Rabu, 14 Juli 2021

Nguja Benih, Memohon Diberkati Benih Unggul dari Dewi Sri

 

Nguja Bebih, Memohon Diberkati Benih Unggul dari Dewi SriNguja Bebih, Memohon Diberkati Benih Unggul dari Dewi Sri

Tokoh masyarakat Pedawa, Wayan Sukrata (Putu Mardika/Bali Express)


Tradisi agraris di Pedawa sangatlah unik. Salah satunya Upacara Saba Nguja Benih. Ritual yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali ini bertujuan memohon kepada Dewi Sri agar memberikan bibit unggul kepada petani di Pedawa, Buleleng, sehingga hasil pertanian berlimpah.

Tokoh masyarakat Pedawa, Wayan Sukrata mengatakan, Saba Nguja Benih dilaksanakan bertepatan dengan Purnama Sasih Kaulu. Saat ritual itu dilaksanakan, maka ada kewajiban menarikan Tari Jejumputan.


Tarian ini memiliki persiapan yang panjang dimulai dari musyawarah perencanaan tanggal. Musyawarah dilakukan Balian desa dengan melibatkan pengulu desa, dan kelian adat. Kemudian hasil musyawarah akan diteruskan tiap-tiap Kelian Sambangan, untuk diinformasikan keseluruh warga. 


CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI

Setelah dimusyawarahkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan matur piuning lima pura di Desa Pedawa. “Matur piuning melibatkan beberapa tokoh, yaitu Balian desa dan Pengulu desa. Setelah matur piuning, maka para pengawin mulai menjumput calon penari dengan dibawakan pabuahan. 

Pemilihan calon penari harus sesuai dengan kriteria yang merupakan sudah ketentuan dari para leluhur,” jelasnya.

Empat hari sebelum pementasan Tari Jejumputan dilaksanakan latihan tari. Persiapan selanjutnya yaitu bersih-bersih Pura Desa yang dilaksanakan oleh daa. Bersih-bersih ini dilakukan dua hari sebelum dipentaskannya Tari Jejumputan. Para daa membersihkan semua areal Pura Desa.


CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI

Persiapan selanjutnya dilakukan sehari sebelum pementasan yang dilakukan daa truna pada pagi hari. Kegiatan ini dimulai dengan membawakan janur (busung) dan bambu dari rumah yang dilakukan oleh teruna. Kegiatan daa selanjutnya, melipat janur (busung) dengan cara diikat, dalam satu ikat terdapat 10 helai janur (busung).

“Kegiatan sore hari adalah menumbuk warna alami (ngintuk kenuja) untuk memberi corak warna pada janur. Pada saat pagi hari penek banten terdapat berbagai kegiatan yang diawali dengan membawa babi pada pagi hari sejumlah satu ekor, kemudian babi diperiksa kelayakannya oleh dane ulu desa,” imbuhnya.

Apabila babi tersebut memenuhi syarat, maka tahap selanjutnya diserahkan ke pemiritan. Pemiritan mengumpulkan anggota untuk menyembelih babi tersebut, dan kemudian dibersihkan. Potongan babi yang telah dibersihkan kemudian diserahkan kembali kepada pengetan.

Setelah berbagai persiapan selesai, maka selanjutnya penek banten. Pada saat penek banten inilah Tari Jejumputan dipentaskan. Berbagai ritual untuk pementasan selesai, maka tari Jejumputan boleh ditarikan. 

Biasanya Tari Jejumputan ini mulai dipentaskan pada tengah malam sekitar jam 01.00 Wita. Para penari akan memulai dengan menarikan Jejumputan biasa. Aris-Arisan Merak Mengelo kemudian Sambang Karang. Namun, untuk jenis gerakan Tari Merak Mengelo memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga jarang penari yang mampu menarikan, maka gerakan Tari Merak Mengelo terkadang tidak ditarikan.

“Upacara ini merupakan salah satu wujud permohonan kepada Tuhan agar memperoleh bibit yang unggul dan bagus, salah satu wujud rasa bersyukur, dan menolak bala atau memohon kemakmuran di sektor pertanian. Hal ini bersangkutan dengan Dewi Kemakmuran yaitu Sang Dewi Sri,” pungkasnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar