Senin, 11 Juli 2022

Pewintenan dan bagaimana kita mengenal sastra Kanda empat dan Dasa Aksara

 


Kutipan Pinisepuh Pasraman Sastra Kencana Wsm terkait Pewintenan dan bagaimana kita mengenal sastra Kanda empat dan Dasa Aksars
Om swastyastu
Semeton sami, suksm atas perhatian dan atensinya terhadap pewintenan pada ts di atas yang diangkat oleh salah satu anggota kami yang telah mengikuti proses pewintenan jarak jauh, dan efeknya bukan hayalan ilusi dan emajinasi tetapi di rasakan nyata dan dapat difungsikan sesuai dengan pengujian pada buku panduan yang dikirim lewat post
Nama lengkap dari pewintenan ini adalah pewintenan Siwa Nata Raja Jagat Karana,
Pada umumnya pewintenan ini ditujukan untuk para pemimpin dalam bidang apapun kepemimpinannya, banyak pula diikuti para investor bukan hanya orang biasa atau penekun spiritual, pejabat dan pengusaha sangat banyak dan data beliau ada dalam buku induk, seluruh sesepuh kami wajib mengikuti proses pewintenan tersebut dan banyak pula diikuti para Sulinggih bahkan para Nabe Sulinggih , data ada khusus
Untuk memahami pewintenan Siwa Nata Raja Jagat Karana maka pertama
Pahami dulu apa itu Siwa , apa itu Nata, apa itu Raja, apa itu Jagat, apa itu Karana,
cari tatwa filsafat dan filosofinya
Yang kedua untuk mengetahui apa itu Nata Raja, pahami tatwa Jagat Nata yang sampai di buatkan pura untuk para pemimpin daerah khususnya dibali disebut pura Jagat Nata
Untuk paham kekuatan Jagat Nata atau Nata Raja, maka pahami dulu bagaimana proses sastra wreastra di ringkas menjadi Kanda Empat, lalu proses Kanda Empat Butha yang terdiri dari bayu gni teja apah pertiwi menjadi sumber kekuatan Panca Detya, setelah itu pahami proses Panca Detya menjadi kekuatan Kanda Empat Subiksa, setelah itu pahami proses Kanda Empat Subiksa menjadi Sanghyang Panca Maha Butha atau Sanghyang Panca Taksu Ider Buana sebagai Kendali kekuatan Panca Detya dan Panca Maha Butha, dan kelima kekuatan itu menjadi sari sarining buana atau sari sarining Kanda lalu di sebut Kanda Empat Sari,
Pahami siapa Kanda Empat Sari itu dan apa gelar nama pada Kanda Empat Sari, selanjutnya pahami penyatuan Kanda Empat Sari itu menjadi Ratu, dan pahami proses penyatuan Ratu dengan Siwa agar disebut Siwa Ratu dalam dalam aplikasi kehidupan disebut Sulinggih
Dan pahami proses Ratu dan Raja dalam berbagai tugas kepemimpinan,
Jika paham tatwa Kanda Empat secara lengkap maka pasti akan paham tatwa Nata Raja,
Untuk pemahaman Jagat Karana,
pahami tatwa sastra Dasa Aksara
dari proses wreastra menjadi Dasa Aksara, dari proses Dasa akasa menjadi Dasa Bayu,
dari proses Dasa Bayu menjadi Panca Bayu
atau dari Dasa Aksara menjadi Panca Aksara
Dan dari Panca Aksara dan Panca Bayu melahirkan 3 kekuatan yaitu Panca Brahma, Panca Amerta, dan Panca tirta atau Panca sudha
penyatuan ketiga itu akan melahirkan Panca Bayu murti,
Selanjutnya pahami Panca Aksara menjadi Tri Aksara dan penyatuan Panca Bayu Murti menjadi Tri Murti untuk menciptakan kekuatan bayu suci, sabda sidhi idep mandi, sebagai puncak kewenangan sang wiku jnana,
Setelah itu pahami proses penyatuan Tri Murti menyatukan kekuatan bumi dan langit lalu menjadi Maha Ibu dan Maha I Bapa,
Pahami Maha Ibu menyatukan Sapta Petala dan menjadi sarining buana atau maha ibuk menyatukan Kanda Empat Sari agar menjadi Ratu lalu di sebut Jagat Nata, dimana di pura Jagat Nata itu menjadi tempat pemujan para pemimpin atau raja jaman dahulu, disini proses kekuatan Maha Ibu menyatukan seluruh kekuatan bumi dan Kanda Empat Sari di sebut ratunya bumi atau Maha Ibu atau Nata Raja,
Selanjutnya pahami proses Maha I Bapa menyatukan Tri Buana Sapta Loka yang terdiri dari kekuatan Dasa dewata menjadi Dasa Bayu, Panca dewata menjadi Panca Bayu, Tri dewata menjadi Tri Murti, kemudian dari Tri Dewata menjadi Dwi Dewata atau proses bumi dan langit menjadi Maha Ibu dan maha I Bapa,
Disini lahir kekuatan Siwa Dhurga atau Rwa Bineda
selanjutnya pahami proses Dwi Dewata atau Dwi Aksara menjadi Eka Aksara atau penyatuan Maha Ibu dan Maha I Bapa menjadi Tunggal atau Maha Maha Tunggal lalu disebut Sanghyang Tunggal atau Tuhan atau Sanghyang Widhi menjadi sumber dari segala hukum sebab akibat atau karma pala ,
dan pada posisi Tuhan sebagai Sanghyang Tunggal dan menjadi sumber dari segala sumber maka disebut Jagat Karana,
jagat karana adalah sifat tuhan sebagai sumber lahirnya karma pala atau hukum sebab akibat atau hukum Rwa Bineda
Kalau paham proses diatas pasti akan mengerti bagaimana Siwa Nata Raja Jagat Karana itu, bukan pengetahuan utk kebanyakan orang, bukan untuk pengetahuan tipu2, atau awi awian,
Pewintenaan ini sangat cocok untuk para pemimpin karena pemimpin itu sama dengan raja pada tempo dulu , dan jaman sekarang raja adalah pemimpin sesuai sesuai profesi nya
Jika benar2 paham tentang Kanda Empat dan Dasa Aksara apalagi sudah banyak membaca lontar Kanda Empat dan Dasa Aksara, coba disarikan isinya dan pahami bagaimana proses cikal bakal wreastra menjadi Kanda Empat Sari dan wreastra menjadi Dasa Aksara, Panca Aksara, Tri Aksara, Dwi Aksara dan akhirnya Eka Aksara,
Kami pastikan akan paham dan mengerti bagaimana pewintenan Siwa Nata Raja Jagat Karana itu terjadi
Ini bukan pewintenan kerokhanian seperti winten sari, winten pedamel, winten samkara eka jati yang bertugas untuk nganteb Banten dan bukan juga pewintenan Dwi Jati untuk Muput Banten
Inilah perbedaan antara kedyatmikan dengan kerokhanian
Jika hanya belajar kerokhanian saja tentu akan kurang paham dan tidak ada kerokhanian pewintenan spt ini, tapi jika belajar kedyatmikan Bali asli menggunakan dasar Kanda Empat dan Dasa Aksara pasti akan paham hal ini,
Seperti halnya ketika ada orang bilang ilmu belut putih bukan belut putih yang jadi gurunya, ketika ada ilmu cambra berag bukan cicing gudig gurunya tapi Sastra yang diturunkan oleh sang guru yang di olah di rangkai agar melahirkan kekuatan atau energi,
Pun begitu ketika kita ingin membangun kekuatan kesiwaan pada diri sehingga siwa sekala dinyatakan dilahirkan dari sastra, karena itu perlu memahami inti sari atau benang merah dari sastra itu sendiri agar dapat di sarikan isinya demi kebaikan diri dan orang lain agar tercapai rahayu rahajeng dan jagatditha secara seimbang, tidak hanya hanya sebatas wacana dan teori saja,
Teori perlu diuji dan dibuktikan dalam aplikasi hidup selaras kah atau tidak teori dengan praktik serta cocokkah dengan hasil, jika tidak sesuai dengan hasil maka teori itu perlu dikaji lagi
Inilah Kanda Empat dan Dasa Aksara yang dikatakan pingit sehingga tak bisa ditelan mentah2 isinya ketika belajar Kanda Empat dan Dasa Aksara,
Mogi rahayu sareng sami,
Wasudewa kutumbakam
Semoga bisa memberi gambaran tentang sastra Kanda Empat dan Dasa Aksara menurut kajian kami di Pasraman Sastra Kencana dan Wahyu Siwa Mukti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar