Dalam lontar Usana Dewa juga telah disebutkan bahwa Sanggah Kemulan sebagai stananya Sanghyang Triatma. Yaitu sebagai berikut :
ring kamulan ngaran ida sang hyang atma, ring kamulan tengen bapa ngaran sang paratma, ring kamulan kiwa ibu ngaran sang sivatma,ring kamulan tengah ngaran raganya, tu brahma dadi meme bapa, meraga sang hyang tuduh….” (Rontal Usana Dewa, lembar 4)
Artinya :
”Pada sanggah Kamulan beliau bergelar Sang Hyang Atma, pada ruang kamulan kanan ayah, namanya Sang Hyang Paratma. Pada kamulan kiri ibu, disebut Sivatma. Pada kamulan ruang tengah diri-Nya, itu Brahma, menjadi purusa pradana, berwujud Sang Hyang Tuduh (Tuhan yang menakdirkan).”
Demikian juga lontar Gong Wesi, yaitu sebagai berikut:
….. ngaran ira sang atma ring kamulan tengen bapanta, nga, sang paratma, ring kamulan kiwa ibunta, nga, sang sivatma, ring kamulan madya raganta, atma dadi meme bapa ragane mantuk ring dalem dadi sanghyang tunggal, nungalang raga….” (Rontal Gong Wesi, lembar 4b)
Artinya :
“…… nama beliau sang atma, pada ruang kamulan kanan bapakmu, yaitu Sang Paratma, pada ruang kamulan kiri ibumu, yaitu Sang Sivatma, pada ruang kamulan tengah adalah menyatu menjadi Sanghyang Tunggal menyatukan wujud”
Dari dua kutipan lontar di atas jelaslah bagi kita, bahwa yang berstana pada sanggah kemulan adalah Sanghyang Triatma, yaitu;
Paratma yang diidentikkan sebagai ayah (purusa),
Sang Sivatma yang diidentikkan Ibu (predana)
dan Sang Atma yang diidentikkan sebagai diri sendiri (roh individu).
Yang hakekatnya Sanghyang Triatma itu tidak lain dari pada Brahma atau Hyang Tunggal/ Hyang Tuduh sebagai pencipta (upti).
Sanggah Kemulan sebagai Stana Leluhur
Dalam lontar Purwa Bhumi disebutkan bahwa atma yang telah disucikan yang disebut Dewa Pitara dan juga distanakan di sanggah kemulan. Yang mana dalam lontar tersebut dijelaskan sebagai berikut dalam terjemahan :
Setelah demikian daksina perwujudan roh suci dituntun pada Sanghyang Kamulan, kalau bekas roh itu laki naikkan pada ruang kanan, kalau roh suci itu bekas perempuan dinaikkan di sebelah kiri, disana menyatu dengan leluhurnya terdahulu.
Dalam lontar Tatwa Kapatian disebutkan bahwa sanghyang atma (roh) setelah mengalami proses upacara akan berstana pada sanggah kamulan sesuai dengan kadar kesucian atma itu sendiri. Atma yang masih belum suci, yang hanya baru mendapat “tirtha pangentas pendem” atau upacara sementara (ngurug) juga dapat tempat pada Sanggah Kamulan sampai tingkat “batur kamulan”.
Sanggah Kemulan sebagai konsep dalam pemujaan atman para leluhur kita sebagai bentuk penghormatan kepada beliau, disebutkan perkembangannya :
diawali dengan pembuatan Sanggah Turus Lumbung sebagai tempat suci pekarangan rumah
dan setelah penghuninya agak mampu, barulah mereka membuat bangunan ini untuk mengganti turus lumbung itu dengan bangunan rong tunggal dan rong tiga yang disebut dengan kemulan.
Sanggah Kemulan sebagai Pemujaan Sang Hyang Widhi
Jika renungkan lebih mendalam, mengenai Sanghyang Tri Atma seperti disebutkan pada Lontar Gong Wesi dan Usana Dewa, maka pengertian Hyang Kamulan sesungguhnya akan lebih tinggi lagi. Karena telah disebutkan bahwa Penyatuan Sanghyang Tri Atma adalah hyang Tuduh/Tunggal yang menjadi Brahma sebagai Sang Pencipta.
Pada Hakekatnya yang dipuja pada sanggah kemulan adalah Tuhan/ Sang Hyang Widhi, baik sebagai Hyang Tri Atma, yang sebagai roh (atma) alam semesta dengan isinya (jagat) yang dewanya adalah Brahma, Wisnu dan Iswara, yang merupakan aspek Tuhan dalam bentuk horizontal dan Siwa, Sada Siwa, Parama Siwa, aspek Tuhan dalam bentuk vertikal (Tri Purusa). Sebagai Tri Purusa beliau juga disebut Guru Tiga. Maka dari itu secara umum juga menyebutkan bahwa Sanggah Kemulan stana Bhatara Guru/Hyang Guru.
Jenis Sanggah Kemulan
Sanggah Kemulan biasanya tidak semuanya sama, dapat dibedakan sesuai dengan tempat ataupun kondisinya, yaitu sebagai berikut:
Turus Lumbung, adalah Sanggah Kemulan darurat, karena satu dan lain hal belum mampu membuat yang permanent. Bahannya dari turus kayu dapdap (kayu sakti). Fungsinya hanyalah untuk ngelumbung atau ngayeng Hyang Kemulan atau Hyang Kawitan. Satu tahun setelah membuka karang baru diharapkan sudah membangun Kamulan yang permanen.
Sanggah Penegtegan, adalah kemulan yang berfungsi hanya sebagai tempat negtegang (membuat ketentraman) dengan memuja Hyang Kawitan bagi mereka yang baru berumah tangga. kemulan sejenis ini banyak kita jumpai di daerah Kabupaten Bangli bagian atas. Setiap mereka yang baru kawin diwajibkan membangun sebuah Sanggah rong tiga, sehingga dalam satu pekarangan akan berdiri beberapa yang telah berumah tangga.
Kemulan Jajar, sesuai dengan namanya, kemulan ini memiliki dua saka (tiang) yang berjajar dimuka yang menancap langsung pada bebaturan (palih batur). Disamping itu, Kemulan jenis ini, disamping mempunyai ruang tiga yang berjajar, juga terdiri dari tiga bagian, yaitu : bebaturan, ruang lepitan, dan ruang gedong sampai atapnya. Ruang lepitan letaknya dibawah rong tiga yang berjajar itu. Jadi kalau disimpulkan Kemulan jajar ini terdiri dari jajar horisontal dan jajar vertikal, sebagai simbolis dari Hyang Murti dan Tri Purusa.
Jadi dapat disimpulkan Sanggah Kemulan merupakan stana para atman leluhur, Dewa Pitara / Dewa Hyang ataupun Bhatra Hyang Guru. Kita sujud dan bakti kepada-Nya, merenung dan memohon agar hidup kita ini direstui-Nya dengan kesentosaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar