Jumat, 29 Desember 2017

Dalam geguritan ATMA PRASANGSA





Dalam geguritan #ATMA_PRASANGSA diceritakan perjalanan ATMA / ROH MENUJU SORGA bersatu dengan #Parama_Atma ( IDA SANGHYANG WIDI
WASA / TUHAN YANG MAHA ESA ). Bagi yang percaya dengan adanya reingkarnasi dan kehidupan setelah ajal menjemput maka Saya akan coba
menceritakan perjalanan tersebut
sedangkan yang tidak percaya tidak ada salahnya untuk membaca cerita ini.
Ketika telah ditakdirkan atau telah saatnya manusia meninggal maka badan halus ( Roh / Jiwa /Atma ) akan meninggalkan badan kasar ( tubuh) sehingga tubuh manusia yang telah ditinggalkan oleh Atma akan tidak bisa melakukan aktivitas apapun dan
disebut mati, nah sekarang diceritakan seseorang yang telah mendalami ajaran agama dimana dalam cerita ini orang tersebut telah tiba waktunya untuk terpisah dari badan kasarnya (Meninggal Dunia).
Dalam cerita ini diceritakan orang
yang suci tersebut dapat segera menyadari bahwa badan halusnya
telah terpisah dari badan kasarnya, dalam ceritera ini atma dari orang suci tersebut melihat badan kasarnya sangat
mengerikan jika diandaikan seperti melihat sosok Barong( biasa ditarikan dalam tarian barong dibali ), atma tersebut duduk didepan jasatnya yang
tengah diupacarai oleh keluarganya dimana ketika duduk di samping jasatnya di ceritakan #atma tersebut berterima kasih kepada jasatnya yang telah diajaknya hidup semasa hidupnya di Dunia (#mercepada ), sambil menangis sang atma berpesan kepada jasatnya.
Pesan yang disampaikan antara lain agar sang jasat yang sangat disayangi, dimana telah diajak semasa hidupnya mengarungi kehidupan, tempat untuk belajar agama dan kehidupan kembali keasalnya sesuai dengan perintah
(#titah) SANG PENCIPTA, yang berasal dari api kembali ke api ( #Brahma_Loka ), yang berasal dari angin kembali ke angin, yang berasal dari air kembali ke air, yang berasal dari tanah kembali ke tanah, semua unsur kembali dari asalnya masing-masing, jika tiba saatnya nanti (reingkarnasi) yang kembali ke tanah akan masuk ke tubuh ibu melalui tanaman dan menjadi unsur tubuh, yang kembali ke angin maka akan masuk pada saat manusia/si ibu bernapas begitu juga unsur lainnya di dalam kandungan sang ibu maka seluruh unsur akan berkumpul dan akan membentuk kembali tubuh manusia.
Diceritakan setelah menyampaikan pesan terakhir tersebut sang atma yang telah mengerti /mempelajari aji kemoksan menuju pura di rumah
( #pemerajan ) untuk menghadap kepada IDA BETARA HYANG GURU untuk memohon petunjuk menuju perjalanannya selanjutnya, petunjuk yang diperoleh dari IDA BETARA HYANG GURU supaya sang atma melanjutkan perjalanan menuju PURA DALEM menghadap kepada IDA HYANG BETARI #DURGA yang merupakan ratu dari dunia kegelapan dimana IDA HYANG BETARI DURGA akan menunjukan jalan yang harus ditempuh oleh sang atma. Diceritakan Sang atma melanjutkan perjalanan untuk menuju tempat yang di tunjukkan oleh IDA BETARA HYANG GURU.
Sang atma sudah berada di sekitar
areal PURA DALEM untuk menghadap IDA HYANG BETARI DURGA, setelah tiba di pura dalem atma tersebut mendengar suara yang sangat keras seperti suara singa yang sangat galak sehingga sang atma merasa terkejut dan ragu, namun karena sang atma sudah sangat mengerti dengan ajaran kemoksan
( perjalanan menuju kehidupan selanjutnya) maka sang atma melanjutkan perjalanan untuk menghadap IDA HYANG BETARI DURGA tanpa rasa takut, pada saat itu sang surya sudah mulai bersembunyi pertanda malam telah tiba. Setelah tiba di tempat IDA HYANG BETARI DURGA kebetulan IDA HYANG BETARI DURGA sedang melakukan pertemuan kecil dengan para bawahannya(#rencangnya) dimana bawaha IDA HYANG BETARI DURGA sangat banyak dan dengan rupa yang menyeramkan serta mengerikan rupanya disamping itu para bawahan IDA HYANG BETARI DURGA terlihat sangat beringas siap untuk menerkam dan memangsa sang atma, para bawahan IDA HYANG BETARI DURGA seperti macan kelaparan dan tidak terkendali melihat sang atma yang hadir dalam pertemuan tersebut namun mereka tidak berani untuk mendekati sang atma sebelum ada perintah dari IDA HYANG BETARI DURGA.IDA HYANG BETARI DURGA yang melihat kehadiran sang atma suci tersebut langsung menghampiri sang atma, dan duduk didepan sang atma yang sedang duduk menghaturkan sembah bakti, IDA HYANG BETARI DURGA berkata kepada sang atma sambil menangis adapun perkataan IDA HYANG BETARI DURGA antara lain “ wahai anakku sang atma suci jangan takut melihat semua bawahan dan muridku yang ada disini apalagi engkau seorang atma yang suci dimana semasa hidup telah dapat menerapkan ajaran agama dengan baik dan benar dapat menjaga hubungan baik dengan sang pencipta, sesama manusia dan dengan alam sekitarnya “.Sang atma menghaturkan sembah bakti kepada IDA HYANG BETARI DURGA sambil berkata “sembah bakti hamba haturkan kepada IDA HYANG BETARI DURGA semoga hamba tidak kena #chakra_wibawa,
tidak kena kutukan dan tidak kena kutukan sebagai atma yang durhaka, IDA HYANG BETARI DURGA di sebut SANG HYANG #BHAGAWATI ketika di puja di Pura Bale Agung dimana pada saat dipuja disana SANG HYANG BETARI memberikan ilmu dan kepintaran.
Ketika berada di Pura Dalem SANG HYANG BETARI disembah sebagai IDA HYANG BETARI DURGA yang berhak untuk mengatur dan memberikan jalan
kepada seluruh roh / atma, Ketika berada di #Pemuhun ( tempat pembakaran mayat ) SANG HYANG BETARI bernama SANG HYANG BERAWI, ketika berstana di Gunung Agung SANG HYANG GIRI PUTRI nama SANG HYANG BETARI, ketika dipuja di Gunung #Batur SANG HYANG #DANU nama SANG HYANG BETARI.
Kalau SANG HYANG BETARI berada di #telaga dan di #pancoran DEWI #GAYATRI nama SANG HYANG BETARI, jikalau SANG HYANG BETARI berada di sungai yang besar dan dalam ( #tukad ) DEWI GANGGA nama SANG HYANG BETARI. Jika berstana di pura #sawah ( ulun carik ) BETARI #SRI nama SANG HYANG BETARI semua anugrah SANG HYANG BETARI sangat besar bagi kehidupan umat manusia, saat ini
terimalah sembah bakti hamba dan sesajen yang telah disiapkan oleh sanak sodara hamba semoga SANG HYANG BETARI dapat menerima dan memaklumi segala kekurangannya “SANG HYANG BETARI DURGA berkata “ wahai engkau atma suci yang telah mendalami ajaran kemoksan sekarang silakan lanjutkan perjalananmu menuju #swarga_loka semoga mendapatkan #swarga bhuana yang sangat baik, semoga kamu tegar dalam perjalanan karena dalam perjalanan nanti kamu akan melewati banyak rintangan dimana akan melewati goa, gunung dan hutan yang angker, “ Setelah selesai menerima pesan dari SANG HYANG BETARI DURGA dan menghaturkan sembah untuk berpamitan akhirnya sang atma melanjutkan perjalanan keluar dari #candi_bentar yang ada di pura dalem menuju arah #timur_laut ( kaja #kangin / #airsenia )
sepanjang jalan yang dilalui oleh sang atma terlihat pemandangan yang indah mempesona, banyak sekali bunga yang sedang berbunga disana sini serta
berwarna warni dengan bau yang
harum semerbak hal tersebut dikarenakan pada saat itu adalah
musim semi dimana semua tanaman dan bunga sedang berbunga dan berbuah, burung-burung bersuara merdu bagaikan
musik dari kayangan Diceritakan sang atma sudah sampai di sebuah sungai yang sangat besar ( #tukad_ageng )
dimana airnya sangat jernih, dipinggir sungai tersebut ada sebuah batu kali yang bentuknya pipih serta dipayungi oleh pahon cempaka yang sangat rindang, sang atma duduk di batu tersebut sambil melihat kearah seberang sungai yang sangat jauh, melihat
air yang sangat jernih dan sejuk timbul keinginan sang atma untuk mandi di sungai tersebut, namun ketika sang atma akan melanjutkan niatnya tersebut tiba – tiba muncul seekor #buaya yang sangat besar mendekati sang atma dan siap untuk menggigit serta memangsa sang atma. Untuk menghindari sang buaya
sang atma naik kembali ke atas batu sambil melihat mata sang buaya yang ada di depannya, sang atma berkata “ uduh dewa ( wahai engkau ) sang #jugul_ageng ( sang buaya besar ), jangan engkau mengelak karena aku sudah mengetahui siapa engkau sebenarnya, engkau adalah adikku yang lahir dari satu rahim ibu, waktu itu engkau dan aku lahir bersamaan tidak lain engkau adalah ari – ari. (untuk lebih jelasnya masalah persaudaraan tersebut silakan baca di #kanda_pat_rare )
Wahai sang jugul ageng ( buaya besar ) engkau dan aku bersaudara untuk itu sebaikan antar aku menyebrangi sungai ini supaya lebih cepat aku bisa menyelesaikan perjalanan ini, siapa lagi selain idewa( engkau ) yang pantas menolong aku “mendengar penjelasan sang atma, sang buaya sadar dan menangis seraya berkata” uduh kakak sang atma mohon ampun atas kesalahan hamba, silakan naik ke punggungku akan ku antar kakak sampai di tepi sungai besar ini “ setelah sampai ketepian sang atma menyampaikan terima kasih kepada sang buaya dan melanjutkan perjalanannya menuju arah semula timur laut (kaja kangin / airsenia ).
Sang atma sekarang telah tiba di tepi hutan rimba yang sangat mengerikan, ketika sang atma hendak masuk ke hutan tersebut sang atma merasa terkejut melihat semua hewan lari tunggang langgang, burung – burung yang ada di dahan pohon semuanya terbang ke angkasa semua hewan mencari tempat persembunyian, terdengar dari hutan tersebut suara yang menyerupai auman
macan menuju ke arah sang atma, setelah menunggu beberapa saat muncul raksasa perempuan yang
sangat besar menutup jalan sang atma raksasa tersebut besar bentuknya bulat tidak memiliki tubuh, matanya besar dan melotot, taringnya yang terlihat sangat besar dan tajam, ketika sang raksasi itu berteriak maka seperti suara gemuruh yang menggoncangkan ibu pertiwi. Raksasa tersebut tidak memili badan dan hanya kepala saja yang sangat besar (raksasi #ulu ). Tanpa rasa takut sang atma mendekati raksasi #ulu tersebut
sampil berkata dengan sangat halus, “ ibu terimalah sembah bakti hamba, hamba tidak ada lain adalah anakmu engkau lahirkan dahulu, hamba mengerti
penjelmaan MU ini adalah salah satu kesaktian dari rahim yang ada dalam tubuhmu, ijinkan hamba lewat untuk menuju tempat yang harus hamba tuju “
sang raksasi ulu menjawab “ wahai engkau anakku sang atma suci, engkau sangat paham dengan aji kemoksan (ajaran moksa ) dan sangat tekun dan taat kepada ajaran agama untuk itu ibu sangat mendoakan perjalananmu semoga kamu tidak menemui rintangan sang sulit dan semoga kamu mendapat tempat yang utama nantinya, aku akan membuatkanmu jalan melewati daerah kekuasaanku “ setelah selesai menerima sembah bakti dari sang atma raksasi tersebut berbalik dan bergelinding
membuatkan jalan untuk sang atma karena kesaktian sang raksasi apapun yang tersentuh olehnya hancur berantakan. Sang atma melanjutkan
perjalanan setelah menghaturkan
terima kasih kepada sang raksasi ulu, didepan terlihat pegunungan yang cukup sulit untuk dilewati di sebuah lembah sang atma kembali bertemu dengan macan yang sangat galak dan mengerikan, sambil mengeluarkan suara yang menyayat sang macan bersiap
untuk menerkam sang atma, sang atma berhenti sambil berkata dengan lembah lembut “ uduh idewa ( wahai engkau ) sang #macan mungkin engkau belum
mengetahui siapa aku sebenarnya, aku tiada lain adalah #soudaramu di kehidupan yang lalu, sewaktu didalam kandungan wujudmu adalah darah, setelah waktunya untuk lahir engkau dan aku secara bersamaan lahir dari rahim sang ibu, kelahiran kita secara bersamaan pada saat kehidupan di dunia “ Setelah mendengan perkataan
sang atma sang macan mengerti dan menunduk sambil meninggalkan sang atma yang sedang berdiri, sang atma
melanjutkan perjalanannya setelah melewati lebmah tersebut sang atma kembali melihat hutan dimana di hutan tersebut penuh dengan pohon bunga yang sedang berbunga, bau semerbak wangi dari bunga – bunga yang sedang mekar tersebut membuat sang atma terkagum – kagum, disisi lain burung dan hewan lainnya bernyani riang seperti musik yang menyambut kehadiaran sang
atma, sambil berlompat kesana kemari binatang-binatang yang ada di hutan tersebut seperti menari – nari melihat kehadiran sang atma tidak bisa diceritakan keindahan yang ada di tempat tersebut.
Sang atma melihat seekor anjing besar berwarna hitam pekat menghampiri sang atma seraya duduk didepan sang atma, sang atma yang betul – betul sudah mempelajari ajaran agama dengan baik dan menerapkannya samasa hidupnya berkata dengan lembut“uduh #asu_selem idewa ( wahai sanga ajing hitam engkau ), aku tiada lain adalah
kakakmu dikehidupan yang lalu dimana pada saat di dalam kandungan sang ibu engkau berwujud air #ketuban(#yeh_nyom ) engkau adalah adikku dalam kehidupan yang lalu dimana kita bersama – sama lahir kedunia “ . mendengar perkataan sang atma tersebut sang anjing hitam tersebut menunduk sambil menjilat sang atma, terasa kesedihan dalam diri sang anjing,
sambil berdoa dalam hati sang anjing melepas kerinduannya kepada sang atma, selanjutnya sang anjing meninggalkan sang atma.
Setelah itu sang atma kembali melanjutkan perjalanannya tidak
diceritakan jalan yang ditempuh, sampai sang atma sangat lelah dan dahaga, timbul niat sang atma untuk berhenti melepas lelah di sebuah pancuran yang ada didepannya, setelah tiba di pancuran tersebut sang atma duduk disebuah batu yang ada disana. Tanpa disadari oleh sang atma ada sekelompok bebutan
( sejenis raksasa ) melesat menghampiri sang atma sambil mengepungnya, sambil bersorak gembira bebutan tersebut mengepung sang atma bersiap untuk memangsanya, dengan
mengeluarkan senjata masing – masing para bebutan tersebut bersiap untuk mengoyak dan menikam sang atma .
Sang atma berkata dengan sangat halus kepada kelompok bebutan tersebut “ uduh idewa sang bebuthan sami, kalau memang boleh jangan marah dengan
keberadaan hamba disini, engkau sang bhawal, sang badpamiad dan
seterusnya ……… , engkau dan hamba adalah sama, aku sudah menjadi atma sudah berada di alam niskala ( dialam lain ), lebih baik engkau ke mercepada
( dunia ) disana keluaga hamba telah mempersiapkan sesajen yang berhak untuk kalian nikmati, idewa sang bhuta
#badmoti segehan #bubuh dagianmu, idewa sang bhuta #mrajasela sekar ura #punyamu, merupa #bubur_pirata sang #bhuta_bhawal punyamu dan seterusnya………….” Setelah mendengar
perkataan sang atma suci kelompok bebhutan tersebut segera menghilang dari tempat tersebut.
Diceritakan sang atma sudah sampai di simpang tiga ( marga tiga ), sang atma bermaksud untuk berhenti sejenak untuk
beristirahat namun belum sempat
sang atma untuk duduk tiba – tiba
terdegar suara gemuruh yang sangat keras angin bertiup sangat kencang semua hewan berlarian seperti ketakutan, namun sang atma tetap tegar menunggu apa yang akan datang, secara tiba – tiba muncul empat kala ( sejenis raksasa ) didepan sang atma rambutnya merah dan kusut, sambil setengah menari ke-empat kala tersebut secara bersamaan tertawa, suaranya sangat kerasmenyerupai gemuruh guntur dan kilat, keempat kala tersebut berkata “ ini ada atma disini tampaknya sangat enak untuk dimangsa “ mendengar perkataan keempat kala tersebut sang atma menghaturkan sembah sambil berkata dengan lembut “ uduh beli ( wahai kakakku ) sang #Jogormanik, sang #Suratma, sang #Maha_kala adikku, begitu juaga sang #Doro_kala, hamba mohon engkau tidak menghlangi
perjalanan hamba karena engkau
berempat dan aku tidak ada lain dan tiada bukan adalah bersaudara , ketika engkau kecil sang angga pati yang pertama sang prajepati yang kedua sang
banas pati yang ketiga dan yang keempat sang #banaspati raja ,
didalam tubuh engkau juga memiliki tempat seperti sang #prajapati engkau di hati tempatmu dan seterusnya……………..
begitulah keberadaan kalian semuanya, lebih baik kalian berempat kerumah hamba di mercapada ( bumi ) disana telah disiapkan #saji_darpana_agung
silakan dinikmati di sana.
Selanjutnya ijinkan saya melanjutkan perjalanan” Keempat kala tersebut berkata “ inggih sang atma suci silakan melanjutkan perjalanan semoga engkau memperoleh sorga yang utama” selanjutnya dicerikan sang atma dan sang kala berpisah, sang atma melanjutkan perjalanannya menuju timur laut ( #kaja_kangin / airsenia ), setelah
melewati beberapa rintanggan akhirnya sang atma tiba disebuah #taman yang sangat indah dan semerbak wangi dari kembang yang tumbuh di sekitar taman tersebut airnya sangat suci dan
dingin taman tersebut bernama
#PANCAKA_TIRTA, sang atma mandi ditaman tersebut untuk mensucikan dirinya karena taman tersebut adalah anugrah IDA SANG HYANG WISNU untuk mensucikan atma yang bendak
menuju sorga.
Ketika sang atma sedang mandi berita tentang kedatangan sang atma sudah tiba di swarga selanjutnya para dewa – dewi, bidadari mempersiapkan
penyambutan, dengan diiringi suara musik yang sendu rombongan penyambut tersebut menuju tempat PANCAKA TIRTA tempat sang atma mensucikan diri.
Diceritakan kembali sang atma yang telah selesai mandi berteduh disebuah pohon untuk melepas lelah sambil menikmati pemandangan, terdengan suara sayup – sayup musik yang sangat indah dari kejauhan dengan diiringi bau harum yang semerbak, sang atma duduk bersila sambil menunggu kedatangan suara tersebut, setelah rombongan penjemput tersebut tiba sang atma menghaturkan sembah bakti kepada para dewa yang mendekatinya. Salah satu dari para dewa tersebut berkata “ uduh dewa
( wahai engkau ) sang atma engkau sangat taat, suci dan uttama kami semua datang untuk menjemput kedatangan mu menuju sorga, kamu pantas untuk mendapatkan sorga yang utama, yang akan kamu peroleh adalah rumah yang
terbuat dari emas yang terbaik” Sang atma menghaturkan sembah seraya berkata “ sembah sujud hamba kehadapat para dewata semua hamba mohon jangan melebih – lebihkan hamba sebenarnya hamba tidak mengetahui apa – apa, hamba mohon ampun jika perkataan hamba ada yang salah “Dewa tersebut berkata “ itu memang benar dalam kehidupanmu di dunia kamu telah sangat tulus dalam berbuat baik kepada dewa ( TUHAN ), manusia, dan alam, menjalankan apa yang menjadi tugasmu tanpa pambrih, tidak tergoda dan selalu menghaturkan sesajen walaupun sekedar canang dan dupa, walaupun hanya dengan doa, yang penting adalah ketulusan. Ingat dengan leluhur, beryadnya semampunya, nah sekarang naiklah ke #joli emas itu kita
lanjutkan perjalanan menuju sorga “
Setelah mendengar perkataan dewa tersebut sang atma tidak berani membantah dan naik keatas joli emas yang sangat indah dihiasi dengan manik dan batu permat, diceritakan rombongan
tesebut telah tiba di pintu gerbang menuju sorga didepan pintu gerbang tersebut terdapat sebuah balai
( bangunan ) yang sangat indah dihiasi emas dan permata, di tempat tersebut telah menunggu RESI ( pemimpin umat ) sorga untuk menyucikan sang atma. Upacara penyucian untuk sang atma digelar dengan sangat khusuk, setelah upacara tersebut selesai sang atma diantar menuju sorga dan tempat yang
terlah ditentukan, di tempat tersebut sang atma bertemu dengan orang tua dan sanak saudaranya yang telah terlebih dahulu menempuh perjalanan
tersebut, sambil menangis keluarga tersebut melepas kerinduannya.
Tidak diceritakan berapa lama sang atma berada di tempat tersebut sampai akhirnya semua atma dijemput menuju #SIWA_LOKA ( tempat bersatunya Atma
dengan #Prama_Atma atau atma dengan SANG PENCIPTANYA ) hal tersebut merupakan tujuan terakhir dari perjalanan atma dalam ajaran Hindu.

ITIHASA GATOTKACA SANG PAHLAWAN PERKASA


Dagang Banten Bali

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

ITIHASA
GATOTKACA SANG PAHLAWAN PERKASA
Gatotkaca adalah putra Bhimasena dan Hidimba. Bhimasena menikah dengan Hidimbi di usianya yang ke 33 tahun (tepatnya 3195 SM) setelah melakukan pertempuran membunuh Hidimba; yang adalah saudara dari Hidimbi. Melalui pernikahan lahirlah Gatotkaca dan langsung tumbuh dan menjadi muda (usia 16) karena Mayavi Vidhya nya sebagai Rakshash / Asura.
Perang Mahabharata dimulai pada Mrugashirsha Shukla Ekadashi (3138 SM) dan Gatotkaca berusia 57 tahun saat perang itu terjadi. Gatotkaca tidak ikut serta dalam Perang Mahabharata sejak hari pertama Perang. Gatotkaca berpartisipasi dalam perang Mahabharata saat Guru Drona Aacharya menjadi Panglima perang Tentara Kaurava. Gatotkaca bertempur hanya 2 hari dalam Perang Mahabharata namun saat pertempuran ia telah berhasil menghancurkan hampir 1 Aukshohini tentara Kurawa hanya dalam waktu dua hari.
Gatotkaca bertempur dengan gaya Asura / Rakshasha-nya kadang dia mengambil bentuk yang lebih besar dan dia meningkatkan tubuhnya 10-12   kali lebih besar dari manusia normal ataupun mengambil bentuk menjadi tak terlihat.
Gatotkaca dapat mengeluarkan api dari mulutnya dan beberapa saat kemudian dia pun dapat mengeluarkan angin dari mulutnya.
Dengan cara ini ia menghancurkan hampir 1 tentara Aukshohini di sisi Kaurava. - (1 akshauhini (bahasa Sanskerta: अक्षौहिणी), digambarkan dalam Mahabharata sebagai formasi pertempuran yang terdiri dari 21.870 kereta (bahasa Sanskerta ratha); 21.870 gajah; 65.610 kuda dan 109.350 infanteri sesuai dengan Mahabharata (Adi Parva 2.15-23). Rasionya adalah 1 kereta: 1 gajah: 3 kavaleri: 5 tentara infantri. Di masing-masing kelompok berjumlah besar ini (65.610, dst.), Angka tersebut bertambah hingga 18.
Dikatakan bahwa ukuran tentara Pandawa dalam perang Kurukshetra adalah 7 akshauhinis, dan yang dari Kauravas 11 akshauhinis.
Hitungannya adalah sebagai berikut:
Satu gajah, satu kereta (Ratha), tiga ekor kuda (Ashwa) dan lima kaki (Padhata) membentuk sebuah Patti;
Tiga Pattis membentuk Sena-Mukha;
Tiga Sena-Mukhas membentuk Gulma;
Tiga Gulmas membentuk satu Gana;
Tiga Ganas membentuk satu Vahini;
Tiga Vahinis membentuk satu Pruthana;
Tiga Pruthanas membentuk satu Chamu;
Tiga Chamus membentuk satu Anikini;
10 Anikinis membentuk satu Akshauhini. Dengan demikian sebuah Akshauhini, dengan perhitungan, berisi 21.870 gajah, 21.870 kereta, 65.610 Kuda, dan 109.350 kaki tentara. ).
Kembali ke serangan Gatot kaca, Semua tentara Kaurava takut melihatnya dalam bentuk yang sangat besar dan sangat mengerikan, tidak ada yang berani menghentikan terornya dan Gatotkaca menghancurkan kereta kereta mulai dari urutan ke-9 maharathi di Tentara Kaurava seperti Duryodhana, Dushashana, Karna, Shakuni, Shailya, Kulguru Kripacharya, Guru Dronacharya, Ashwatthama dan Jaydratha (yang adalah suami dari Dushila (saudara perempuan dari 101 saudara laki-laki Kaurava)).
Tidak ada yang memiliki senjata yang mampu untuk membunuh Gatotkaca.
Banyak kesatria kurawa seperti Duryodhana, Dushashana, Karna, Shakuni dan Guru Drona terluka dari Gatotkaca.
Akhirnya dia berhasil merebut Duryodhana dan dia membawanya ke Yuddhisthira namun Karna berhasil membunuh Gatotkaca dengan menggunakan panah Amogha Vimala yang diberikan oleh Indra ke Karna dan merupakan panah yang dipersiapkan untuk membunuh Arjuna.
Jadi, Gatotkaca mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan pamannya Arjuna.
Itu peran terpenting Gatotkaca dalam perang Mahabharata.

Apa itu jaman KALIYUGA


Dagang Banten Bali

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Pandawa bertanya kepada Sri Krishna:
Pertanyaan: "Apa itu jaman KALIYUGA dan apa yang akan terjadi selama jaman Kaliyuga?"
Jawaban: Sri Krishna tersenyum dan berkata, "Aku akan menunjukkanmu situasi atau keadaan di jaman Kaliyuga."
SRI KRISHNA mengambil sebuah busur dan empat anak panah serta menembakkanya ke empat arah yang berbeda. Kemudian Beliau memerintahkan keempat pandawa untuk pergi dan mengambil kembali anak panah itu.
Setiap orang dari keempat pandawa pergi ke empat arah yang berbeda untuk bisa menemukan dan membawa kembali anak panah itu.
Ketika ARJUNA mengambil anak panah itu, ia mendengarkan suara yang sangat merdu sekali. Arjuna kemudian berpaling dan melihat seekor burung tekukur sedang bernyanyi dengan suara yang memikat hati namun juga sedang makan seekor daging kelinci yang masih hidup. Kelinci itu sedang berteriak kesakitan. Arjuna merasa sangat terkejut melihat keadaan yang penuh dengan lumuran darah yang dilakukan oleh burung yang sangat disucikan itu dan Arjuna bergegas meninggalkan tempat itu.
Di tempat lain BHIMA mengambil anak panah, dimana disana ada lima sumur. Ada empat sumur yang mengelilingi satu sumur ditengahnya. Empat sumur itu penuh dengan air yang sangat manis dan sampai meluap, namun sangat mengejutkan satu sumur yang ada di tengah-tengah sumur yang meluap dengan air ternyata dalam keadaan sepenuhnya kering. Bhima juga merasa sangat bingung dengan pandangan ini.
NAKULA sedang dalam perjalanan pulang setelah mengambil anak panah itu. Ia berhenti di sebuah tempat dimana ada seekor sapi sedang melahirkan anaknya. Setelah melahirkan anaknya maka induk sapi itu mulai menjilati anak sapinya terus menerus walapun anak sapi sudah bersih. Dengan penuh kesulitan beberapa orang mencoba memisahkan induk sapi dengan anaknya itu yang terluka parah. Nakula menjadi sangat bingung dengan tingkah laku dari binatang yang begitu tenang seperti sapi.
SAHADEVA mengambil anak panah yang jatuh dekat dengan gunung dan melihat ada sebuah batu besar yang sedang jatuh. Batu besar itu menghantam batu karang dan pohon besar saat menggelinding ke bawah, namun batu besar yang sama terhenti oleh sebuah tanaman yang kecil. Sahadewa menjadi sangat heran melihat kejadian ini.
Kemudian para pandawa menanyakan kepada Sri Krishna tentang kejadian ini
SRI KRISHNA tersenyum dan mulai menjelaskan....
"Di Jaman Kaliyuga, para pendeta atau pemuka agama akan memiliki suara yang manis sekali dan juga memiliki pengetahuan yang sangat luas namun mereka akan memanfaatkan umatnya seperti halnya yang dilakukan oleh burung perkutut itu kepada kelinci.
Di jaman Kaliyuga, orang yang miskin akan hidup diantara orang kaya, mereka yang kaya akan memiliki kekayaan yang begitu melimpah dan meluap namuan mereka tidak akan memberikan atau membagi satu senpun kepada yang miskin. Itu sama dengan empat sumur yang tidak membagi setetes airpun untuk sumur yang sepenuhnya kering.
Di Jaman Kaliyuga, para orang tua akan mencintai anak-anak mereka begitu besar sehingga cinta mereka itu akan menghancurkan kehidupan anak-anaknya seperti halnya cinta dari induk sapi kepada anaknya yang baru lahir.
Di jaman Kaliyuga, manusia akan merosot karakternya seperti halnya jatuhnya batu besar itu dari atas gunung dan kemerosotan karakter manusia tidak bisa dihentikan oleh siapapun juga dan pada akhirnya hanya NAMA TUHAN yang akan mampu menahan manusia dari kejatuhan seperti halnya tanaman kecil itu menahan jatuhnya batu besar itu."
~ Uddhava Gita, Srimad Bhagawatam

kisah Jatila



Ini kisah seorang anak desa bernama Jatila yang harus pergi ke sekolahnya di desa seberang yang cukup jauh. Ia harus menyeberangi sungai dan hutan yang lebat. Ia berangkat di pagi-pagi buta dan kembali di waktu yang senja. Ia minta kepada ibunya seorang janda untuk mencarikannya seorang yang bisa menemaninya di perjalan. Ibunya berkata, “Nak… ibu terlalu tua dan miskin untuk mencarikanmu seorang pengantar dalam perjalanan. Mintalah pada Krishna kakakmu, seorang gembala yang tinggal di dalam hutan untuk mengantarmu berangkat dan pulang sekolah!”.
Itulah yang dilakukan Jatila yang lugu pada pagi berikutnya. Ia memanggil-manggil dan menyebut-nyebut Krishna, dan seorang pemuda tampanpun muncul di hadapannya. Dengan kepolosan, keluguan dan ketulusan hati, Jatila menyampaikan tujuannya memanggil Krishna dan Krishna pun menyetujuinya.
Pada suatu hari, sekolahnya Jatila melaksanakan perayakan hari ulang tahun dan setiap anak diharapkan membawa sesuatu yang bisa dimanfaatkan pada perayaan itu. Jatila menyampaikan kepada ibunya. “Nak… semenjak kepergian ayahmu, ibu sudah tidak punya apa-apa lagi, ibu tak punya apa-apa untuk sekolahmu. Mintalah pada kakamu Krishna untuk hal tersebut!”. Seru ibunya. Keesokan harinya seperti biasa Jatila memanggil Krishna di dalam hutan sembari meminta sesuatu untuk sekolahnya. Sri Krishna memberikan sebuah mangkuk tertutup yang berisi susu sapi.
Sesampainya di sekolah, ketika semua kue dan susu dikumpulkan, Jatila merengek-rengek agar mangkuknya diambil oleh gurunya. “Saya tidak diperhatikan…. Rupanya Pak guru tidak senang terhadap susu saya”. Ucap Jatila. Guru berkata pada pesuruhnya, “Supaya tenang, tuangkan susu anak itu ke dalam bejana dan segera panaskan!, lalu cepat kembalikan mangkuknya!”. Apa yang terjadi? Ketika susu itu dituangkanke dalam bejana, mangkuk itu kembali penuh terisi susu. Ketika kembali dituang berulang-ulang, ajaib mangkuk itu kembali penuh.
Gurunya bertanya pada Jatila, “Dimana kamu dapakan mangkuk ajaib ini nak?”. “Kakak Krishna yang memberiku pak”. Jawab Jatila. “Krishna, siapa dia?” Tanya sang guru kembali. “Ia seorang gembala tampan yang tinggal di hutan, setiap hari Ia selalu mengantarku pulang pergi ke sekolah”. Sang guru tidak percaya. “Masa ada Krishna pada zaman ini, mustahil…!”, gumamnya dalam hati. “Kami ingin melihat kakakmu Krishna, bawalah kami ke sana!”, pinta sng guru. Dengan senang hati Jatila ingin memperkenalkan Krishna kepada mereka semua. Jatila pun bejalan menuju hutan memimpin sekelompok orang, guru-guru, penjaga sekolah, seluruh siswa kerabat sekolahnya.
Ketika mereka tiba di hutan, Jatila memanggil-manggil Sri Krishna dan yakin bahwa Beliau akan datang seperti biasa. Namun apa yang terjadi, Sri Krishna tidak muncul-muncul juga sampai hari menjelang senja. Sekarang temen-teman Jatila mulai mengejeknya, “Kamu pembohong, dasar anak miskin….!”. umpat teman dan juga gurunya.
Dengan air mata bercucuran Jatila berkata, “Kakakku Krishna, datanglah…. Kalau Engkau tak juga datang, maka aku disangka pendusta dan mereka tidak akan pernah percaya lagi padaku!”. Sejenak suasana menjadi hening. Lalu mereka semua mendengar, “Adikku, aku tak dapat menampakkan wujudKu, kapanpun guru dan teman-temanmu mempunyai kemurnian dan ketulusan hati serta iman seperti dirimu, pada saat itu Aku akan datang di hadapan mereka”.
*) Sumber : DAINIKA UPASANA Doa Umat Hindu Sehari-hari, oleh DR. I MADE TITIB

Jumat, 22 Desember 2017

Sloka Mantra -- ritual




BEBERAPA MANTRA/SLOKA VEDA SEBAGAI SUMBER
DAN DASAR HUKUM PELAKSANAAN YAJNA (RITUAL/UPAKARA).
Oleh : Mendrajyothi ( I Nengah Sumendra )
Om Swastyastu,
Om ano badrah kratawo yantu wiswatah.
Acara Hindu sampai saat ini kerapkali menjadi buah bibir oleh pemeluknya sendiri maupun dari pihak lain yang mengomentari pelaksanaan Acara Hindu, terlebih-lebih Acara Hindu yang perwujudannya dalam bentuk ritual/upakara. Komentar ataupun penilaian yang diberikan menempatkan ritual/upakara Hindu pada kondisi nilai yang "underdog". Hal seperti ini tentu tak boleh dibiarkan berlarut-larut, terlebih-lebih dikembangkan yang dapat merusak pilar-pilar sraddha dalam beragama Hindu. Umat Hindu punya Dharma Agama untuk menempatkan Acara (Ritual/Upakara) adalah sebagai salah satu bentuk sadhana dalam kerangka dasar agama Hindu, mengingat Tiga Pilar yaitu Tattwa, Susila dan Acara Hindu adalah unsur pokok yang membangun bangunan Rumah dan Ajaran Hindu.
Sekelumit tulisan ini adalah kumpulan dari beberapa sumber hukum Hindu dan beberapa argumen yang dilandasi oleh sraddha dan bhakti terhadap kemuliaan dari pelaksanaan ritual/upakara itu. Tulisan ini juga dimaksudkan sebagai bahan renungan bagi pemeluk Hindu ataupun bagi pihak lain yang selama ini doyan sekali memberikan komentar ataupun penilaian yang tanpa dibarengi pengetahuan yang cukup terhadap sumber hukum Hindu yang menjadi dasar pelaksanaan ritual/upakara itu. Bukankah menilai tanpa menggunakan instrumen penilaian dan didahului dengan pengumpulan data yang yang baik dan benar pun komprehensif akan tergiring pada penilaian yang tidak obyektif dan Human Eror. Kalau boleh meminjam istilah lain dalam bahasa Arab-nya disebut dengan orang Sirik. Orang sirik sangat berdekatan dengan musrik, orang musrik konon katanya bersekutu dengan Saitan. Untuk apa memelihara karakter keraksasaan itu dalam diri-kita..?.
Dasar Pelaksanaan Yajna (Acara Hindu). Konsepsi Yajna tak terkecuali Acara Agama Hindu telah ada dalam kitab suci Veda sebagai sumber hukum tertinggi dalam ajaran Agama Hindu. Demikian Kitab suci Veda termasuk susastra suci-nya menjadi dasar dalam pelaksanaan Yajna (Acara Hindu). Berikut beberapa kutipan mantra/sloka Veda, diantaranya :
•Rg Weda X.10 : Alam ini ada adalah berdasarkan yajna-Nya.
•Atharwa Weda XII.1.1 menyebutkan : “Satyam behad rtam ugram, diksa tapa brahma yadnyah, prthiwim dharayanti, sa no bhutasya bhany asya patyanyurumlokam” Artinya : Kebenaran (satya) hukum yang agung, yang kokoh dan suci (rta), tapa brata, doa dan yajna inilah yang menegakkan bumi, semoga bumi ini, ibu kami sepanjang masa memberikan tempat yang melegakan bagi kami.
•Bhagawadgita III.11 : Dengan yajna itu para dewa akan memelihara manusia dan dengan yajna itu pula manusia memelihara para dewa. Jadi saling memelihara satu sama lain maka manusia akan mencapai kebahagiaan.
•Bhagawadgita III.12 : Ia yang hanya suka dipelihara tidak mau memelihara maka ia adalah pencuri.
•Manawa Dharmasatra, VI.35 : “Rinani trinyapakritya manomokse niwesayet, ana pakritya moksam tu sewama no wrajatyadhah” Artinya : Kalau ia telah membayar tiga macam hutangnya (kepada Tuhan, kepada leluhur, dan kepada orang tua) hendaknya ia menunjukkan pikirannya untuk mencapai kebebasan terakhir, ia yang mengejar kebebasan terakhir ini tanpa menyelesaikan tiga macam hutangnya akan tenggelam kebawah (neraka).
•Kitab Bhagawadgita III.10 disebutkan: “ Saha-yajnah prajah srstva, Purovaca prajapatih, Anena prasavisyadhvam, Esa vo ‘stv ista-kama-dhuk”. Artinya: Sesungguhnya sejak dahulu dikatakan, Tuhan setelah menciptakan menusia melalui yajna, berkata : dengan (cara) ini engkau akan berkembang, sebagai sapi perah yang memenuhi keinginanmu (sendiri).
Dari beberapa mantra/sloka di atas, bahwa yajna merupakan salah satu penyangga tegaknya kehidupan di dunia ini. Tuhan telah menciptakan manusia dengan yajna, dan dengan yajna pulalah manusia berkembang dan memelihara kehidupannya. Kesucian diri dan keikhlasan tentunya menjadi dasar dalam beryajna. Kualitas Yajna menurut Bhagawadgita tepatnya pada Adhyaya XVII sloka 11,12,13..., dan dijumpai pula dalam kitab Manava Dharmasastra, diuraikan bahwa yajna menurut petunjuk kitab-kitab suci, yang dilakukan oleh orang tanpa mengharap pahala dan percaya sepenuhnya upacara ini sebagai tugas kewajiban, adalah satvika”. Yajna yang satvika meliputi: Sradha: dengan keyakinan, Lascarya: tulus ikhlas, Sastra: berpedoman pada sastra Veda, Daksina : sesari ( tanpa daksina ibarat api tanpa panas ), Mantra gita : weda, genta, kidung, Anasewa: jamuan, Nasmita : tidak untuk pamer. Ada tiga sifat manusia yang disebut Tri Guna, Sattwika, Rajasa dan Tamasa. Masing-masing unsur Tri Guna ini berpengaruh pada gerak pikirannya. Bila manusia ingin hidup bersih dan suci, hendaknya memposisikan Sattwika menguasai rajasa dan tamasa. Setiap saat bila akan melaksanakan Yajna-ritual/upakara agama kecil maupun besar harus didahului dengan mensucikan diri maupun lingkungannya. Yajna-ritual/upakara merupakan sarana untuk mengadakan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasi Nya. Melaksanakan ritual/upakara berarti melaksanakan yoga.
Kebijaksanaan yang tumbuh dan berkembang, hasil dari mempedomani pun memahami sumber-sumber hukum Hindu (Veda), ditengah-tengah masyarakat manusia pemeluk Agama Hindu dijumpai jenis-jenis dan bentuk-bentuk yajna dalam bentuk ritual-upakara, antara lain :
•Persembahan menggunakan sarana upakara ( sajen /banten)
•Persembahan dalam bentuk pengorbankan diri (pengendalian diri)
•Persembahan dalam bentuk mengorbankan segala aktifitas
•Persembahan dalam bentukharta benda (kekayaan).
•Persembahan dalam bentuk ilmu pengetahuan.
•Dst.

Dari beberapa macam yang dapat disebutkan tersebut di atas, argumen yang dapat dikembangkan untuk memberikan penguatan terhadap keragaman sadhana dalam bentuk ritual/upakara, yaitu sumber hukum Hindu yang lain dan menjadi spirit dasar pelaksanaan yajna tak terkecuali dasar dari pelaksanaan ritual/upakara itu yaitu, sebagai berikut:
•Kitab Rg Weda X.71.11 : “Ream tvah posagste pupusvam, Goyatram tvo gayati savavarisu Brahmatvo vadati jatavidyam, Yadnyasyamatram vi mimita u tvah “ Artinya : Seorang bertugas mengucapkan sloka-sloka Veda, seorang melakukan nyanyian-nyanyian pujian dalam Sakwari, seorang lagi yang menguasai pengetahuan Veda, mengajarkan isi Weda, yang lain mengajarkan tata cara melaksanakan korban suci (Yajna).
•Kitab Manawa Dharmasastra V. 109 menyebutkan : “Adbhirgatrani suddhayanti manah satyena suddhayanti, Widyatapobhyam bhutatma buddhir jnanena suddhayanti” Artinya: Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan pelajaran suci dan tapa brata, kecerdasan dibersihkan dengan pengetahuan yang benar.
•Bhagawadgita VII.16 menyebutkan : “Chaturvidha bhayante mam Janah sukrtino ,rjuna Arto jijnasur artharthi Jnani ca bharatasabha” Artinya : Ada empat macam orang yang baik hati memuja padaku, wahai Bharatasabha, mereka yang sengsara, yang mengejar ilmu, yang mengejar artha dan yang berbudi Arjuna.

DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI

Kitab Suci Veda sebagai sumber tertinggi dalam ajaran Agama Hindu selalu menjelaskan perlunya kesucian hati. Maka setiap Yajna apapun itu tak terkecuali pelaksanaan ritual/upakara agama Hindu akan menjadi berarti pun bermakna bila pelaksanaannya didasari oleh kesiapan dan kesucian rohani, jasmani suci, pikiran, perkataan dan perbuatan suci, berhati suci, kehidupan suci sesuai ketentuan moral dan spiritual untuk sarana berhubungan dengan Tuhan. Cara mengungkapkan ajaran Veda adalah dengan yajna. Pengungkapannya dalam bentuk symbol-simbol atau niyasa. Simbol-simbol ini untuk mempermudah menghayati ajaran Veda. Orang yang memuja Tuhan dikatakan baik hati, untuk memuja Tuhan dapat dilakukan dalam berbagai cara. Untuk meningkatkan diri Makhluk hidup didunia ini dikelompokkan tiga golongan yaitu :
•Tumbuh-tumbuhan yang memiliki bayu (eka pramana)
•Binatang memiliki bayu dan sabda (dwi pramana)
•Manusia memiliki bayu, sabda dan idep (tri pramana)
Manusia diciptakan sebagai mahkluk yang paling sempurna, dengan memiliki idep atau disebut manu yaitu mental power, kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir itulah dapat mengangkat harkat dan martabatnya sebagai manusia yang mulia, dapat membebaskan dirinya dalam berbagai beban hidup. Dalam kitab Sarasamucaya 81 disebutkan dalam terjemahannya sbb.: Demikianlah hakikatnya pikiran tidak menentu jalannya, banyak yang dicita-citakan terkadang berkeinginan, terkadang penuh keragu-raguan, demikianlah kenyataanya, jika ada orang yang dapat mengendalikan pikiran pasti orang itu memperoleh kebahagiaan baik sekarang maupun didunia lain. Karena sifat pikiran demikian rumit maka manusia perlu beragama. Dalam agama ada ajaran pengendalian diri, manusia perlu mengendalikan pikirannya agar dapat mencapai apa yang dicita-citakan. Yajna dalam bentuk ritual/upakara sebagai salah satu ajaran agama yang bertujuan untuk mengurangi rasa egois menghilangkan rasa keakuan dan dorongan nafsu yang meledak-ledak untuk mencapai kebahagiaan yang lebih sempurna. Berbagai macam upacara atau yajna pada bagian-bagian tertentu dari pelaksanaannya mengandung tujuan dan makna pensucian. Seperti diantaranya; Pedudusan, caru, tawur, prayascita, pelukatan disamping sebagai persembahan juga bermakna sebagai pebersihan atau penyucian. Berikut beberapa sloka yang menjadi dasar hukum yang digunakan oleh beberapa pemeluk agama Hindu untuk melakukan pembersihan ataupun penyucian dengan cara ataupun laku agama dalam bentuk ritual/upakara, tak terkecuali upakara Agama Hindu yang menggunakan sarana Hewan, diantaranya, sbb:
a.Kitab suci bhagavadgita, IX.26 : `patram puspam phalam toyam, Yo me bhaktya prayacchtai, Tad aham bhaktya-upahrtam, Asnami prayatatmanah. Atinya : Siapapun yang dengan sujud bhakti kepada-Ku mempersembahkan sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, seteguk air, aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati suci.
b.Dalam Manawa Dharmasastra Buku ke-5 Sloka 22, 23, 28, 29, 31, 35, 39, 40, 41, 42, penyembelihan binatang dibolehkan. Lihat Sloka-Sloka berikut ini:
•Sloka 39 : Yajnartham pasawah sristah swamewa sayambhawa, yajnasya bhutyai sarwasya tasmadyajne wadho wadha. Artinya: Swayambhu telah menciptakan hewan-hewan untuk tujuan upacara-upacara kurban. Upacara-upacara kurban telah diatur sedemikian rupa untuk kebaikan seluruh bumi ini, dengan demikian penyembelihan hewan untuk upacara bukanlah penyembelihan dalam arti yang lumrah saja.

•Sloka 40 : Osadhyah pasawo wriksastir yancah paksinastatha, yajnartham nidhanam praptah prapnu wantyutsitih punah. Artinya : Tumbuh-tumbuhan, semak-semak, pohon-pohon, ternak-ternak, burung-burung dan lain-lain yang telah dipakai untuk upacara, akan lahir dalam tingkatan yang lebih tinggi pada kelahirannya yang akan datang.
•Sloka 35 : Niyuktastu yathanyayam yo mamsam natti manawah, sa pretya pasutam yati sambhawaneka wimsatim. Artinya: Tetapi seseorang yang memang tugasnya memimpin upacara atau memang tugasnya makan dalam upacara-upacara suci, lalu ia menolak memakan daging, malah setelah matinya ia menjadi binatang selama dua puluh satu kali putaran kelahirannya.
•Sloka 42 : Eswarthesu pacunhimsan weda tattwarthawid dwijah, atmanam ca pasum caiwa gamayatyuttamam gatim. Artinya: Seorang Dwijati (Brahmana) yang mengetahui arti sebenarnya dari Weda, menyembelih seekor hewan dengan tujuan-tujuan tersebut diatas menyebabkan dirinya sendiri bersama-sama hewan itu masuk keadaan yang sangat membahagiakan.
c.Dalam kitab Bhagavad Gita Bab IV Sloka (11) disebutkan : ye yatha mam prapadyante, tams tathai ‘va bhajamy aham, mama vartma ‘nuvartante, manushyah partha sarvasah, Jalan manapun ditempuh manusia kearah-Ku, semuanya Ku-terima, dari mana-mana semua, mereka menuju jalan-Ku, oh Parta.

- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI



Mencermati beberapa sloka diatas ini, maka Tumbuh-tumbuhan yang memiliki bayu (eka pramana), Binatang memiliki bayu dan sabda (dwi pramana), merupakan salah satu sarana dalam ritual/upakara yajna. Bahkan dalam kitab-kitab Ithasa dan purana ada yang dikisahkan bahkan Manusia yang memiliki bayu, sabda dan idep (tri pramana) juga melakukan tapa yang sangat kuat dan bersedia mengorbankan dirinya sebagai pesembahan. Seperti dalam purana yang digubah oleh paramuni di nusantara ini, yaitu kisah dalam Lontar Bubuksah.
Selanjutnya, mengartikan sloka di atas haruslah kita lebih dalam menyimak hakekat apa yang tersirat didalamnya? Apa pengertian kata jalan mana dari sloka di atas, apakah yang dimaksudkan itu keyakinan/agama, cara menuju, atau laku yang harus dilaksanakan?. Beberapa pendapat tentang hal ini, yang dimaksudkan dengan kata jalan mana adalah lebih cendrung kepada persoalan keyakinan/agama tak terkecuali pula cara pun laku Agama, Artinya, keyakinan apapun atau agama apapun serta laku agama apapun yang dianut seseorang dalam tujuan mencari Tuhan, diterima oleh Nya. Bhagawad Gita Bab VII sloka (21), mempertegas makna dari sloka di atas yang berbunyi : yo-yo yam-yam tanum bhaktah, sraddhaya ‘rchitum achchhati, tasya-tasya ‘chalam sraddham, tam eva vidadhamy aham. Artinya: Apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh penganut agama, Aku perlakukan kepercayaan mereka sama, supaya tetap teguh dan sejahtera. Sloka ini, disamping sifatnya memberi penegasan terhadap sloka di atas, juga mempunyai makna yang sangat universal yaitu; bahwa Avatara Visnu bersabda kepada umat manusia, bahwa di dunia ini akan ada agama ataupun cara atau laku agama lebih dari satu dan Tuhan mempersilahkan kepada manusia untuk memilih, mana yang akan dijadikan dasar kayakinannya. Dan oleh setiap agama akan diajarkan bagaimana cara sembahyang, berdoa, mantra-mantra, pujian-pujian, dan sadhana agama dalam bentuk Acara Hindu yang menuju kepada Tuhan. Sloka ini juga mengajarkan kepada kita untuk saling menghormati sesama pemeluk agama pun cara atau laku agama yang berbeda janganlah saling menghina, saling menyombongkannya. Karena apabila ada orang yang menghina atau melecehkan agama lain, sebenarnya orang tersebut sangat tidak mengerti secara mendalam tentang keberadaan agamanya sendiri. Maka dari itu sebagai orang yang memeluk agama Hindu sudah seharusnya mendalami ajaran kitab suci Veda, agar kita dapat mewartakan kepada kaum catur varna dan menjelaskan kepada pemeluk agama lain sesuai dengan pesan Yayur Veda.
Demikianlah kemuliaan dari pelaksanaan Yajna-Ritual/Upakara Hindu sesuai dengan beberapa sumber yang sempat dikutip dalam tulisan ini, termasuk argumen yang dapat ditelusuri yang merupakan kebijaksanaan yang tumbuh dan berkembang bagi pemeluk agama Hindu yang mempedomani Veda sebagai sumber hukum tertinggi dalam melakoni kehidupan beragamanya di dunia ini. Menurut tradisi beragama Hindu di Bali, sesuai dengan ketentuan-ketentuan Manawa Dharmasastra itu ditambah dengan Lontar-lontar antara lain Yadnya Prakerti, maka penyembelihan binatang untuk tujuan upacara dan makan, dibolehkan. Dengan syarat, terlebih dahulu mohon kepada Bhatara Brahma ‘ijin untuk membunuh’ yang dinamakan upacara ‘pati wenang’. Yang berdosa adalah membunuh binatang atau tumbuh-tumbuhan bukan untuk keperluan makan dan upacara, tetapi untuk kesenangan. Apakah kitab-kitab yang seolah-olah kontradiktif ini akan membuat kita bingung? Saya rasa tidak. Kitab-kitab tersebut mesti ‘dibaca’ secara mendalam bukan sekedar yang terlihat, kemudian disesuaikan dengan guna karma kita masing-masing. Kalau kita hubungkan dengan ilmu medis modern, bahkan setiap individu mempunyai kecenderungan dalam kecocokan makanan. Bagi yang masih merasa nyaman dengan makanan yang mengorbankan binatang, maupun yang memilih untuk tidak mengorbankan binatang semestinya dapat saling memahami. Yang jauh lebih penting, bagaimana sloka-sloka dalam kitab suci tersebut bisa memberikan tuntunan bagi kita semua untuk menjadi lebih baik dalam kehidupan di dunia ini. Baik buruknya perbuatan kita itulah nantinya yang akan menjadi nilai rapor dalam menentukan apakah kita naik kelas pada kehidupan berikutnya, atau bahkan bisa mencapai tingkatan Moksa.
Wasana kata, mari sama-sama siapkan wadah/wadag badan ini tak ubahnya seperti tempayan menerima air suci Amertha, dalam tempayan yang berisi air yang jernihlah akan nampak bayangan bulan. Sepatutnya hindari arah gerak pikiran, perkataan dan tindakan yang menjatuhkan kualitas rohani kita. Masihkah kita harus ribut-ribut tentang fenomena keragaman laku Acara Hindu di tengah-tengah keberagamaan kita secara bersama-sama..?, Dimana segudang mantra/sloka Veda dan susastranya memberikan kebijaksanaan untuk memperkuat sraddha bhakti sesuai dengan atmanastusti dalam Bingkai Tri Kerangka Dasar Agama Hindu dengan Tri Pramana sebagai parameter untuk merenunginya secara lebih mendalam, integral dan komprehensip.
Semogalah kita semua ada dalam Dharma Agama. Salah satu paramo dharmah dari pemeluk Hindu adalah BERLAJAR KITAB SUCI VEDA DAN SUSASTRA SUCINYA, LALU WARTAKAN KEPADA KAUM CATUR VARNA PUN KEPADA DILUAR DIRINYA. Selamat Rahinan Tilem.
Unaaha, 18 Desember 2017.
Om Subhamastu.
Om Shanti, Shanti, Shanti Om.
Pranam.🙏🙏🙏🙏 ( Mendrajyothi).




 Pada ranah beragama individu/personal SRADDHA-lah yang dipermantap, selanjutnya secara personal Tri Pramana sebagai parameter untuk menuju : Kebenaran, Kesucian dan Keharmonisan dalam bingkai Tri Kerangka Dasar Agama Hindu. Pergerakan seperti ini saatnya kelak akan mendewasakan para bhakta itu sendiri pada sebuah pilihan laku ataupun sadhana sesuai dengan Tattwa, Susila dan Acara Hindu yang disesuaikan dengan Atmanastusti dan tingkat spirtual yang dicapai-nya. Kondisi seperti inilah yang membentuk keragaman dalam keberagamaan Hindu, tak ubahnya warna cahaya yang beragam yang membentuk satu kesatuan Cahaya, menjadi Cahaya Pelangi. Pesan ini sama dengan Bait Pertama Syair GEGURITAN SUCITA-SUBUDI. Sedangkan pada konteks kehidupan beragama dalam kehidupan sosial atau agama yang dibumikan dalam kehidupan sosial tentu pergerakannya berbeda, karena memang masyarakat realitasnya adalah berangkat dari kumpulan perbedaan. Pesan yang hendak titiang sampaikan pada konteks beragama dalam kehidupan sosial di Intern pemeluk Hindu ini adalah Membangun Sraddha Bhakti dalam rasa persaudaran seperti amanah dalam Mantra/Sloka "Sam Gacadwam Sam Vadadwam...dst, Samanivakutih, ...dst. dalam Bingkai Rumah Hindu. Rumah Hindu tidak akan dapat terawat dan berkembang dengan baik bilamana manusia-manusia yang ada dalam rumah-nya ribut-ribut karena perbedaan tingkat kemampuan dan spirtualitas dalam mempossisikan dirinya pada Tattwa, Susila dan Acara Hindu. (Bukankah Ribut-ribut, dalam Bhagavadgita adalah Tiket Masuk Neraka dan lebih kejam dari Himsa karena musak generasi dari masa-kemasa karena dendam yang tidak berkesudahan : Tri Vidham Naraka Syadam, Dwaram Nasanam Atamanh, Kamah, Krodhah, tatah lobah..dst). Biarkan Tuhan Menjadi Hakim tertinggi terhadap pilihan laku pun sadhana keagamaan yang diyakini sesuai dengan Tattwa, Susila dan Acara Hindu yang dipedomani. CATUR MAHA YUGA TERUS BERPUTAR, RTAM TELAH DICIPTAKAN OLEH TUHAN. Manusia beragama hanyalah beriktiar untuk menyempurnakan hidupnya dan menemukan jati dirinya. Unity in diversity adalah pesan moral untuk menciptakan Satyam, Sivam, Sundharam dalam Kehidupan Sosial beragama yang dibutuhkan oleh masyarakat manusia dewasa ini. Pranam. Om Nama Sivaya, Om Agniya Namah..


BEBERAPA MANTRA/SLOKA VEDA SEBAGAI SUMBER
DAN DASAR HUKUM PELAKSANAAN YAJNA (RITUAL/UPAKARA).
Oleh : Mendrajyothi ( I Nengah Sumendra )
...

semua upacara/upakara Yajna punya ikhtiar untuk penyucian, penebusan, penyelamatan, pemuliaan, penyatuan dan pembebasan yg tetap memperhatikan satyam, sivam dan sundaram...Untuk hal ini dharma sidhiarta telah menyebutkan unsur unsurnya dlm MDS, BG dan Lontar Widhisastra, Lontar Silakramaning Yajna..


-
- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI

Kamis, 21 Desember 2017

tebasan semara ratih untuk pengantin



tebasan semara warna putih 
tebasan ratih warna barak 

tebasan semara warna putih 
tamas, kulit sayut, 2 tulung sangkur misi nasi, raka, kojong rasmen, tumpeng putih meplekir tumpengnya dililit benang tebus putih, peras tulung, payasan, sampyan nagasari

tebasan ratih warna barak
tamas, kulit sayut, 2 tulung sangkur misi nasi barak, raka, kojong rasmen, tumpeng barak meplekir tumpengnya dililit benang tebus barak, peras tulung, payasan, sampyan nagasari