Minggu, 08 Juli 2018

sampradaya sesat?


Oleh Ida Pedanda Asraya Jati Manuaba
sampradaya sesat?
Jika orang sudah menekuni tattwa, akan memahami bahwa sampradaya bukanlah hal asing dalam Hindu.
Sampradaya artinya garis aguron-guron atau garis perguruan di mana ilmu Weda itu diajarkan dari guru ke murid.
Jadi, umat Hindu yang belajar di Sampradaya artinya belajar menekuni ajaran Weda.
Seharusnya, umat Hindu malu karena tidak pernah tahu bagaimana caranya belajar Weda. Sementara itu, umat Hindu digempur habis-habisan oleh agama lain karena tidak bisa ‘membela diri’ dengan ilmu pengetahuan agama yang mapan.
Kehadiran sampradaya atau garis aguron-guron ini sebenarnya sudah lama ada dalam Hindu. Sebagai contoh, semua pedanda yang ada saat ini adalah produk dari sistem aguron-guron Dang Hyang Dwijendra yang dimulai 500 tahun lalu. Jadi, sistem perguruan ini turun-temurun, dari guru (nabe) ke murid (sisya). Ini adalah ‘sampradaya’ yang sudah ada lama di Bali yang kita kenal dengan sistem siwa dan sisya.
Orang yang ingin belajar di sampradaya itu bukan main-main. Pantangannya banyak. Mereka tidak boleh berjudi, tidak minum-minuman keras, tidak berhubungan di luar nikah dan bahkan dilarang makan daging (ahimsa).
Orang yang belajar Weda dalam sampradaya adalah orang yang mempraktikkan semua pantangan itu sehingga mereka sesungguhnya bukan manusia sembarangan. Merekalah yang sesungguhnya menegakkan ajaran dharma secara nyata. Merekalah benteng Hindu di masa depan.
Ini mengingatkan saya pada ramalan kuno di tahun 1478, saat Majapahit hancur oleh serbuan Demak. Saat itu, pendeta kerajaan Majapahit, yang kita kenal sebagai Sabda Palon Nayagenggong bersabda bahwa lima ratus tahun setelah runtuhnya Majapahit akan ada agama buddhi, agama cinta kasih yang mengingatkan semua orang akan jati dirinya.
Sabda Palon Nayagenggong adalah Dang Hyang Dwijendra, atau Bhatara Sakti Wawu Rauh.
“Kelak lima ratus tahun setelah ini aku akan kembali, membawa ajaran agama buddhi (agama cinta kasih) dan akan kusebarluaskan. Barangsiapa yang tidak mau mengambil ajaran ini akan ditelan oleh zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar