBUTUHAN UPAKARA WA: 08976687246 ATAU KLIK DISINI

ANGGARA_KLIWON_PRANGBAKAT




 #ANGGARA_KLIWON_PRANGBAKAT

Rerahinan berdasarkan Pertemuan antara Panca Wara dan Sapta Wara , salah satunya adalah #Rentetan Rahina #Anggara_Kliwon , yaitu ;
1. ᬅᬗ᭄ᬕᬭ ᬓ᭄ᬮᬶᬯᭀᬦ᭄‌ ᬓ᭄ᬯᬡ᭄ᬝᬶᬮ᭄‌᭟
Anggara Kliwon #Kulantir ,
2. ᬅᬗ᭄ᬕᬭ ᬓ᭄ᬮᬶᬯᭀᬦ᭄‌‌ ᬚᬸᬮᬸᬂᬯᬗᬶ᭟
Anggara Kliwon #Julungwangi
3. ᬅᬗ᭄ᬕᬭ ᬓ᭄ᬮᬶᬯᭀᬦ᭄‌‌ ᬫ᭄ᬤᬂᬲ᭄ᬬ᭡᭟
Anggara Kliwon #Mdangsia
4. ᬅᬗ᭄ᬕᬭ ᬓ᭄ᬮᬶᬯᭀᬦ᭄‌ ᬢᬫ᭄ᬩᬶᬃ᭟
Anggara Kliwon #Tambir
5. ᬅᬗ᭄ᬕᬭ ᬓ᭄ᬮᬶᬯᭀᬦ᭄‌ ᬧ᭄ᬭᬂᬩᬓᬢ᭄‌᭟
Anggara Kliwon #Prangbakat
6. ᬅᬗ᭄ᬕᬭ ᬓ᭄ᬮᬶᬯᭀᬦ᭄‌ ᬤᬸᬓᬸᬢ᭄‌᭟
Anggara Kliwon #Dukut .
Bila diartikan keseluruhan ( 1 s/ 6 ) dari rangkaian Rahina Anggara Kliwon tersebut , akan mempunyai makna / arti ;
ᬫᬯ᭞ ( MAWA) Berkembangnya ,
ᬫᬢ᭞ ( MATA )Penglihatan Batin/Jnana,
ᬫᬦ᭞ ( MANA) yang sangat Besar Dan
ᬫᬳ᭞ ( MAHA) Mulia sebagai
ᬫᬫ᭞ ( MAMA) KESEMPURNAAN dari
ᬫᬲ᭞ ( MASA) SANG WAKTU, yaitu
{{{{{ ᬑᬁ᭡ }}}}}
Kenapa sering disebut ANGGARA KASIH , karena ;
adalah
#IBU ❤️.
( Nunggalang Aksara ) ,
Disaat itulah kita akan mengetahui ;
IBU ( ᬅᬁ )
dan
BAPA ( ᬅ᭪ ) kita ,
inilah yang disebut #SIDAKARYA .
Arti ANGGAR KASIH , sebagai #Pengasih_asih diri sendiri, wajib melakukan PANGELUKATAN supaya hilang KEKOTORAN dalam DIRI , karena di Hari ini BHATARA LUDRA akan melebur semua MALA PAPA PATAKA di dunia, yang akan menimbulkan :
Tata Cara :
• Nunas Tirtha Pabersihan/Palukatan
• Mabersih / Malukat
• Mabakti .
Sarana :
DiPelinggih .....
• Canang ,
• Wangi – wangian ,
• Dupa Stangi .
Di Teben .......
• Nasi Kepelan Putih 3 buah
maiwak Bawang Jahe.
• Segehan 9 Warna atanding.
• Api Takep ,
• Tetabuhan ( Arak, Tuak , Brem )
Di Pintu Masuk Sanggah / Rumah ,
• Segehan
• Canang
Lakukan pada Saat #SANDI_KALA
Ong Rahayu

Senin, 21 Juli 2025

BARATAN Daerah Penghasil Kuda terbanyak di Bali

 


Sugra Pekulun
Kuda adalah Hewan yang sangat diistimewakan di Bali yang “ disejajarkan “ dengan Manusia seperti tertulis dalam Prasasti Dawan A Lempeng VIII.a. Tahun Saka 975. Saat bertahta nya Paduka Haji Anak Wungsu di Balidwipa.
Daerah di Bali penghasil Kuda yang terkenal adalah Daerah “ Baratan “. Bukti bahwa Baratan sebagai daerah yang banyak menghasilkan Kuda tertulis dalam Prasasti Batur - Pura Abang A ( Air Hawang I ) Lempeng IV.a. Saka 933. Saat Paduka Haji Sri Dharmmodayana Warmmadewa bertahta di di Balidwipa. Yang mana kutipannya sebagai berikut :
“ ……. , apa tanakweh ikang kuda tinangkalik, inger hawang, apan tan kadi kuda i baratan kwehnya, ……. “:
Terjemahan :
“ ……. ,sebab tidaklah banyak kuda Tinangkalik di Nger Hawang, tidak sebanyak Kuda yang ada di Baratan, ……. “.
Dimanakah letak nya Baratan di Jaman Bali Jani ?
Yang paling mungkin adalah Daerah “ Beratan “ di Desa Candi Kuning. Baturiti, Tabanan. Alasanya, disamping kemiripan Penyebutan, juga karena beberapa hal :
~ Kondisi geografis Beratan yang subur, berbukit ( Gunung ) dan kaya Sumber Air ( Danau ) yang memungkinkan untuk pengembang biakan Kuda.
~ Daerah Beratan sangat dekat dengan Daerah Tamblingan, yang mana Tamblingan merupakan Desa Bali Kuno yang banyak tertulis dalam Prasasti yang juga mengulas tentang Kuda dan hal ini diperkuat oleh catatan dalam Prasasti Tamblingan - Pura Endek I Lempeng Besar I Tahun Saka 844, yang mencatat Seorang Tokoh yang dihormati di Desa Tamblingan yang menjabat sebagai “ Samgat Nekan Asba Manankalik “ ( Pejabat Pengawas serta Pemutus Peternakan Kuda ) yang bernama “ Wulung Parukka “.
~ Perubahan Penyebutan huruf “ a “ menjadi “ e “ sangat masif di Bali seperti : Campaga menjadi Cempaga, Bangkala menjadi Bengkala, Salumbung menjadi Selumbung, Kalod menjadi Kelod, Senapati menjadi Senepati dan masih banyak lagi. Jadi kalau berdasarkan hal ini, kata Baratan berubah menjadi Beratan.
Begitulah keberadaan Kuda Bali yang kadang juga disebut “ Bali Pony “ yang menurut Penelitian berasal dari Ras Kuda Mongolia yang diperkirakan masuk ke Nusantara berbarengan dengan Penyebaran Bangsa Tiongkok abab ke 6 - 7 ke Bali ( Nusantara ). Sekarang tentu sulit menemukan Kuda Bali Asli, karena disamping Ras Mongolia, Kuda Ras Eropa juga diperkirakan masuk ke Bali berbarengan dengan masuk nya Kompeni ( Belanda ) yang Prajuritnya sering menunggang Kuda.
Bagaimapun juga
Salut pada Tata Negara Bali Kuno yang sudah mencatat dan menuliskan dalam Prasasti Resmi Kerajaan tentang Keberadaan Kuda di Bali yang paling tidak sudah tercatat pada tahun Saka 844 saat bertahtatnya Sang Ratu Sri Ugrasrna di Balidwipa.
Jukut kangkung misi sambel sera
Kirang langkung titiang nunas gengrena sinempura.
Disarikan dari :
~ Goris, Dr. Roelof, 1954, Prasasti Bali I, Lembaga Bahasa dan Budaja, (Fakultet Sastra dan Filsafat) Universitet Indonesia, N.V. Masa Baru, Bandung.
~ Damais, Louis-Charles, 1955, Études D’épigraphie Indonésienne, IV Discussion de la date des Inscriptions, Bulletin De I’Ecole Française D’Extrěme-Orient, Vol.47, No.1, ěcole Française D’Extrěme-Orient, Paris.
~ Budiastra, Drs. Putu, 1980, Prasasti Pura Tulukbyu Batur Kintamani, Museum Bali, Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.)
~ Unek - unek sendiri
~ Dan lain ~ lain

Mengapa dominasi Adat di Bali mengalahkan agama?

 



Mengapa dominasi Adat di Bali mengalahkan agama? Sadarkah efek domino ini? Mau jujur kah dengan diri sendiri dan di perlukan pikiran terbuka untuk memahami ini.

Kritis dan kontemplasi.
Pernahkah kita bertanya secara jujur dan betul betul jujur, kita menjalankan agama dengan tulus ikhlas–atau melakoni ritual adat, budaya, dan tradisi Bali yang kadang menuntut pengorbanan waktu dan biaya besar dan mana yang lebih utama di zaman sekarang? Sudah pasti gengsi dong lebih utama daripada agama ya kan? Begitulah fakta in majority di lapangan.
Banyak orang setuju bahwa inti ajaran agama adalah ketulusan, keikhlasan, dan rasa syukur yang sederhana. Namun, realitas di Bali hari ini justru menampilkan wajah adat dan tradisi yang semakin kompleks dan mahal. Khususnya di beberapa daerah seperti Badung, Denpasar, Gianyar, Karangasem, dan sebagainya. Upacara adat yang rutin seperti bulanan, tahunan, terlebih lagi prosesi besar seperti ngaben atau pernikahan bisa menguras dompet mulai dari jutaan hingga ratusan juta rupiah per keluarga. Maaf jika keluarga bersangkutan dari keluarga yang kaya dengan aset yang banyak, probabilitas tidak akan menjadi beban untuk melakoni adat yang membutuhkan biaya sampai ratusan juta. Nh, bagaimana jika keluarga itu miskin, pasti sudah akan terbebani dan terpaksa mengambil hutang untuk melakoni ritual adat dan tradisi.
Tidak sedikit yang akhirnya terjebak pada “kewajiban sosial” takut dicap tidak ikut adat, takut “tidak layak” di mata masyarakat, atau bahkan takut “kurang sreg” di mata leluhur. Ironisnya, pengorbanan itu sering dilakukan atas nama agama, padahal esensi agama adalah kebaikan hati dan keikhlasan, bukan prestise sosial atau beban ekonomi. Ada generasi muda dan kelompok kritis yang mulai mempertanyakan: apakah semua ini sejalan dengan spirit agama yang sejati? Ataukah tradisi sudah menjadi beban yang menindas atas nama identitas, bukan lagi ruang untuk kebermaknaan hidup?????.
Generasi tua jangan baper ya, ini adalah critical thingking generasi muda yang mewarisi peradaban.
Bali kaya tradisi, itu fakta. Tapi keberanian untuk berpikir kritis demi memastikan adat dan budaya tetap relevan serta membumi juga satu bentuk cinta pada tanah ini. Ritual boleh lestari, tapi jangan sampai menelan semangat ketulusan yang jadi inti semua agama.

KONSULTASI ATAU PESAN BANTEN KEBUTUHAN UPAKARA WA: 08976687246 ATAU KLIK DISINI