Jumat, 08 Maret 2024

TUMPEK WAYANG

 


Tumpek Wayang yang jatuh setiap #Saniscara_Kliwon_Wayang, adalah Tumpek Terakhir dari urutan enam Tumpek yang ada dalam siklus Kalender Pawukon Bali.
Tumpek Wayang adalah merupakan manifestasinya #Dewa_Iswara yang berfungsi untuk ;
Tumpek Wayang merupakan cerminan dimana dunia yang diliputi dengan ;
Oleh sebab itu #Sang_Hyang #SAMIRANA turun ke dunia untuk memberikan Kekuatan kepada manusia yang nantinya sebagai Mediator di dalam menjalankan aktifitasnya.
Orang yang menjadi mediator inilah disebut seorang #Dalang atau #Samirana, Hyang Iswara juga memberikan kekuatan seorang Dalang sehingga mampu membangkitkan Cita Rasa Seni dan daya tarik yang mampu memberikan sugesti kepada orang lain yaitu para penontonnya.
Pada hari Tumpek Wayang adalah Puja Walinya Sang Hyang Iswara. Hari ini umat Hindu di Bali menghaturkan upacara menuju #Keutamaan_Tuah Pratima-pratima dan Wayang, juga kepada semua macam Benda Seni dan Kesenian, Tetabuhan, seperti: Gong, Gender, Angklung, Kentongan dan lain-lain.
#Bebantennya yaitu :
Suci,
Peras,
Ajengan,
Sedah woh,
Canang raka,
Pesucian lauknya #Itik_Putih.
Upakara dihaturkan ke hadapan Sanghyang Iswara, dipuja di depan segala benda seni dan kesenian agar selamat dan beruntung dalam melakukan pertunjukan-pertunjukan, menarik dan menawan hati tiap-tiap penonton.
Untuk Pecinta dan Pelaku seni, upacara selamatan berupa persembahan bebanten:
Sambil memohon agar supaya mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dalam menciptakan kemajuan
Tumpek Wayang menjadi hari yang penuh dengan waktu-waktu #Peralihan, dan oleh karenanya anak-anak yang lahir pada saat ini ditakdirkan #menderita karena mengalami Gangguan Emosi dan menyusahkan orang lain.
Untuk melawan akibat keadaan yang tidak menguntungkan itu, orang Bali melakukan upacara ”PENEBUSAN KHUSUS ” yang dinamakan #SAPUH_LEGER, dengan harapan akan dianugerahkan nasib baik pada anak itu dan menjamin bahwa hari ”Lahir yang tidak baik” itu tidak akan berpengaruh buruk pada perkembangan selanjutnya..
Sebelum Rerahinan Tumpek Wayang, disebut dengan Rerahinan ;
Atau
HARI PEMAGPAG KALA,
yang Jatuh Pada #Hari_Sukra_Wage_Wayang Yang Tersurat di Dalam Lontar #Kala_Tattwa.
Pelaksanaan #Rerahinan_Kala_Paksa, Yakni Memasang SESUUK , SESELAT , Yakni Daun Pandan Berduri yang dipotong potong di olesi Pamor/Kapur sirih , dengan #Tanda_Tapak_Dara di ikat dengan Benang Tridatu dilengkapi dengan ;
• API TAKEPAN,
• CANANG SARI,
• DUPA
• SEGEHAN MANCA WARNA
Katur ring LEBUH , Pengacepan antuk ;
SANG_HYANG_KALA ,
BHUTA DENGEN
BHUTA BHUCARI
KALA BHUCARI ,
DURGA BHUCARI
Sesuuk,Seselat yakni Simbol Pelindung dari Hal Yang Negatif, Black Magick dan Buta kala.
Sesuuk dipasang pada Palinggih , pintu rumah dan Lebuh .
Dan Pada Esok Hari pada Tumpek Wayang ,, Sesuuk dilukar pada Pagi Hari semuanya di Jaba Lebuh depan Rumah di aturkan ;
• Canang 2 tanding ,
• Segehan Manca Warna
• Segehan Barak 2 tanding
• Beserta Api Takepan.
Untuk nyomia Bhuta Bhuti.
Belajar Wariga, tanpa adanya Media Media Gambar, adalah kemustahilan di jaman ini.
Mau?.... durus wa.me/6281936230533
Ong Rahayu

UPACARA TIGA BULANAN

 


UPACARA TIGA BULANAN adalah upacara wajib yang dilaksanakan setiap pertengahan Otonan (105 hari) bayi..
Upacara ini dilaksanakan sesuai tahapannya yaitu; ngileh lesung, magogo gogoan, mapetik, jejanganan, bebajangan, Kumara, turun tanah...
Semua lengkap dilaksanakan dengan Banten yang jangkep yang dipuput langsung oleh sulinggih...
Pamilet hanya membawa Tirta merajan saja ke geriya,..
Upacara bersifat pribadi, bukan masal, sehingga pamilet bisa leluasa untuk melaksanakan upacara bagi putra putrinya.. untuk registrasi silahkan klik WhatsApp dibawah brosur..
Berupacara adalah pilihan,, besar kecilnya upacara tidak berpengaruh terhadap kualitas upacara. Out put dan masa depa bayi tidak dipengaruhi oleh upacara yang besar atau kecil.. yang terpenting Puput dan patut sesuai tuntunan sastra...
Informasi bertujuan untuk kaum milenial mulai terbuka untuk memilih upacara yang sesuai dengan kemampuannya, bukan menyesuaikan gengsinya.. mulailah berupacara dengan bijak,, sesuaikan dengan kemampuan,, klo ada yang praktis dan murah,, kenapa harus memilih yang mahal dan ribet
 

INGKEL WONG

 


( Kenapa wuku ini , tidak #diperbolehkan untuk Upacara Yadnya ???
1. SINTA (1)... ᬳᬮ ᬤᬳᬢ᭄᭟ #Ala_dahat..... Bhatara wuku Sinta adalah #BHATARA_YAMADIPATI, Bathara Yamadipati merupakan raksasa dari golongan dewa yang dikenal dengan nama #Dewa_Kematian, hal itu dikarenakan Bathara Yamadipati mengemban tugas sebagai Dewa Pencabut nyawa dan Dewa penjaga neraka.
Kenapa wuku Sinta ini #Ala_dahat ??? Karena di Wuku inilah , Sang Dewa Kematian melakukan fungsinya .
2. WARIGA(7) ... ᬩ᭄ᬭᬳ᭄ᬫᬡ᭄ᬦ ᬳᬮᬂ᭟ Brahmana Halang ...... Bhatara wuku Wariga adalah #BHATARA_ASMARA, Ia merupakan #Dewa_Kesenangan, maka sering menyamar dan menggoda manusia, sehingga manusia akhirnya membuka hatinya bagi Kesenangan.
Kenapa disebut #Brahmana_Halang ??? Karena di Wuku inilah Bhatara Asmara memainkan #Pikiran ( KEPALA ) Manusia.
3. LANGKIR(13)...ᬲᬢ᭄ᬭ᭄ᬬᬵ ᬳᬮᬂ᭟ Satrya Halang...... Bhatara wuku Langkir adalah #BHATARA_KALA ( Sang Penguasa Waktu ) , yang sifatnya jahat dan rakus sehingga suka memangsa korban manusia dengan jumlah besar.
Kenapa disebut #Satria_Halang ???
Karena di wuku inilah Sang Kala, memainkan Pundak + Tangan manusia , sehingga tidak berfungsi Maksimal .
4. TAMBIR(19 )...ᬯᬾᬲ᭄ᬬᬵ ᬳᬮᬂ᭟ Wesya Halang .....Bhatara wuku Tambir adalah #BHATARA_SIWA, Sang PELEBUR ( PRALINA ).
Kenapa wuku Tambir ini disebut #Wesya_Halang ??? karena di Wuku inilah Bhatara Siwa , membuat ( Rongga Dada & Perut ) manusia , bekerja tidak Maksimal .
5. BALA(25). ᬲᬸᬤ᭄ᬭᬺ ᬳᬮᬂ᭟ Sudra Halang ..... Bhatara wuku Bala adalah #BHATARA_DURGA , Kekuasaan yang dimiliki Batari Durga adalah memberikan segala bentuk perilaku jahat kepada orang yang memujanya.
Kenapa wuku Bala ini , disebut #Sudra_Halang ???, Karena di Wuku inillah Bhatari Durga berfungsi , membuat #Kaki_manusia tidak Optimal.
Jadi tahu khan penyebab kenapa INGKEL_WONG merupakan pantangan untuk melakukan pekerjaan penting-penting, Manusa Yadnya, Pernikahan , Atatiwa dan pekerjaan lainnya yang #berhubungan dengan #manusia.
Ada #Kehidupan di dalam Satu Putaran Pewarigaan .

CANDALA IKANG RAT ( Dunia akan Rusak)

 


Berdasarkan SE PHDI BALI, Nomor : 318/PHDIBali/XII/2023 ,Tanggal : 18 Desember 2023 , Hal : Edaran Rangkaian Hari Suci Nyepi Tahun Baru Åšaka 1946
Yang bunyinya antara lain ;
I. C. TAWUR KESANGA
Upacara Tawur Kasanga pada #Tilem_Kasanga, pada hari Minggu/Redite,Tanggal 10 Maret 2024 dengan acuan pelaksanaan .. . .. . .. .
II. NYEPI SIPENG
Nyepi Sipeng dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 11 Maret 2024 selama sehari penuh (24) jam sejak pukul 06.00 Wita sampai dengan pukul 06.00 Wita keesokan harinya, dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian. . .. . .
Dan berdasarkan Surat edaran PHDI PUSAT, Nomor 255/PH PHDI PUSAT/2024, Jakarta 15 Januari 2024 , Perihal ; Perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1946, yang berbunyi ;
II. A. 3. Tawur Kesanga di Provinsi, Kabupaten / Kota, Kecamatan dan Desa, dilaksanakan pada Minggu tanggal 10 Maret 2024, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah masing masing.
II. 4. Pelaksanaan Catur Brata Penyepian hari suci Nyepi berlangsung pada Senin tanggal 11 Maret 2024 Pukul 06.00 s.d Selasa tanggal 12 Maret 2024 Pukul 06.00 waktu setempat.
Mari kita tengok isi dari Lontar ᬲᬗ᭄ᬳ‌᭄ᬬᬂ ᬳᬚᬶ ᬲ᭄ᬯᬫᬦ‌᭄ᬥᬮ᭡(#SangHyang_Aji_Swamandala ) adalah lontar yang menguraikan tentang penentuan hari baik dan buruk ( Padewasan) yang merupakan ajaran dari #Bhatara_Sùrya_Candra yang diwarisi dari sejak dahulu kala sebagai Tata Cara orang untuk mendapat hari Baik, Dewasa Ayu ( Ala Ayuning Dewasa) untuk melaksanakan Upacara Kecil, Menengah ataupun Besar.
Pada Paragraf 3 yang dipakai rujukan sehingga Hari Suci Nyepi digeser dari Tilem Kesanga ke Penanggal Apisan Sasih Kedasa ;
"Nyan Sang Hyang Aji Swamandala, hangajaraken hala-hayu, lwirnya mahayu, paryangan pwe rahayu, yan hanambut karya, lwirnya Makiis, Mancawalikrama, yan nuju ᬢᬶ᭒ᬫᬶᬂ‌ ᭢ᬘᬢ᭄ᬭ᭟ ( Tileming Cetra ), husan ukun Dungulan, banen, Bu, Ka, Pahang, haja nggalaraken ᬢᬯᬸᬃ ᬓᬲᬗ᭄ᬗ᭡ ᭟( #Tawur_kasanga ) , yan durung ᬧ᭄ᬕᬢ᭄ᬯᬓᬦ᭄ᬧᬳᬂ᭟ (Pegatwakan Paang ), yanambahin tan sida karya, Dewata malalis, Dewa moktah, hika tka wenang, yan kalangan bwat wenang ring ᬢᬶ᭒ᬫᬶᬂᬓ᭄ᬥᬲ᭟ ( Tileming KadaÅ›a ) panutugnya, pangasangayanika, haja lyanin, ngingan pangaksamanya maring Widi, ring Hyang ring ᬩᬲᬸᬓᬶ᭪᭟Basukih, reh gumi kalangan. Mwang ring ᬳ‌᭄ᬬ ᭢ᬤᬯᬶ ᬤᬹᬃᬕ᭄ᬕ᭟ (Hyang Dewi Durga), ngaksama saluwirnya, upakaranya, mabanten tumpeng guru, peras penyeneng, daksina, tunggal upakaraniya, katur ring Basukih."
"Yan hana huwang hamuja tawur, ya durung masalah wuku Pahang, yan manuju Tilem Kasanga wusan huku , Dungulan, nganeh huku Pahang, palaniya candala ikang rat."
Terjemahannya:
"Inilah Sang Hyang Aji Swamandala mengajarkan tentang baik dan buruk, seperti memperbaiki parhyangan, hari baik bila menyelenggarakan karya, seperti ;
• Makiis,
• Mañcawalikrama,
• jika Tilêm Cetra jatuh sesudah wuku
Dungulan, sebelum, Budha, Kliwon,
#Tawur_Kesanga, sebelum
Pêgatuakan Pahang."
"Bila hal itu dilaksanakan,
• Karya tidak akan berhasil,
• Para dewata akan pergi,
• Dewa menghilang.
Bila ada halangan berat, ritual Kasanga ( Pangasangan) tersebut dapat dilaksanakan pada #Tilêm_Kedasa sebagai penyelesaiannya. Jangan yang lain. Tetapi itu dengan diadakan permohonan ampun kepada Sang Hyang Widhi di Besakih, karena masyarakat berhalangan, dan kepada #Hyang_Bairawi_Durga, mohon ampun dengan segenap upakaranya yaitu mempersembahkan
Bantên Tumpêng Guru,
Peras Penyeneng,
Daksina.
Upakara itu hanya satu dipersembahkan di Besakih."
"Bila orang mempersembahkan tawur, sebelum pergantian wuku Pahang, pada waktu Tilêm Kasanga, sesudah wulu Galungan, Dungulan, sebelum Wuku Pahang, " #Dunia_akan_rusak."
Dapat disimpulkan atau ditafsirkan bunyi Lontar SangHyang Aji Swamandala diatas adalah ;
• Pertama, tidak spesifik menyatakan tentang Tawur Kesanga yang ada kaitannya dengan Nyepi.
• Kedua, Tawur Kesanga yang dimaksud adalah tawur pada Sasih Kesanga menuju Tilem Kesanga.
• Ketiga, Tawur Kesanga dapat ditunda pelaksanaannya apabila jatuh pada saat UNCAL BALUNG ( wuku Dungulan s/d Buda Kliwon pahang ( Pegatwakan ) dan bisa dilaksanakan Pada Tilem Sasih Kadasa.
Sekarang mari kita tengok beberapa lontar yang menyatakan sangat jelas bahwa
• Tawur Kesanga dilaksanakan pada
#Panglong_14_ keSanga atau Sehari
Sebelum Tilem Kesanga.
• Nyepi wajib dilaksanakan pada Tilem
Kesanga bukan pada penanggal
apisan Sasih Kedasa.
"....Mwah Tika Tilem Kasanga, Ulun ginawe Yoga, Tka wnang wwang ring madya, ginawe tawur swang, Nyepi sadinten, den ana pranging sata, ya bala pan Sangkala Bhumi, Yan Nora mangkana , rugwwanging madya..."
Artinya :
"Ketika datang Tilem Kesanga, dimana Aku sedang beryoga, wajib setiap manusia di dunia, menyelenggarakan TAWUR dan NYEPI sehari penuh, dan ada sabung ayam untuk abdi Sang Kala Bumi, Jika tidak seperti itu, Kacaulah dunia..."
(Siwa Tatwa Purana, 16b)
Lontar diatas sangat jelas dikatakan bahwa Bhatara Siwa meyoga saat Tilem Kesanga (bulan mati/gelap penuh).
Kemudian lebih lanjut dikatakan dalam Lontar Sundarigama sebagai berikut :
".....Atka ring cetramasa, ring tilem kunang, pasucen watek dewata kabeh, an ring teleng ing samudra camananira ameta sari ning amreta kamadalu, yogya wong kabeh ngaturaken puja kreti, ring sarwa dewa kramanya,
"..... ring #Catur_Dasi_Kresnapaksa agawekna bhutayajna, rikeng catuspata ning desa, nistanya panca sata, madya panca sanak, uttamanya catur agung, yamaraja, pinuja dening sang mahapandita, siwa budha...."
Artinya :
"Pada saat bulan mati masa kesembilan (Tilem Kesanga) tiba merupakan hari baik bagi para dewata menyucikan diri. Adapun tempat mereka menyucikan diri adalah di tengah samudra dengan mengambil intisari air suci kehidupan Kamandalu. Pada saat itu manusia wajib pemujaan kepada para dewa.
" Pada saat paroh gelap ke empat belas (panglong kaping pat belas), manusia wajib membuat upacara bhutayajna, bertempat di perempatan desa, mulai dari tingkat nista berupa caru panca sata, tingkat madya berupa caru panca sanak, dan tingkat utama berupa catur agung, yamaraja, dipimpin oleh pendeta agung siwa budha..."
( #Lontar Sundarigama )
Begitu juga #Lontar_Gama_Tiga sangat jelas menyatakan ;
"Nihan, ring #Purwaning_Tilem_Kesanga, gaweyakna bhuta yadnya ring catur pataning desa......."
Disamping 3 lontar diatas ada juga termuat dalam lontar Tattwa Gama Tirta menyatakan hal sama bahwa Nyepi jatuh Tilem Kesanga (bulan mati/gelap penuh).
Keempat lontar diatas sangat jelas menyatakan bahwa tilem kesanga saat bulan paling gelap atau bulan mati/gelap penuh adalah hari yang sangat tepat bagi Ida Bhatara Siwa dan para dewata mayoga bukan untuk tawur kesanga.
Jangan sampai Ida Bhatara Siwa Mayoga di niskala kita malah melaksanakan pengerupukan di skala sehingga mengganggu keheningan yoga Ida Bhatara Siwa.
Dari 4 (empat) lontar diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
• Penyepian dilaksanakan pada tilem kesanga (bulan mati/gelap penuh) karena Ida Bhatara Siwa meyoga pada saat tilem kesanga (bulan mati/gelap penuh).
• Tawur Agung Kesanga dilaksanakan di Catus Pata pada panglong kaping pat belas (paroh gelap 14).
• Panglong kaping pat belas/14 sesuai dengan Catur Dasa Aksara yaitu Sang, Bang, Tang, Ang, Nang Mang, Sing, Wang, Ang, Ung, Mang, Ang, Ah, Ong sebagai Penelasing Aksara dalam 108 aksara dan juga penelasing wariga.
Angka 14 jelas sebagai signal kuat dalam perhitungan pada panglong kaping pat belas tilem kesanga. Dimana posisi Penelasing Aksara dan penelasing wariga adalah keseimbangan atau menempatkan bhuta sebagai dasar. Senada juga posisi planet dan tata surya lainnya secara keseluruhan tepat susunannya sesuai porosnya sehingga sangat tepat melaksanakan Tawur Kesanga yang bertujuan agar keseimbangan tetap terjaga di waktu yang sama di masa mendatang.
• Tawur Agung Kesanga wajib dilaksanakan tabuh rah di Catus Pata selain kurban kerbau dan binatang lainnya.
• Tawur Agung Kesanga wajib dipuput oleh Tri Sadhaka (Pandita Siwa, Pandita Siwa Budha, Pandita Siwa Waisnawa/Bujangga) merupakan gegelaran/konsep pemujaan daripada para Pandita Agung Siwa Budha ajaran Siwa Sidhanta sesuai lontar Sutasoma dan prasasti samuan tiga jelas menyatakan Siwa Marupa Budha sebagai pencipta segalanya.
• Apabila tidak dilaksanakan tepat waktu sesuai yang ditetapkan atau tidak melaksanakan maka akan berakibat kekacauan atau ketidakseimbangan alam.
Perubahan hari suci Nyepi dari tilem kesanga menjadi penanggal apisan sasih kedasa sepertinya dilaksanakan ketika hari suci nyepi diakui secara nasional. Padahal hari suci nyepi sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pergantian tahun saka kalender Bali yang timbul dikarenakan ada usaha usaha memasukkan penanggalan kalender Nirayana India pada penanggalan Gama Bali.
Gama Bali (Hindu Bali) sesungguhnya tidak mengenal tahun baru karena makna "Wariga adalah Warah Ing Raga yang artinya petunjuk Tuhan (Weda) dalam diri". Wariga didalamnya tidak hanya ada penanggalan namun ada Sasih (penanggal & panglong), Wuku, Wewaran, Aksara, Tatwa dan lainnya berkenaan dengan Panca Yadnya.
Penanggalan Gama Bali (Hindu Bali) jumlahnya 35 hari dalam sebulan berbeda dengan tahun masehi yang hanya 30 hari dan siklusnya tak terputus berputar terus bagai perputaran bumi sebab wariga sama dengan Weda tanpa awal dan akhir.
Hal demikian juga diperkuat dengan jumlah sasih ada 12 sasih maka sangat jelas bahwa ajaran Bali tidak mengenal tahun baru seperti dihembuskan beberapa pihak bahwa jumlah angka 9 (sasih kesanga) adalah tertinggi oleh sebab itu mulai lagi dari 1 (satu) padahal setelah 9 (sasih kesanga) ada 10 (sasih kedasa) hingga 12 (sasih sadha).
Lebih lanjut lagi yang menguatkan bahwa tilem kesanga (bulan mati/gelap penuh) adalah waktu yang tepat bagi Ida Bhatara Siwa dan para dewata mayoga yaitu hari suci Siwa Ratri. Dimana Ida Bhatara Siwa mayoga saat tilem paling gelap yaitu Tilem Kapitu hal ini sama pengertiannya dengan Tilem Kesanga adalah bulan paling gelap bukan di penanggal apisan sasih kedasa.
Yuk dikaji ulang...... !!!
Untuk PHDI, tidak bisakah menulis, seperti contoh ;
• Redite Umanis Langkir Pa15 Kesanga,
Minggu, 10 Maret 2024.
• Soma Pahing Langkir Ta 1 Kadasa.
Senin, 11 Maret 2024
Tuah je dadi nak bali, de pesan kutang uger uger e

(Mengapa) Buddha?

 

".. Sira ta katika Bhatara Ratnatraya ngaran ira, sira makasila, nga, asih, punya, bhakti, ahyun pwasira purna ning tri bhuwana. Mijil ta Bhatara Sri Wairocana sake muka Sri Sakyamuni. Mawibhaga ta Bhatara Sri Lokeswara, mijil ta Bhatara Amitabha mwang Bhatara Ratnasambawa. Mawibhaga ta Bhatara Sri Bajrapani, mijil ta Bhatara Amitabha mwang Bhatara Amoghasiddhi. Sira ta kalima sira sinangjnyan Bhatara Panca Tathagatawang Bhatara Sarwa Jnyana ngaran ira waneh." -lontar Tutur Kamahayanikan-
Entah berapa tahun yang lalu, saya coba mengingat apakah tahun 2012(?) tentang tepatnya saya bertanya di hadapan arca pralingga Buddha di Pamrajan Agung Pohmanis, mengapa Buddha? Mengapa ditempatkan di sini? Kemana harus mencari tahu?
Sedari bocah, saya dititip asuh di Saren Agung (Jero Medangin sebab posisi rumah saya paling barat dalam satu kompleks jero/puri, meminjam istilah puri pomanis dari sesuratan Ida Bhatara Lepas Ida Pedanda Made Sidemen yang disungsung pada Prasasti Merajan Agung) ya begitu saya menyebutnya, sebab di rumah saban pagi selalu ditinggal pergi bekerja oleh Ibu dan Aji, sehingga (Ida Newata) Niang Griya dan Kakyang Putu Kantor yang mengasuh, Saren Agung saya sematkan sebab menjadi kesatuan dengan Pemrajan Agung, di sinilah saya biasa bermain, naik dan duduk kida-kudaan di sendi tiang berwujud patung singa yg cukup besar di palinggih Kamulan Agung, menghayal naik mobil di asagan banten yang besar di depan Tajuk Agung/Pengaruman Agung, dll.
Setelah remaja, kemudian, saya terbiasa ikut ngayah "ngenang wastra" ketika akan menyambut piodalan, bahkan beberapa kali diperbolehkan untuk ngayah "ngias ngenang wastra" arca pratima oleh (Ida Newata) Iwa Mangku Merajan. Meski demikian, saya tidak begitu ngeh dengan Arca Pralingga Buddha ini, dan kira-kira pada 2012 lalu akhirnya muncul pertanyaan itu.
Saya mencoba mencari tahu, melacak dari cerita-cerita tentang Merajan Agung. Sekiranya dipastikan bahwa arca Buddha ini dipahat tahun 1943 merujuk angka tahun renovasi pasca Gejor 1917, tukangnya dari Tegaltamu, untuk pelinggih lainnya dari Banjar Jenah atau Cengkilung(?). Arca Buddha yang dipahatkan berupa Bhatara Sri Amitabha yang dapat dikenali dari Dhyana Mudra merujuk pengarcaan di Borobudur. Letak arca Buddha Amithaba di Merajan Agung Pohmanis berada di bagian dalam (Utama Mandala) tepatnya di aling-aling Kori Agung sebagai Ameng-ameng istilah kami, diapit oleh dua arca bidadari yang membawa nampan. Arca Buddha ini didudukan menghadap ke Selatan, dengan demikian setiap orang yang baru masuk ke areal utama Merajan Agung akan selalu berjumpa dengan-Nya.
Setelahnya saya mencoba lagi untuk mencari yang berkaitan dengan Kabuddhan, entahlah, setiap kali saya coba mencari selalu bertemu dengan orang/tokoh yang bergelut pada Kabuddhan Bali, misalnya di Budakeling melalui Ida Dayu Ani, juga sederet tulisan Ibu Cok Sawitri, bahkan yang tak kalah unik adalah saya mendapatkan satu kitab Tutur Sang Hyang Kamahayanikan ditumpukan buku-buku usang milik Aji yang kemudian saya selamatkan, setelah dibaca dalam pengantar bahwa naskah yang dipergunakan adalah lontar koleksi Pusdok yang direalisasikan pada tahun 1998/1999. Selebihnya saya coba cross check dengan lontar lainnya.
Perlu dicatat bahwa saya bukanlah orang yang begitu religius ataupun spiritualis, bukan. Hanya saja saya ingin mencari tahu bagaimana sesuatu itu ada dan bagaimana ia ada terutama di lingkungan saya hidup. Sebab kegelapan pikiran lebih berbahaya dari pada gelapnya malam Nyepi yang berpuncak pada Tilem. Pada sedikit perjalan ini saya hanya baru tahu remah-remahnya, tentang mengapa Buddha dan Amithaba, "Dang Hyang Amithaba sanyjnya, ngaranya: nama, nama ngaranya aran, ya sanyjnya ngaranya" Dalam bentuk lima pencerahan sempurna Sang Hyang Panca Tathagata, Amithaba adalah 'sanyjnya'/ "ghana", daging yang tebal.