Tidak hanya memiliki nilai estetika yang tinggi. Rerajahan (rangkaian aksara gambar magis) yang melalui proses mantra, tantra, yadnya dan yoga, juga memiliki beragam fungsi. Mulai dari sarana penolak bala, sarana kekebalan, sarana white magic (panengen) hingga sarana black magic (pangiwa).
Made Gami Sandi Untara, S.Fil.H, M.Ag mengatakan, ada tujuh jenis rerajahan yang digunakan sebagai penolak bala. Diantaranya Rehing Pacul, yaitu rerajahan jenis ini dirajah pada cangkul, tengala dan lain-lainnya atau semua alat-alat pertanian. Tujuan utama dari rerajahan tersebut adalah menolak panas angker di sawah dan tegalan.
Ada juga rerajahan Siwa Mimi, digunakan untuk menghalau desti (sarwa merana). Rerajahan Siwa Mimi cirinya berkepala lima. Rerajahan tersebut dikelilingi dengan senjata seperti cakra, gada, naga pasa, dupa, keris, padma (catur dala), tri sula, dan binatang naga pasa.
Rerajahan Kala Raja, Rajastra atau Kala Mertiu digunakan sebagai penolak gering dan butha kala, penolak dari segala sesuatu yang bersifat membahayakan (mayanin), penolak sarwa wesya dan sarwa baya (nyengkalen).
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI
“Sarana yang dipakai adalah kertas, setelah itu barulah dirajah dan aksaranya memakai aksara Dasa Bayu,” jelasnya.
Rerajahan Tumbal Tungguh digunakan sebagai penolak jika ada orang mempunyai niat jahat. Dengan adanya rerajahan Tumbal Tangguh, maka niat jahat bisa hilang. Sarana adalah kertas dan tempatnya di atas pintu masuk atau pintu gerbang.
Rerajahan Butha Maya fungsinya sebagai penjaga rumah (pangijeng karang perumahan). Sarananya adalah tembaga. Rerajahan ini tempatnya pada sanggar beratap ijuk, kemudian ditancapkan pada halaman rumah (natah). Sanggar yang berisi rerajahan tersebut perlu dibuatkan sesajen setiap hari.
Sesajen yang dimaksud adalah nasi kepel, dagingnya bawang jahe dan garamnya garam hitam (tasik ireng). Fungsinya sebagai penolak jika terjadi gering gerubug, tetempur leak wisesa, butha sakti, wisya mandi.
Rerajahan Sang Hyang Gana Sari digunakan sebagai pengasih sarwa tetempur dan gerubug seluiring durjana, muang butha dewa. Maksudnya sebagai penolak dari semua jenis black magic (leak), dan kalau ada kematian berturut-turut tanpa diketahui penyebabnya, juga bisa sebagai penolak butha dewa.
Sarananya adalah kain kasa putih. Pemakaiannya adalah seperti memasang bendera dengan memakai tiang yang agak panjang.
Rerajahan Tumbal, fungsinya sebagai penolak karang yang sangat angker. Sarananya adalah pelepah kelapa (papah nyuh). “Tempatnya adalah ditancapkan di pekarangan yang angker tersebut,” ungkapnya.
(bx/dik/rin/JPR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar