Sabtu, 07 Juli 2018

TUHAN SIFATNYA ACINTYA








CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

TUHAN SIFATNYA ACINTYA (TAK TERPIKIRKAN DAN TAK BERWUJUD)
Mencapai yang tak terpikirkan sangat sulit bagi kita yang terbatas ini. Sedangkan wujud-Nya tak tergambarkan, karena pikiran tak mampu mencapai-Nya dan kata-kata tak dapat menerangkan-Nya. Didefinisikan pun tidak mungkin, sebab kata-kata hanyalah produk pikiran hingga tak dapat digunakan untuk menggambarkan kebenaran-Nya. Sehingga kita membutuhkan simbol dan makna dari fungsi Tuhan itu sendiri.
Tuhan menurut Hindu itu tidak laki maupun tidak perempuan dan juga tidak banci. Kita tidak bisa mengukur Tuhan yang bersifat tidak terbatas dengan ukuran-ukuran yang terbatas. Laki, perempuan dan banci itu hanya ukuran makhluk nyata dan terbatas. Ukuran itu hanyalah untuk membantu manusia dalam memahami sesuatu yang abstrak dan tak terbatas. Sebenarnya kekuatan hakikih Tuhan itu adalah Purusa dan Prakerti. Maka Tuhan juga dikatakan sebagai Ardhanareswari.
Sifat-sifat dan karakter Tuhan itu sangat banyak. Kalau dalam kenyataan bahwa kisah Dewa dalam Hindu ada laki atau perempuan itu hanyalah metode awam untuk menjelaskan sesuatu yang abstrak. Malah dalam Upanisad dikatakan bahwa Tuhan itu Neti-neti yang artinya bukan ini dan bukan itu. Atau Tuhan itu jauh tetapi juga dekat. Tuhan itu memenuhi segala ruang.
Sampai saat ini belum ada wujud patung dari Tuhan atau Brahman atau Sang Hyang Widhi, karena Tuhan atau Brahman atau Sang Hyang Widhi sifatnya Acintya (tak terpikirkan dan tak berwujud) yang ada adalah patung dari sinar suci Tuhan atau Brahman atau Sang Hyang Widhi yang disebut dengan Dewa. Patung Dewa-dewi itu menandakan bahwa fungsi Tuhan atau Brahman atau Sang Hyang Widhi yang disebut Dewa berasal dari kata "DIV" yang artinya sinar. Sinar inilah yang digambarkan sesuai dengan fungsi Beliau.
Dengan pengertian "Acintya" atau "sesuatu yang tak tergambarkan", bahwa hakekat Tuhan adalah sebuah "kekosongan" atau "suwung", kekosongan adalah sesuatu yang ada tetapi tak tergambarkan.
Jadi hakekat Tuhan adalah "kekosongan abadi yang padat energi", seperti areal hampa udara yang menyelimuti jagad raya, yang menyelimuti segalanya secara immanen sekaligus transenden, tak terbayangkan namun mempunyai energi luar biasa, hingga membuat semua benda di angkasa berjalan sesuai kodratnya dan tidak saling bertabrakan. Sang "kosong" atau "suwung" itu meliputi segalanya. Ia seperti udara yang tanpa batas dan keberadaannya meliputi semua yang ada, baik di luar maupun di dalamnya.
Tuhan itu tidak nampak oleh mata, namun dirasakan, diyakini ada, seperti nafas di dalam tubuh kita sendiri. Ia ada namun, bagaimana rupanya?


Sistem pemberian banyak nama kepada Tuhan sesuai peranan-Nya, dalam ajaran Hindu disebut "Ekam Sat Viprah Bahuda Vadanti" artinya "Tuhan itu satu tetapi para bijak menyebut-Nya dengan banyak nama".
Yatrakama Wasayitwa adalah nama sifat Tuhan Yang Maha Kuasa itu juga. Yatrakama Wasayitwa artinya kehendak dan sifat kemahakuasaan-Nya itu tidak dapat dihitung banyaknya. Pendeknya sifat dan kodratnya sangat banyak sehingga manusia tidak dapat menyebutkan satu persatu.
Dari uraian di atas jelas bahwa sifat Tuhan itu banyak. Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat yang amat banyak. Manusia memberi nama sifat-sifat itu menurut pengertian manusia. Para Maha Rsi yang mula-mula memberi nama sifat-sifat itu. Nama-nama itu diberikan oleh para Maha Rsi pada jaman dahulu. Sejak wahyu diturunkan. Waktu wahyu diturunkan manusia tidak dapat memberi nama kepada-Nya. Baru kemudian saja para Maha Rsi memberi nama kepada Tuhan yang tak bernama.
Kalau kita menamakan Tuhan itu warnanya merah tidak berarti Tuhan tidak mempunyai warna lain. Ia juga mempunyai warna yang putih. Ia juga mempunyai warna jingga. Ia juga mempunyai warna hijau. Semua warna ada pada-Nya. Begitulah akhirnya Ia memiliki banyak nama. Apakah dengan nama yang banyak berarti Tuhan itu banyak? Tentu tidak bukan. Ia tetap Esa. Yang Maha Tunggal.
Para Rsi itu disebut Wipra. Orang yang arif bijaksana akhli dan pandai.

Ardhana Wijaya Saputra bersama Nandito Negeri Seribu Candi dan Andira Puspita Sharma.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar