Rabu, 24 Juni 2015

Penjor









Hari Raya Galungan dimaknai sebagai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan setiap enam bulan (120 hari).



Sehari sebelum Hari Raya Galungan tiba, umat Hindu biasanya melakukan penyembelihan ternak, seperti babi, ayam, atau binatang lainnya. Mengutip buku 150++ Tradisi Hari Raya di Dunia oleh Redaksi Plus, kegiatan ini dilakukan sebagai persembahan wujud syukur sekaligus untuk keperluan pesta menyambut perayaan.
Di hari yang sama, masyarakat Hindu Bali juga disibukkan membuat penjor atau hiasan bambu yang didirikan di tepi jalan. Penjor terbuat dari batang bambu melengkung yang dihiasi janur dan berbagai hasil pertanian, seperti daun-daunan (plawa), biji-bijian (palawija), umbi-umbian, dan pala gantung seperti kelapa/padi/pisang,
Tidak hanya untuk menyemarakkan rangkaian Hari Raya Galungan, pemasangan penjor juga mengandung makna yang dalam bagi umat. Bagi yang belum tahu, berikut makna penjor dalam Hari Raya Galungan bagi umat Hindu.



Masyarakat Hindu Bali biasanya mulai menancapkan penjor pada hari Selasa atau Anggara Wara/Wuku Dungulan yang dikenal sebagai hari Penampahan Galungan. Penjor dipasang pada lebuh di bagian depan sebelah kanan pintu masuk pekarangan.
Penjor merupakan simbol kesejahteraan dan kemakmuran. Dijelaskan dalam buku Ensiklopedia Upakara tulisan I Nyoman Jati, penjor dipasang sebagai swadharma umat Hindu untuk mewujudkan rasa bakti dan terima kasih mereka kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Melalui penjor pula umat mewakilkan rasa terima kasih manusia atas kemakmuran yang dilimpahkan Sang Hyang Widhi Wasa. Bambu tinggi melengkung melambangkan gunung tertinggi sebagai tempat suci, sedangkan hiasan penjor adalah wakil-wakil dari seluruh tumbuhan dan benda sandang pangan yang dikaruniai Hyang Widi Wasa.




Mengutip buku Jurnal Studi Kultural oleh Komunitas Studi Kultural Indonesia, menurut ajaran Hindu, makna penjor dalam Galungan adalah untuk memberikan persembahan kepada bumi.

Penjor merupakan tanda terima kasih kepada bumi pertiwi karena sudah memberikan tempat hidup dan kesejahteraan bagi manusia sehingga dapat mencapai kemenangan Dharma melawan Adharma. Pertiwi itu digambarkan sebagai dua ekor naga, yaitu Naga Basuki dan Naga Ananta Bhoga.
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak orang lebih mengedepankan unsur estetika ketimbang unsur sakralnya. Itu mengapa saat ini penjor dikategorikan menjadi dua macam, yaitu penjor sakral dan penjor hiasan yang sering disebut pepenjoran.
Penjor yang dipasang pada Hari Raya Galungan adalah penjor sakral yang bersifat religius, sehingga wajib dibuat lengkap berisikan sanggah dan gantung-gantungan seperti sampyan, pala bungkah, pala gantung, dan palawija.
(ADS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar