Kamis, 25 Juni 2015

Sampian Galungan

 




Berikut adalah penjelasan tentang Tamiang, Ter, Endongan dan Sampian Gantung.

Kuningan biasanya berlangsung hingga sebelum pukul 12.00 WITA. Selain itu, Kuningan juga identik dengan nasi kuning yang diatruh di sebuah tempat kecil bernama sulanggi yang kemudian di haturkan.

Di beberapa tempat, saat Kuningan juga diadakan sebuah tradisi yakni Mekotek di Desa Munggu, Badung.



Saat memasuki perayaan Kuningan tentu umat Hindu merayakannya dengan suka cita dengan berbagai saran upacara di dalamnya.


Namun jika Anda memperhatikan, ada satu sarana yang hanya ada saat Kuningan yakni tamiang.

Tamiang terbuat dari janur (dibeberapa tempat ada yang menggunakan ental/ lontar) yang berbentuk bulat dan memiliki diameter berbeda-beda serta memiliki hiasan yang berbeda-beda.



Tamiang dikatakan sebagai symbol dari Dewata Nawa Sanga karena menunjukkan 9 arah mata angin.

Dewata Nawa sanga adalah sembilan dewa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menjaga atau menguasai sembilan penjuru mata angin.



Dan sembilan dewa itu adalah Dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, dan Siwa.

Dalam hari raya Kuningan biasanya tamiang dipasang di rumah dan di pelinggih. Tamiang ada dua jenis yakni:

Tamiang Hias
Tentu dari kata hias kita telah mengetahui jika tamiang hias memang diperuntukkan dalam acara tertentu seperti pernikahan dan sebagainya.

Tamiang hias biasnaya tidak bersisi porosan sebab memang tamiang jenis ini untuk acara biasa.


Ada beberapa ciri tamiang hias yang bisa dilihat seperti bentuknya yang bervariasi, penggunaan bunga yagn beragam, ada unsur ornamen tambahan, dan warna yang leih menarik.

Tamiang Upacara
Tentu fungsi utama dari tamiang ini untuk upcara keagamaan seperti kuningan. Tamiang jenis ini lebih sederhana dan terkesan lebih baku.

Dalam tamiang jenis ini berisi porosan sebagai perlambang Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa sebagai simbol Tri Murti.


Lalu ada bunga sebagai sarana rasa bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang mempersembahkan yadnya sebagai wujud upakaranya.

Selain tamiang, ada juga sarana lain yang menyertai tamiang yakni endongan. Menurut Kamus Bali-Indonesia (Dinas Pendidikan Dasa Provinsi Bali, 1991) kata endongan diartikan sebagai “tempat bekal dari tapis kelapa”.


Endongan biasanya dimaknai sebagai alat atau wadah untuk menempatkan perbekalan. Sarana lainnya, yakni ter dan sampian gantung.

Ter adalah simbol panah (senjata) karena bentuknya memang menyerupai panah. Sementara sampian gantung sebagai simbol penolak bala. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar