Selasa, 12 Juli 2022

Unsur -Unsur Dalam Membuat Daksina dan makna filosopinya

 


Dalam lontar Yadnya Prakerti disebutkan bahwa Daksina melambangkanHyang Guru / Hyang Tunggal
Unsur-Unsur Daksina
Dalam daksina dibuat dari berbagai unsur yang mempunya maknanya masing-masing baik sebagai lambang perwujudan Hyang Tunggal ataupun sebagai Stana Hyang Widi atau Bhuana Agung, yaitu sebagai berikut:
1. Alas bedogan/srembeng/wakul/katung, terbuat dari janur/slepan yang bentuknya bulat dan sedikit panjang serta ada batas pinggirnya. Alas Bedogan ini lambang pertiwi unsur yang dapat dilihat dengan jelas.
2. Bedogan/ srembeng/wakul/katung/ srobong daksina, terbuat dari janur/slepan yang dibuta melinkar dan tinggi, seukuran dengan alas wakul. Bedogan bagian tengah ini adalah lambang Akasa yang tanpa tepi. Srembeng daksina juga merupakan lambang dari hukum Rta ( Hukum Abadi tuhan )
3. Tampak, dibuat dari dua potongan janur lalu dijahit sehinga membentuk tanda tambah. Tampak adalah lambang keseimbangan baik makrokosmos maupun mikrokosmos, dalam tradisi tantra, tapak dara melambangkan Ibu Pertiwi Bapa Akasa. tampak juga melambangkan swastika, yang artinya semoga dalam keadaan baik.
4. Beras, yang merupakan makanan pokok melambang dari hasil bumi yang menjadi sumber penghidupan manusia di dunia ini. Hyang Tri Murti (Brahma, Visnu, Siva)
5. Sirih temple / Porosan dan Kembang: terbuat dari daun sirih (hijau – wisnu), kapur (putih – siwa) dan pinang (merah – brahma) diikat sedemikian rupa sehingga menjadi satu, porosan adalah lambang pemujaan sang Hyang Tri Murti. Juga ada beberapa yang memaknainya sebagai simbol kekuatan Kama untuk manifestasi Hyang Widhi Wasa sebagai Hyang Semara. Kembang sebagai lambang Niat Suci dan kebersihan hati.
6. Kelapa, adalah buah serbaguna, yang juga simbol Pawitra (air keabadian/amertha) atau lambang alam semesta yang terdiri dari tujuh lapisan (sapta loka dan sapta patala) karena ternyata kelapa memiliki tujuh lapisan ke dalam dan tujuh lapisan ke luar. Air sebagai lambang Mahatala, Isi lembutnya lambang Talatala, isinya lambang tala, lapisan pada isinya lambang Antala, lapisan isi yang keras lambang sutala, lapisan tipis paling dalam lambang Nitala, batoknya lambang Patala. Sedangkan lambang Sapta Loka pada kelapa yaitu: Bulu batok kelapa sebagai lambang Bhur loka, Serat saluran sebagailambang Bhuvah loka, Serat serabut basah lambang svah loka, Serabut basah lambanag Maha loka, serabut kering lambang Jnana loka, kulit serat kering lambang Tapa loka, Kulit kering sebagai lambang Satya loka Kelapa dikupas dibersihkan hingga kelihatan batoknya dengan maksud karena Bhuana Agung sthana Hyang Widhi tentunya harus bersih dari unsur-unsur gejolak indria yang mengikat dan serabut kelapa adalah lambang pe ngikat indria.
7. Telor Itik, dibungkus dengan ketupat telor, adalah lambang awal kehidupan/ getar-getar kehidupan , lambang Bhuana Alit yang menghuni bumi ini, karena pada telor terdiri dari tiga lapisan, yaitu Kuning Telor/Sari lambang Antah karana sarira, Putih Telor lambang Suksma Sarira, dan Kulit telor adalah lambang Sthula sarira. dipakai telur itik karena itik dianggap suci, bisa memilih makanan, sangat rukun dan dapat menyesuaikan hidupnya (di darat, air dan bahkan terbang bila perlu)
8. Pisang, Tebu dan Kojong, Kalau di india penggunaan susu dan madu, kita di Bali menggantikannya dengan pisang dan tebu sebagai persembahan , namun ada yang mengartikan kalau Pisang dan tebu itu adalah simbol manusia yang menghuni bumi sebagai bagian dari alam ini. Idialnya manusia penghuni bumi ini hidup dengan Tri kaya Parisudhanya. Kalau dalam arti daksina sebagai wujud Hyang Tungga maka dalam tetandingan daksina, Pisang melambangkan jari, Tebu belambangkan tulang.
9. Buah Kemiri, adalah sibol Purusa / Kejiwaan / Laki-laki, dari segi warna putih (ketulusan)
10. Buah kluwek/Pangi, lambang pradhana / kebendaan / perempuan, dari segi warna merah (kekuatan). Dalam tetandingan melambangkan dagu.
11. Gegantusan, merupakan perpaduan dari isi daratan dan lautan, yang terbuat dari kacang-kacangan, bumbu-bumbuan, garam dan ikan teri yang dibungkus dengan kraras/daun pisang tua adalah lambang sad rasa dan lambang kemakmuran.
12. Papeselan, terbuat dari lima jenis dedaunan yang diikat menjadi satu adalah lambang Panca Devata; daun duku lambang Isvara, daun manggis lambang Brahma, daun durian / langsat / ceroring lambang Mahadeva, daun salak / mangga lambang Visnu, daun nangka atau timbul lamban Siva. Papeselan juga merupakan lambang kerjasama (Tri Hita Karana).
13. Bija ratus adalah campuran dari 5 jenis biji-bijian, diantaranya, godem (hitam – wisnu), Jawa (putih – iswara), Jagung Nasi (merah – brahma), Jagung Biasa (kuning – mahadewa) dan Jali-jali (Brumbun – siwa). kesemuanya itu dibungkus dengan kraras (daun pisang tua).
14. Benang Tukelan, adalah alat pengikat simbol dari naga Anantabhoga dan naga Basuki dan naga Taksaka dalam proses pemutaran Mandara Giri di Kserarnava untuk mendapatkan Tirtha Amertha dan juga simbolis dari penghubung antara Jivatman yang tidak akan berakhir sampai terjadinya Pralina. Sebelum Pralina Atman yang berasal dari Paramatman akan terus menerus mengalami penjelmaan yang berulang-ulang sebelum mencapai Moksa. Dan semuanya akan kembali pada Hyang Widhi kalau sudah Pralina. dalam tetandingan dipergunakan sebagai lambing usus/perut.
15. Uang Kepeng, yang berjumlah 225 kepeng adalah simbol Bhatara Brahma merupakan inti kekuatan untuk menciptakan hidup dan sumber kehidupan. Angka 225 (satak selae) kalau dijumlahkan menjadi angka sembilan, angka suci lambang dewata nawa sanga yang berada di sembilan penjuru Bhuwana Agung. Uang adalah alat penebus segala kekurangan sebagai sarining manah.
16. Sesari, sebagai labang saripati dari karma atau pekerjaan (Dana Paramitha)
17. Sampyan Payasan, terbuat dari janur dibuat menyerupai segi tiga, lambang dari Tri Kona; Utpeti, Sthiti dan Pralina.
18. Sampyan pusung, terbuat dari janur dibentuk sehingga menyerupai pusungan rambut, sesunggunya tujuan akhir manusia adalah Brahman dan pusungan itu simbol pengerucutan dari indria-indria
19. Canang sari. simbol titik, yaitu Compas, timur, selatan, utar dan pusat manifestasi Hyang Widhi Wasa sebagai Hyang Panca Dewata. Seperti dijelaskan dalam Lontar Yadnya Pelutaning ,Makna Daksina adalah simbol salam kepada manifestasi Tuhan (Hyang Widhi Wasa ). Daksina juga berarti buah yadnya. Setelah upacara, daksina disajikan kepada pemimpin uacara untuk bersyukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar