Berdasarkan SE PHDI BALI, Nomor : 318/PHDIBali/XII/2023 ,Tanggal : 18 Desember 2023 , Hal : Edaran Rangkaian Hari Suci Nyepi Tahun Baru Śaka 1946
I. C. TAWUR KESANGA
Upacara Tawur Kasanga pada #Tilem_Kasanga, pada hari Minggu/Redite,Tanggal 10 Maret 2024 dengan acuan pelaksanaan .. . .. . .. .
II. NYEPI SIPENG
Nyepi Sipeng dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 11 Maret 2024 selama sehari penuh (24) jam sejak pukul 06.00 Wita sampai dengan pukul 06.00 Wita keesokan harinya, dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian. . .. . .
Dan berdasarkan Surat edaran PHDI PUSAT, Nomor 255/PH PHDI PUSAT/2024, Jakarta 15 Januari 2024 , Perihal ; Perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1946, yang berbunyi ;
II. A. 3. Tawur Kesanga di Provinsi, Kabupaten / Kota, Kecamatan dan Desa, dilaksanakan pada Minggu tanggal 10 Maret 2024, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah masing masing.
II. 4. Pelaksanaan Catur Brata Penyepian hari suci Nyepi berlangsung pada Senin tanggal 11 Maret 2024 Pukul 06.00 s.d Selasa tanggal 12 Maret 2024 Pukul 06.00 waktu setempat.
Mari kita tengok isi dari Lontar ᬲᬗ᭄ᬳ᭄ᬬᬂ ᬳᬚᬶ ᬲ᭄ᬯᬫᬦ᭄ᬥᬮ᭡(#SangHyang_Aji_Swamandala ) adalah lontar yang menguraikan tentang penentuan hari baik dan buruk ( Padewasan) yang merupakan ajaran dari #Bhatara_Sùrya_Candra yang diwarisi dari sejak dahulu kala sebagai Tata Cara orang untuk mendapat hari Baik, Dewasa Ayu ( Ala Ayuning Dewasa) untuk melaksanakan Upacara Kecil, Menengah ataupun Besar.
Pada Paragraf 3 yang dipakai rujukan sehingga Hari Suci Nyepi digeser dari Tilem Kesanga ke Penanggal Apisan Sasih Kedasa ;
"Nyan Sang Hyang Aji Swamandala, hangajaraken hala-hayu, lwirnya mahayu, paryangan pwe rahayu, yan hanambut karya, lwirnya Makiis, Mancawalikrama, yan nuju ᬢᬶ᭒ᬫᬶᬂ ᭢ᬘᬢ᭄ᬭ᭟ ( Tileming Cetra ), husan ukun Dungulan, banen, Bu, Ka, Pahang, haja nggalaraken ᬢᬯᬸᬃ ᬓᬲᬗ᭄ᬗ᭡ ᭟( #Tawur_kasanga ) , yan durung ᬧ᭄ᬕᬢ᭄ᬯᬓᬦ᭄ᬧᬳᬂ᭟ (Pegatwakan Paang ), yanambahin tan sida karya, Dewata malalis, Dewa moktah, hika tka wenang, yan kalangan bwat wenang ring ᬢᬶ᭒ᬫᬶᬂᬓ᭄ᬥᬲ᭟ ( Tileming Kadaśa ) panutugnya, pangasangayanika, haja lyanin, ngingan pangaksamanya maring Widi, ring Hyang ring ᬩᬲᬸᬓᬶ᭪᭟Basukih, reh gumi kalangan. Mwang ring ᬳ᭄ᬬ ᭢ᬤᬯᬶ ᬤᬹᬃᬕ᭄ᬕ᭟ (Hyang Dewi Durga), ngaksama saluwirnya, upakaranya, mabanten tumpeng guru, peras penyeneng, daksina, tunggal upakaraniya, katur ring Basukih."
"Yan hana huwang hamuja tawur, ya durung masalah wuku Pahang, yan manuju Tilem Kasanga wusan huku , Dungulan, nganeh huku Pahang, palaniya candala ikang rat."
Terjemahannya:
"Inilah Sang Hyang Aji Swamandala mengajarkan tentang baik dan buruk, seperti memperbaiki parhyangan, hari baik bila menyelenggarakan karya, seperti ;
• Makiis,
• Mañcawalikrama,
• jika Tilêm Cetra jatuh sesudah wuku
Dungulan, sebelum, Budha, Kliwon,
Pahang, #Jangan_melangsungkan
#Tawur_Kesanga, sebelum
Pêgatuakan Pahang."
"Bila hal itu dilaksanakan,
• Karya tidak akan berhasil,
• Para dewata akan pergi,
• Dewa menghilang.
Bila ada halangan berat, ritual Kasanga ( Pangasangan) tersebut dapat dilaksanakan pada #Tilêm_Kedasa sebagai penyelesaiannya. Jangan yang lain. Tetapi itu dengan diadakan permohonan ampun kepada Sang Hyang Widhi di Besakih, karena masyarakat berhalangan, dan kepada #Hyang_Bairawi_Durga, mohon ampun dengan segenap upakaranya yaitu mempersembahkan
Bantên Tumpêng Guru,
Peras Penyeneng,
Daksina.
Upakara itu hanya satu dipersembahkan di Besakih."
"Bila orang mempersembahkan tawur, sebelum pergantian wuku Pahang, pada waktu Tilêm Kasanga, sesudah wulu Galungan, Dungulan, sebelum Wuku Pahang, " #Dunia_akan_rusak."
Dapat disimpulkan atau ditafsirkan bunyi Lontar SangHyang Aji Swamandala diatas adalah ;
• Pertama, tidak spesifik menyatakan tentang Tawur Kesanga yang ada kaitannya dengan Nyepi.
• Kedua, Tawur Kesanga yang dimaksud adalah tawur pada Sasih Kesanga menuju Tilem Kesanga.
• Ketiga, Tawur Kesanga dapat ditunda pelaksanaannya apabila jatuh pada saat UNCAL BALUNG ( wuku Dungulan s/d Buda Kliwon pahang ( Pegatwakan ) dan bisa dilaksanakan Pada Tilem Sasih Kadasa.
Sekarang mari kita tengok beberapa lontar yang menyatakan sangat jelas bahwa
• Tawur Kesanga dilaksanakan pada
#Panglong_14_ keSanga atau Sehari
Sebelum Tilem Kesanga.
• Nyepi wajib dilaksanakan pada Tilem
Kesanga bukan pada penanggal
apisan Sasih Kedasa.
"....Mwah Tika Tilem Kasanga, Ulun ginawe Yoga, Tka wnang wwang ring madya, ginawe tawur swang, Nyepi sadinten, den ana pranging sata, ya bala pan Sangkala Bhumi, Yan Nora mangkana , rugwwanging madya..."
Artinya :
"Ketika datang Tilem Kesanga, dimana Aku sedang beryoga, wajib setiap manusia di dunia, menyelenggarakan TAWUR dan NYEPI sehari penuh, dan ada sabung ayam untuk abdi Sang Kala Bumi, Jika tidak seperti itu, Kacaulah dunia..."
(Siwa Tatwa Purana, 16b)
Lontar diatas sangat jelas dikatakan bahwa Bhatara Siwa meyoga saat Tilem Kesanga (bulan mati/gelap penuh).
Kemudian lebih lanjut dikatakan dalam Lontar Sundarigama sebagai berikut :
".....Atka ring cetramasa, ring tilem kunang, pasucen watek dewata kabeh, an ring teleng ing samudra camananira ameta sari ning amreta kamadalu, yogya wong kabeh ngaturaken puja kreti, ring sarwa dewa kramanya,
"..... ring #Catur_Dasi_Kresnapaksa agawekna bhutayajna, rikeng catuspata ning desa, nistanya panca sata, madya panca sanak, uttamanya catur agung, yamaraja, pinuja dening sang mahapandita, siwa budha...."
Artinya :
"Pada saat bulan mati masa kesembilan (Tilem Kesanga) tiba merupakan hari baik bagi para dewata menyucikan diri. Adapun tempat mereka menyucikan diri adalah di tengah samudra dengan mengambil intisari air suci kehidupan Kamandalu. Pada saat itu manusia wajib pemujaan kepada para dewa.
" Pada saat paroh gelap ke empat belas (panglong kaping pat belas), manusia wajib membuat upacara bhutayajna, bertempat di perempatan desa, mulai dari tingkat nista berupa caru panca sata, tingkat madya berupa caru panca sanak, dan tingkat utama berupa catur agung, yamaraja, dipimpin oleh pendeta agung siwa budha..."
( #Lontar Sundarigama )
Begitu juga #Lontar_Gama_Tiga sangat jelas menyatakan ;
"Nihan, ring #Purwaning_Tilem_Kesanga, gaweyakna bhuta yadnya ring catur pataning desa......."
Disamping 3 lontar diatas ada juga termuat dalam lontar Tattwa Gama Tirta menyatakan hal sama bahwa Nyepi jatuh Tilem Kesanga (bulan mati/gelap penuh).
Keempat lontar diatas sangat jelas menyatakan bahwa tilem kesanga saat bulan paling gelap atau bulan mati/gelap penuh adalah hari yang sangat tepat bagi Ida Bhatara Siwa dan para dewata mayoga bukan untuk tawur kesanga.
Jangan sampai Ida Bhatara Siwa Mayoga di niskala kita malah melaksanakan pengerupukan di skala sehingga mengganggu keheningan yoga Ida Bhatara Siwa.
Dari 4 (empat) lontar diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
• Penyepian dilaksanakan pada tilem kesanga (bulan mati/gelap penuh) karena Ida Bhatara Siwa meyoga pada saat tilem kesanga (bulan mati/gelap penuh).
• Tawur Agung Kesanga dilaksanakan di Catus Pata pada panglong kaping pat belas (paroh gelap 14).
• Panglong kaping pat belas/14 sesuai dengan Catur Dasa Aksara yaitu Sang, Bang, Tang, Ang, Nang Mang, Sing, Wang, Ang, Ung, Mang, Ang, Ah, Ong sebagai Penelasing Aksara dalam 108 aksara dan juga penelasing wariga.
Angka 14 jelas sebagai signal kuat dalam perhitungan pada panglong kaping pat belas tilem kesanga. Dimana posisi Penelasing Aksara dan penelasing wariga adalah keseimbangan atau menempatkan bhuta sebagai dasar. Senada juga posisi planet dan tata surya lainnya secara keseluruhan tepat susunannya sesuai porosnya sehingga sangat tepat melaksanakan Tawur Kesanga yang bertujuan agar keseimbangan tetap terjaga di waktu yang sama di masa mendatang.
• Tawur Agung Kesanga wajib dilaksanakan tabuh rah di Catus Pata selain kurban kerbau dan binatang lainnya.
• Tawur Agung Kesanga wajib dipuput oleh Tri Sadhaka (Pandita Siwa, Pandita Siwa Budha, Pandita Siwa Waisnawa/Bujangga) merupakan gegelaran/konsep pemujaan daripada para Pandita Agung Siwa Budha ajaran Siwa Sidhanta sesuai lontar Sutasoma dan prasasti samuan tiga jelas menyatakan Siwa Marupa Budha sebagai pencipta segalanya.
• Apabila tidak dilaksanakan tepat waktu sesuai yang ditetapkan atau tidak melaksanakan maka akan berakibat kekacauan atau ketidakseimbangan alam.
Perubahan hari suci Nyepi dari tilem kesanga menjadi penanggal apisan sasih kedasa sepertinya dilaksanakan ketika hari suci nyepi diakui secara nasional. Padahal hari suci nyepi sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pergantian tahun saka kalender Bali yang timbul dikarenakan ada usaha usaha memasukkan penanggalan kalender Nirayana India pada penanggalan Gama Bali.
Gama Bali (Hindu Bali) sesungguhnya tidak mengenal tahun baru karena makna "Wariga adalah Warah Ing Raga yang artinya petunjuk Tuhan (Weda) dalam diri". Wariga didalamnya tidak hanya ada penanggalan namun ada Sasih (penanggal & panglong), Wuku, Wewaran, Aksara, Tatwa dan lainnya berkenaan dengan Panca Yadnya.
Penanggalan Gama Bali (Hindu Bali) jumlahnya 35 hari dalam sebulan berbeda dengan tahun masehi yang hanya 30 hari dan siklusnya tak terputus berputar terus bagai perputaran bumi sebab wariga sama dengan Weda tanpa awal dan akhir.
Hal demikian juga diperkuat dengan jumlah sasih ada 12 sasih maka sangat jelas bahwa ajaran Bali tidak mengenal tahun baru seperti dihembuskan beberapa pihak bahwa jumlah angka 9 (sasih kesanga) adalah tertinggi oleh sebab itu mulai lagi dari 1 (satu) padahal setelah 9 (sasih kesanga) ada 10 (sasih kedasa) hingga 12 (sasih sadha).
Lebih lanjut lagi yang menguatkan bahwa tilem kesanga (bulan mati/gelap penuh) adalah waktu yang tepat bagi Ida Bhatara Siwa dan para dewata mayoga yaitu hari suci Siwa Ratri. Dimana Ida Bhatara Siwa mayoga saat tilem paling gelap yaitu Tilem Kapitu hal ini sama pengertiannya dengan Tilem Kesanga adalah bulan paling gelap bukan di penanggal apisan sasih kedasa.
Yuk dikaji ulang...... !!!
Untuk PHDI, tidak bisakah menulis, seperti contoh ;
• Redite Umanis Langkir Pa15 Kesanga,
Minggu, 10 Maret 2024.
• Soma Pahing Langkir Ta 1 Kadasa.
Senin, 11 Maret 2024
Tuah je dadi nak bali, de pesan kutang uger uger e
®Warih Mula Keto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar