Jumat, 17 Februari 2017

SAMPRADAYA ADALAH .

Dagang Banten Bali

Dalam tradisi Hindu (di india dan menyebar ke seuruh dunia), sampradaya dapat diterjemahkan sebagai "tradisi" atau "sistem religius".
.
Konsep sampradaya terkait erat dengan guru atau parampara, garis keturunan guru spiritual yang membawa dan meneruskan tradisi.
.
Sampradaya utama dalam Hinduisme saat ini termasuk Shaivisme, Shaktism, Vaishnavism, dan Smartha.
.
Masing-masing dari empat cabang tersebut memiliki ritual, kepercayaan, dan tradisi masing masig. Masing-masing memiliki filosofi yang berbeda tentang bagaimana mencapai tujuan akhir hidup, (moksha, pembebasan).
.
Sampradaya mengacu pada sistem filosofis yang mapan di dalam cabang dan parampara mengacu pada garis guru dari sampradaya itu.
.
Sampradaya berhubungan dengan suksesi murid yang membangun tradisi yang memberikan stabilitas "denominasi".
.
Dngan menerima inisiasi (diksha), seseorang menjadi bagian dari garis parampara dari seorang guru yang hidup.
.
Inisiasi diksa adalah sarana yang dengannya seseorang dapat menjadi anggota sampradaya. Ini adalah prosedur ritual, salah satu fungsi utama sampradaya.
.
Seseorang tidak dapat menjadi anggota sejak lahir, seperti halnya dengan sanggah/dadia, sebuah dinasti, atau klan.
.
Sampradaya adalah tubuh praktik, pandangan dan sikap, yang ditransmisikan kepada setiap generasi pengikut berikutnya. Partisipasi dalam sampradaya menjamin kesinambungan dengan masa lalu, atau tradisi.
.
Di antara pengikut Hindu sering mengikuti satu sampradaya tetapi mengambil sudut pandang sampradaya lain untuk suatu masalah tertentu.
.
Gambar:pohon evolusi. Berakar dari 1 sumber yang sama, akhirnya bercabang-cabang dan menghasilkan berbagai bentuk yang terlihat berbeda-beda.

Macam-macam Banten Tebasan




CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI


Macam-macam Tebasan 
Tebasan Dharma Wiku
Tebasan Mertha utama
Tebasan merta dewa
Tebasan  sidapurna
Tebasan candra geni
Tebasan pengenteg bayu
Tebasan  
Tebasan 

Tebasan Dharma Wiku
tamas, kulit sayut, raka,2 tulung sangkur, nasin sodan agung meplekir gulung,

Tebasan Mertha utama
Tebasan merta dewa
Tebasan  sidapurna
Tebasan candra geni
Tebasan pengenteg bayu

Rabu, 15 Februari 2017

Sapta Sindhu dan Sapta Saraswati


Dagang Banten Bali

Dalam kitab suci Weda ada disebutkan Sapta Sindhya atau Sapta Sindhu yang artinya tujuh sungai:
1. Gangga
2. Yamuna
3. Godawari
4. Saraswati
5. Narmada
6. Sindhu
7. Kaweri
Ketujuh sungai tersebut dianggap suci bagi umat hindu. Dan karena tujuh sungai itu keberadaannya bukan di Dwipantara melainkan di Jambu Dwipa atau Hindustan….maka Hindu itu adalah sebuah nama merujuk posisi geografis yakni Jambu Dwipa (India).
“Uta nah priya priyasu sapta Sujasta| Sarasvati stomya bhutah||
Rig Weda 6.61.10
Dan ketujuh saudari perempuan di dalam bentuk sungai adalah paling cantik diantara yang cantik. Mereka patut dilayani dan mereka sangat mengagumkan. Mandi di sungai tersebut pada hari-hari khusus sangat dipercaya umat Hindu mempunyai kekuatan penyucian lahir bantin.
Doa ini diucapkan saat melakukan ritual menyucikan lahir dan batin:
“Gange ca Yamuna caiva Godavari Sarasvati| Narmade Sindhu Kaveri jalesmin sannidhim kuru||”
Dewi Saraswati di dalam kesusastraan Weda juga disebut sebagai: Wagiswari, Satarupa, Sawitri, Wak Gayatri, Brahmi, Bharati, dan Putkari.
Saraswati disebutkan sebagai Sungai yang paling penting dan teragung di dalam Rig Weda. Dipandang sebagai kekuatan feminim dari Brahma dan dipuja sebagai Dewi dalam kebudayaan Hindu. Ada tiga mitologi Saraswati:
1. Sebagai Ibu
2. Sebagai Sungai di Bumi bukan mitos
3. Sebagai Dewi
Oleh karenanya nama lain Jambu Dwipa adalah Nadimartrka: Tanah yang dialiri sungai. Dan Saraswati dinyatakan sebagai sungai yang paling menonjol dan ibu dari ketujuh sungai yang disebutkan diatas. Maharsi Wasista di dalam Rig Weda mengagungkannya dengan himne:
Ayatsakam yasaso vavasanah Sarasvati saptathi Sindhumata| yah susvayanta sudughah sudhara abhiswena payasa pipyanah||
Saraswati mengalir untuk masa tua. Air alirannya nampak seperti kain putih dirajut dengan benang reputasinya. Ia adalah sungai dan Ibu dari enam sungai. Airnya dikatakan sebagai penuh dengan susu bagi anak-anaknya, tanahnya. Ia sangat bahagia dengan aliran arusnya.
Saraswati sebagai Dewi menempati atribut sebagai berikut:

Sang Sadhaka Sidhi, Sidha, Sadhu




Dagang Banten Bali

----- Lahir dari rahim ibu, lahir dari weda. Pendakian spiritual seorang Walaka (biasa) untuk mencapai pengetahuan kesucian yang disebut Sadhaka (sadhu / suci). Sang Sadhaka menguasai Sastra Weda sehingga menyandang gelar “Brahmana”.
----- Sang Sadhaka terikat “sesana kawikon” yang disebut “catur bandana brata”. “Amari Aran”, berubah nama menjadi abhiseka (Pandita, Pedanda, Sulinggih, Bhujangga, Resi, Bagawan, Wiku, Empu, Dukuh). “Amari Wesa” berubah perilaku. “Amari busana” berubah tata busana. “Amari Wisaya”, meninggalkan hobi duniawi.
----- Sang Sadaka “tan cedaangga” tidak cacat fisik dan mental. “Tan keneng ujar ala” tidak boleh mencaci maki. “Tan wenang adol-atuku” tidak boleh transaksi bisnis. “Tan keneng pattita” tidak boleh tersangkut masalah hukum. Bebas dari tugas sosial seperti ayahan banjar. Tidak terkena cuntaka, kecuali yang wanita pada saat haid. Tidak “nyuntakain” (tidak menyebabkan cuntaka / sebel) karena beliau telah menjalankan kesucian, sehingga ketika “lebar” (meninggal) boleh diupacarai di luar kuburan.
----- Sang Sadhaka mesti menjalankan “dharmaning kawikon, sasana kawikon, serta dasadharma kapanditaan”. “Asing angelung sasana angewetaken sanghara bhumi”, apabila melanggar sesana akan berakibat sengsara dan kacau dunia ini.
----- Dalam Tutur Kasuksman, sadhaka adalah “paragan” (perwujudan) Sang Hyang Dharma. Lambang kebenaran dan penegak dharma. Membawa tongkat (teteken) lambang “dhandastra” (senjata Brahma), simbol “ketuaan” karena meninggalkan kehidupan grhasta.
----- Sang Sadhaka senantiasa “ngerastiti jagat”, mendoakan alam semesta rahayu. Sang Sadaka yang “sida, sidhi, sadhu”, segala ucapan dan kehendaknya terjadi atas dasar kesucian. Ampura.

Pelangkiran sebagai stana Kanda pat

Dagang Banten Bali


Lontar Aji Maya Sandhi menyebutkan ketika manusia sedang tidur Kanda Pat keluar dari tubuh manusia dan bergentayangan, ada yang duduk di dada, di perut, di tangan dsb. sehingga mengganggu tidur manusia; karena itu perlu dibuatkan pelangkiran untuk stananya agar mereka dapat melaksanakan tugas sebagai penunggu urip.
Dengan demikian manusia akan tidur tenang dan nyenyak (kalau tdk ada faktor lain) karena sudah ada yang menjaga dari gangguan roh jahat.
Pelangkiran sebagai stana Kandapat diwujudkan dalam bentuk daksina linggih. Kemudian dihaturi banten pejati dan setiap bulan purnama diganti.
.
Setiap hari dihaturi banten saiban/jotan
.
Setiap mau meninggalkan rumah pamit ke Kandapat dan pulangnya membawa oleh-oleh makanan/kuwe, dll. sekedarnya saja, tanda ingat.
.
Kalau gajian/mendapat hasil uang, dihaturkan dahnulu di situ, biarkan semalam, keesokan harinya baru ‘dilungsur’ .
wa
Setiap mau tidur sembahyang, seraya memohon ke Kandapat menjaga kita selama tidur.
.
Doa Sebelum Tidur :
.
Om Asato Ma Sat Gamaya, Tamaso Ma Jyotir Gamaya Mrityor Mamritan Gamaya
.
Artinya :
Oh Sanghyang Widhi Wasa, Tuntunlah Kami Dari Jalan Sesat Ke Jalan Yang Benar, Dari Jalan Gelap Ke Jalan Yang Terang Hindarkan Kami Dari Kematian Menuju Kehidupan Sejati.
.


VISNU SAHASRANAMA







pada Anusasana Parwa bb 134 dalam Mahabharata (tiap Nama untuk memuji Sifat-sifat Agung Sri Visnu).
"Visnu : vis ("Menempati", "Memasuki", juga berarti "Mengisi") dan mendapat akhiran nu - Visnu : "Sesuatu yang Menempati Segalanya".
("Vishnu Vishateh" : "sesuatu yang Memasuki Segalanya" dan "yad vishito bhavati tad vishnur-bhavati" : "yang mana sesuatu yang tidak terikat dari belenggu itu adalah Vishnu").
"Vi-s-nu" : "Memandang ke Segala Penjuru".
"Kunjungan ke Bhisma yang sedang Sekarat. Ia dikelilingi oleh para Resi. Yudhisthira meminta Nasehat dan Bhisma menjawab).
1. Vishwam : Ia yang menguasai Alam Semesta.
2. Vishnuh : Ia yang meliputi segalanya.
3. Vashatkaarah : Ia yang selalu di sembah oleh semua Makhluk.
4. Bhoota-bhavya-bhavat-prabhuh : Penguasa Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan.
5. Bhoota-Krit : Pencipta segala Ciptaan.
6. Bhoota-bhrit : Ia yang Memelihara Semua Ciptaan.
7. Bhaavah : Penentu segala menjadi Bergerak dan tidak Bergerak.
8. Bhootaatmaa : Sumber hidup dari segala yang hidup.
9. Bhoota-bhaavanah : Penyebab dari Penciptaan dan Perkembangan.
10. Pootaatmaa : Ia yang merupakan Intisari yang paling Mulia.
11. Paramaatmaa : Sumber dari semua Jiwa.
12. Muktaanaam Parama gatih : Tujuan terakhir yang dicapai oleh Jiwa yang mencapai Pembebasan.
13. Avyayah : Yang tidak Memiliki Kehancuran.
14. Purushah : Beliau yang tinggal di Kota yang memiliki Sembilan Gerbang.
15. Saakshee : Sang Saksi.
16. Kshetrajnah : Yang Maha Mengetahui.
17. Aksharah : Tidak dapat di Musnahkan.
18. Yogah : Ia Yang Mewujud melalui Yoga.
19. Yoga-Vidaam netaa : Penuntun Setiap Makhluk Yang Mengetahui Yoga.
20. Pradhaana-Purusheshvarah : Penguasa Pradhaana dan Purusha.
21. Naarasimha-Vapuh : Ia yang Berwujud Manusia Berkepala Singa.
22. Shreemaan : Beliau yang selalu bersama Devi Sri.
23. Keshavah : Ia yang memiliki Ikat Rambut yang Indah.
24. Purushottamah : Pengendali segala sesuatu.
25. Sarvah : Ia yang merupakan Segalanya.
26. Sharvas : Yang Maha Menguntungkan.
27. Shivah : Ia yang Kesuciannya Abadi.
28. Sthaanuh : Penyangga Kebenaran yang tidak Berubah.
29. Bhootaadih : Penyebab dari Lima Unsur Utama.
30. Nindhir-avyayah : Harta yang tidak dapat dihilangkan.
31. Sambhavah : Pengendali dari Kebebasannya Sendiri.
32. Bhaavanah : Pemberi segala sesuatu kepada Penyembahnya.
33. Bhartaa : Penguasa seluruh dunia Kehidupan.
34. Prabhavah : Rahim dari Lima Unsur Utama.
35. Prabhuh : Yang Maha Kuasa.
36. Eeshvarah : Ia yang dapat melakukan apapun tanpa Bantuan.
37. Svayambhooh : Ia yang Menjelma dari dirinya sendiri.
38. Shambhuh : Ia yang membawa Keberuntungan.
39. Aadityah : Putra Aditi.
40. Pushkaraakshah : Ia yang Mempunyai Mata Seperti Bunga Teratai.
41. Mahaasvanah : Ia yang mempunyai suatu Suara yang Menggelegar.
42. Anaadi- nidhanah : Ia yang tanpa Awal dan tanpa Akhir.
43. Dhaataa : Ia yang merupakan Sumber dari Segala Pengalaman.
44. Vidhaataa : Penentu semua hasil Perbuatan.
45. Dhaaturuttamah : Lebih halus dari Atom.
46. Aprameyah : Ia yang tidak bisa dirasakan.
47. Hrisheekeshah : Penguasa Semua Indra.
48. Padmanaabhah : Ia yang Pusarnya menimbulkan Padma.
49. Amaraprabhuh : Penguasa Para Deva.
50. Vishvakarmaa : Pencipta Alam Semesta.





Renungan di hari Nyepi

Dagang Banten Bali


CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Renungan di hari Nyepi
Melis  di laut sebelum nyepi, dagang es, dagang bakso …. Ada berapa dagang orang luar Bali da nada berapa orang Bali?
Berapa keluhan tentang nyepi di media social bahkan ada hingga ke polisi. Kita berbahagia dengan kedatangan hari ini. Ada  melis ke laut yang meriah, ogoh-ogoh, puasa atau bebas bangun jam berapa saja, dan tentunya tak ada banyak upacara artinya tidak repot. Waktu saya kecil cukup membawa banten canang raka atanding dengan demikian surudannya juga asik.
Coba prediksi apa yang terjadi saat nyepi 10 atau 20 tahun lagi!
Astungkara tetap lancar seperti semula. Semua penduduk Bali berbahagia menyambut kehadiran hari raya nyepi.
Selama Bali dominan umat Hindu semuanya akan mudah. Untuk itu sangat penting mengayomi umat agar tetap ajeg. Kita kurangi hal-hal yang menyebabkan umat selingkuh lalu bersiap loncat pagar. Ciptaka Hindu fleksibel dalam dunia nyata. Kurangi aturan-aturan yang membuat umat gelisah, kurangi iuran atau denda yang mencekik leher. Melestarikan tradisi ya bagus tapi ga harus maksa diri.
Hindu fleksibel …… buktikan. Bhakti yoga adalah pilihan uttama…… jabarkan.
Sebaiknya ada hubungan interaksi antara umat dan para pengurus desa. Pengurus desa bukan penguasa tetapi pengayom. 

Belum lagi masalah kasta. Wanita Bali dari kasta atas yang nyerod ketika cerai bingung mau kemana.
Rupanya buku tentang kasta kesalahan berabad-abad tak banyak pengaruhnya.
Umat kurang terbiasa membaca hal ini mungkin karena tak ada rasa ingin tahu sehingga pengajaran lewat buku saja tidaklah cukup. Perlu contoh nyata. Para penyuluh agama perlu bersinergi dengan para pinandita …… gimana mau menyarankan umat memahami yadnya bukan hanya ritual tapi kenyataannya dari tahun ke tahun hanya ritual yang tampak. Coba hitung dagang di pasar-pasar dagang tradisi berapa persen? Ini artinya saran upacara sederhana hanya omong kosong, pemberitahuan bahwa yadnya bukan hanya ritual tak didengar kalaupun terdengar hanya masuk kuping kanan keluar lewat kuping kanan juga. Mental.