Minggu, 19 Mei 2024

TALUH BUKASEM sari pati Durga Dewi

 


 

Bhagawan Dunggulan mewejangkan hakekat "manik urip' kemudian diwujudkan menjadi telor pada beragam persembahan banten. bahkan dari telor inilah beragam ulam banten (daging persembahan) berasal.
selanjutnya Bhagawan Dunggulan melanjutkan yoga, memusatkan bhatin, "muah ana teja maya ri lep ning hasta kiwa" lalu munculah cahaya maya dari telapak tangan kiri beliau. cahaya ini kemudian berangsur berwarna kehitaman. singkat cerita cahaya kehitaman ini kemudian menjadi "Taluh Bukasem", telur bekasem. telur ini mengandung kekuatan Durga, "sira pinaka durga dewi" ini (telor bukasem) sebagai perwujudan Durga Dewi.
taluh bukasem adalah salah satu cara pengolahan telur yang bertujuan untuk mengawetkan melalui proses perebusan dengan berbagai macam bumbu, termasuk arang sehingga terjadi proses fermentasi.
oleh peneliti dari Balai Arkeologi Medan, Churmatin Nasoichah dalam “Pengawetan Makanan: Upaya Manusia dalam Mempertahankan Kualitas Makanan (Berdasarkan Data Prasasti Masa Jawa Kuno)” yang terbit di Jejak Pangan dalam Arkeologi, menyebut Prasasti Sangguran (928),Prasasti Jeru-Jeru (930) mencatat proses pengolahan telur dengan cara tertentu agar lebih awet dengan cita rasa khas.
di Bali taluh bukasem tampaknya bukan hanya tentang ragam upaya pengawetan telur untuk kepentingan pangan saja, tetapi memiliki nilai magis religius.
bahkan Widisastra Bhatara Nawa Dunggulan menyebut melalui wejangan bhatara Siwa bahwa taluh Bukasem merupakan perwujudan Durga Dewi.
taluh bukasem memang tak banyak dijadikan serana tetandingan banten terutama yang "kehatur ka luhur" (persembahan kepada para dewa). ada beberapa banten khusus yang mewajibkan penggunaan taluh bukasem misalnya banten yang digunakan untuk laban sang catur sanak pada ritual memohon kawisesan (kekuatan gaib).

pada tetandingan banten tebasan ada beberapa tebasan yang wajib menggunakan taluh bukasem, misalnya tebasan Jayasatru. banten tebasan Jayasatru digunakan saat otonan untuk memohon jaya (kemenangan) satru (musuh), atau saat perayaan tumpek landep.
taluh bukasem muncul melalui yoga Bhagawan Nawa Dunggulan mengandung kekuatan Durga Dewi. kerap dilibatkan pada banten yang bertuah mendatangkan kekuatan magis, ataupun memohon kemenangan. tentu ini bukan sesuatu yang baru, Siwa (bhagawan Dunggulan) kemudian Durga Dewi (taluh bukasem) lalu magis dan kemenangan (banten catur sanak, tebasan jayasatru) ini sangat bisa disimpulkan sebagai alur Durga Puja (pemujaan durga). Ibu Hariani Santiko pada tulisan Bhatari Durga menyebut pemujaan Durga selalu berhubungan dengan daya magis, dan permohonan kemenangan.
konon taluh bukasem juga bisa digunakan sebagai pengganti babi guling untuk banten yang harus menggunakan babi guling tetapi tak mampu menghaturkan. petikan mantra ngayaban banten Guling pun ada yang menyebut nama Durga.
============

Tidak ada komentar:

Posting Komentar