Senin, 11 Juli 2022

CANANG

 


Orang Bali sering dituduh sebagai pemuja jin, setan, iblis, dsb, karena ada sesajen canang dimana-mana. Apakah benar begitu?
1. Canang adalah simbul Tuhan (Śiwa)
Pernahkah memperhatikan bahwa:
• bunga putih pada canang adalah simbul Īśvara (penguasa arah timur),
• bunga merah simbul Brahmā (penguasa arah selatan),
• bunga kuning simbul Mahādeva (penguasa arah barat),
• bunga hitam (hijau / ungu) simbul Viṣṇu (penguasa arah utara)?
Kombinasi ke-4 warna ini menciptakan konsep Pañcavarṇa (5 warna) dimana Śiwa (penguasa arah tengah) adalah sumber segala warna atau sumber segala keanekaragaman dunia.
2. Canang adalah simbul ketulusan
Canang adalah simbul dari pikiran akan niat yang tulus untuk berbakti kepada-Nya (lontar Mpu Lutuk Alit). Bunga adalah simbul ketulusan & kesucian pikiran (lontar Yadnya Prakṛti).
3. Jika Tuhan Maha Mencukupi, mengapa kita mempersembahkan sesuatu?
Kurban suci itu bhakti, bhakti itu cinta, & cinta bukan hanya soal menerima tetapi juga memberi. Jika kita hanya menerima saja berarti kita sedang memeras-Nya, bukan mencintai-Nya.
.—'Kalau seseorang mempersembahkan daun, bunga, buah, atau air dengan cinta bhakti, Aku akan menerimanya.' (Bhagavad Gītā 9.26)
Seorang anak memberikan hadiah kepada ibu, apakah sang ibu tersinggung? Meskipun ibu mampu membeli barang itu, tetapi apa yang dilihat seorang ibu adalah cinta & ketulusan anak. Tuhan tidak perlu diberi makan karena Tuhan Maha-mencukupi segalanya, tetapi Tuhan menerimanya karena cinta. Filosofi Hindu adalah yajña-śiṣṭāśinaḥ santo: Apa yang Kau berikan, hamba persembahkan kembali pada-Mu.
4. Lalu mengapa orang Bali juga menghaturkan canang di tanah, air, api, pertigaan, dapur, kuburan, dsb?
.—'Tidak ada ruang, waktu, arah, & makhluk yang berbeda dengan-Ku. Tidak ada yang ada selain Aku & hanya Aku Sendiri yang tersisa.' (Śiva Gītā 13.14-15)
Tuhan adalah Yajña, yang berarti Penikmat Tertinggi segala persembahan, baik persembahan kepada dewa, "jin", iblis — segala persembahan. Tuhan bersemayam di hati setiap makhluk sebagai Paramātmā, jadi apakah ada alasan untuk membenci makhluk lain?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar