Selasa, 12 Juli 2022

Tumpek Wariga atau Tumpek Pengatag

 


25 hari sebelum Hari Raya Galungan atau di Bali disebut selae dina sebelum Galungan, umat Hindu di Bali merayakan Tumpek Wariga atau Tumpek Pengatag. Tumpek Wariga ini juga bisa disebut dengan Tumpek Uduh, Tumpek Bubuh, Tumpek Panuduh, Tumpek Pengarah, atau Tumpek Pengatag.
Dirayakan setiap enam bulan sekali yaitu pada Saniscara Kliwon wuku Wariga yang jatuh tepat hari ini, Sabtu 14 Mei 2022. Perayaan Tumpek Wariga ini merupakan hari suci pemujaan kepada Dewa Sangkara atau Dewa penguasa kesuburan semua pepohonan dan tumbuhan.
Dalam lontar Sundarigama disebutkan sebagai berikut.
Wariga, saniscara kliwon, ngaran tumpek panuduh, puja kreti ring sang hyang sangkara, apan sira amredyaken sarwa tumuwuh, kayu-kayu kunang. Ini artinya pada wuku Wariga, Sabtu Kliwon disebut Tumpek Panguduh, merupakan hari suci pemujaan Sang Hyang Sangkara, karena beliau adalah dewa penguasa kesuburan semua tumbuhan dan pepohonan. Pada saat ini masyarakat Hindu di Bali akan melaksanakan upacara untuk pepohonan dengan menggantung tipat taluh pada pepohonan dan juga banten.
Selain itu dalam pelaksanaannya ada mantra yang diucapkan yaitu: kaki kaki, i dadong dija? Dadong jumah gelem kebus dingin ngetor. Ngetor nged, nged, nged, nged, buin selae lemeng Galungan, mebuah apang nged.
Menurut Kelihan Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita, dahulu biasanya tumbuhan yang diupacarai adalah tumbuh-tumbuhan seperti kelapa dan tumbuhan buah-buahan. Tumbuh-tumbuhan ini biasanya tumbuh di pekarangan atau tegalan masyarakat.
"Akan tetapi kini seiring dengan laju perkembangan jaman, khususnya di kota, masyarakat tidak lagi memiliki teba sehingga sangat jarang dijumpai pohon berbuah yang diupacarai pada saat tumpek bubuh. Dampaknya tumpek bubuh secara perlahan mulai tidak dipahami maknanya oleh generasi kekinian," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar