Label
- Bali inspiration
- Bali Masa Depan
- basa Bali
- Bersenang-senang dengan devanagari
- Bhagavad Gita
- Cafe Herbal
- Caru
- Dewa Yadnya
- English for kids
- Gamelan
- Hindu bilingual
- Jenis Banten
- Jual Banten
- Karya Ngenteg Linggih
- Macam-macam Banten
- Macam-macam Tebasan
- Manusa Yadnya
- Memukur
- Panca Sembah
- Pitra Yadnya
- pustaka
- Rerainan
- Sampyan
- saMskrtam
- Satua
- Sesayut
- Tetandingan
- Toko OnLiNe jualan onlain
- Upacara upakara
- Uparengga
- Yoga Bali
Selasa, 20 Desember 2016
Tilem Jyesta
Dagang Banten Bali
Tilem Jyesta pada Selasa 11 Mei 2021, adalah tilem yang terjadi setahun sekali.
Sebab umat Hindu di Bali, tidak pernah sepi dari perayaan hari suci. Tilem Jyesta adalah hari suci bulan atau sasih ke-11 menurut perhitungan tahun saka.
Hal tersebut diyakini dan dipercaya, oleh umat Hindu yang merupakan payogan Ida Sang Hyang Widhi Wasa bermanifestasi sebagai Ida Bhatara Surya.
Lanjutnya, Ida Bhatara Surya adalah dewa yang paling diakui kemahirannya oleh Ida Bhatara Siwa.
"Makanya Beliau dianugerahi karunia suatu saat untuk mengganti peran Bhatara Siwa, sehingga Ida Bhatara Surya disebut Bhatara Siwa Raditya," kata Jero Mangku Ketut Maliarsa, Rabu 12 Mei 2021.
Oleh karena beliau mendapat anugerah sebagai penghormatan kepada Bhatara Siwa yang disebut Bhatara Guru yaitu guru alam semesta.
Pada hari suci itu, para umat Hindu memuja dan memuji keagungan Ida Bhatara Surya dengan canang asebit sari atau sekemampuan yang dalam bahasa Bali disebut sakasidan.
Hal seperti ini dilakukan sebagai wujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang maprebhawa Ida Bhatara Surya.
Dengan tujuan mulia mengucapkan rasa syukur kepada beliau yang tidak pernah lelah atau berhenti memberkati umat manusia dengan sinar sucinya.
Di samping itu, umat Hindu memohon warenugeraha agar memperoleh keselamatan, kerahayuan, dan kerahajengan.
Serta dijauhkan dari segala kekotoran atau sarwa mala dalam mengarungi hidup dan kehidupan sebagai umat manusia.
Oleh karena itu, pada hari suci Tilem Jyesta ini sangat dipercaya sebagai bulan atau sasih penuh kekotoran atau sarwa mala sehingga wajib para umat Hindu melakukan persembahyangan secara khusuk agar dijauhkan dari hal-hal negatif atau kekotoran.
Baik bhuana agung, maupun bhuana alit yaitu manusia itu sendiri.
"Makanya pada hari suci ini, juga para umat Hindu sangat perlu melakukan penyucian angga sarira atau stula sarira dan suksema sarira dengan melakukan pembersihan diri yaitu melukat di pantai atau air campuhan agar mencapai bersih lahir batin," katanya.
Para umat Hindu biasanya menghindari melakukan upacara keagamaan atau yadnya karena pada sasih ini kurang baik.
Walaupun demikian, ada juga unsur baiknya yaitu hari suci Tilem, karena sebagai keyakinan bahwa pada bulan mati ada kegelapan.
Bahkan di dalam kegelapan ada kesucian sinar suci serta di dalamnya juga terwujud adanya kesunyian atau sunia sebagai simbol kesunyian niyasa Bhatara Siwa.
Lontar Sundarigama, kata dia, mengatakan bahwa pada saat bulan mati sangat baik melaksanakan penyucian untuk menghilangkan segala dosa, noda, kekotoran dalam diri.
Sesaji yang dipersembahkan adalah canang wewangian, pada sanggah atau di parahyangan.
Juga di atas tempat tidur, yang dipersembahkan kepada bidadara dan bidadari.
Serta menghaturkan sesayut widyadari sebagai sarana memohon warenugeraha agar memperoleh hasil dalam melaksanakan segala kegiatan.
Hal seperti ini sangat tepat dilakukan oleh para umat Hindu, karena hari suci Tilem Jyesta yang diyakini sebagai bulan penuh sarwa mala.
Agama Hindu juga berlandaskan pada rasa yaitu adanya rasa yakin yang mendalam tentang pemahaman dan implementasi ajaran Dharma atau ajaran kebenaran yang bersumber pada sastra atau kitab- kitab suci berupa Weda.(*)
Tari Janger
Dagang Banten Bali
CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI
Tari Janger merupakan salah satu tarian populer dari Bali. Kesenian satu ini biasanya banyak diperagakan oleh anak-anak remaja setempat. Inilah alasan mengapa Tari Janger disebut tari pergaulan. Janger sendiri merupakan sebutan untuk penari wanitanya.
Para penari terdiri atas pria dan wanita. Jika penari wanita disebut dengan janger maka pihak lelaki dinamakan kecak. Banyak keunikan yang bisa Anda temukan dari pementasan tari Janger, mulai dari komposisi gerakan sampai dengan alunan musik yang hidup dan sangat seru.
Dari pementasan ini Anda pasti akan merasa sangat dihibur. Sebab akan ada nyanyian sahut-sahutan dari dari para penyanyi sehingga membuat suasana makin meriah. Itulah mengapa interaksi mereka sangat menyenangkan di tonton. Sama sekali tidak membosankan walau sampai berjam-jam.
Asal Usul Sejarah Tari JangerSejarah Tari Janger
Tari Janger diciptakan pada tahun 1930-an. Dibawakan oleh 10 penari yang berpasangan, mereka menari sambil menyanyi lagu Janger bersahut-sahutan. Dulunya tarian ini diadaptasi dari aktivitas para petani yang menghibur diri dari lelahnya bekerja seharian. Itulah mengapa gerakannya santai dan ringan
Tari Janger mulai populer tahun 1960-an, dan mulai bisa dipentaskan dalam berbagai macam acara politik termasuk PKI. Para penari saat itu secara terang-terangan mendukung kampanye pemutusan hubungan RI dengan Malaysia sampai menyita perhatian dari presiden pertama RI yakni Soekarno.
Tahun 1963 Tari Janger sempat dianggap sebagai kelompok yang pro terhadap PKI sampai para penari dikucilkan bahkan dibunuh. Namun seiring berjalannya waktu, sekitar tahun 1970-an popularitas Tari Janger membaik dan kembali naik. Sampai sekarang masyarakat Bali memainkannya dengan riang.
Fungsi Tari JangerFungsi Tari Janger
Dari dulu sampai sekarang Tari Janger tidak mengalami pergeseran fungsi . Hanya saja dulu saat awal-awal terbentuk terkadang ada kepentingan elit-elit tertentu, mengingat Tari Janger sering ditampilkan di acara-acara komunis seperti PKI. Walaupun tetap saja fungsi dari tari janger adalah sebagai hiburan.
Namun sekarang ini Tari Janger memang sudah lebih merakyat dan syarat akan hiburan untuk masyarakat khususnya warga lokal Bali. Saat ini masyarakat sudah bisa dengan mudah menikmatinya karena biasanya banyak desa-desa apalagi pesisir pantai mengadakan pertunjukan Tari Janger.
Menonton pertunjukkan Tari Janger merupakan salah satu list yang harus dipenuhi. Sebab suasananya yang seru dan menyenangkan memang akan membuat Anda rindu untuk selalu kembali ke Bali. Selain itu para warganya juga ramah membuat hati jadi hangat dan tentunya bahagia.
Penyajian Tari JangerPenyajian Tari Janger
Sama seperti tarian Bali lainnya, Tari Janger memiliki beberapa part penyajian yang membuat suasana pertunjukkan semakin hidup dan tidak monoton. Tentunya diiringi dengan musik khas Bali yang membuat para penonton juga merasa ingin menari bersama para penari aslinya.
Pembukaan adalah bagian awal yang diiringi dengan musik seperangkat gamelan. Terdiri dari gendang, ceng-ceng, rebana, juga klenang dan suling. Terkadang ada juga beberapa tunggu gender wayang yang diselaraskan dengan slendro. Bentuk lagunya batel tetamburan.
Pepeson merupakan bagian yang sudah diiringi dengan nyanyian serta tarian dari para penari kecak dan juga Janger. Formasinya juga beragam, mulai dari saling berhadap-hadapan sampai segi empat dengan arah semua kedalam arena tari tersebut.
Penjangeran adalah momen dimana para penari mulai menyanyi dan saling bersahut-sahutan bersama-sama. Suasana sangat hangat dan gembira karena nyanyian yang dilantunkan dengan Bahasa Bali itu penuh dengan semangat para muda-mudi.
Lakon adalah bagian setelah Penjangeran. Saat dimana kisah drama mulai diperankan, biasanya diisi dengan kisah arjuna wiwaha dan para aktor lain seperti gatot kaca dan lainnya. Saat drama dimainkan para penari Janger akan duduk layaknya penonton biasa.
Penutup yaitu saat dimana kisah drama sudah selesai dan ditutup dengan Tarian dan Janger. Mereka menyanyikan lagu dna permohonan maaf juga selamat tinggal kepada para penonton. Kemudian keluar dan menuju ke ruang ganti.
Gerakan Tari JangerGerakan Tari Janger
Dibanding dengan tarian lain dari Bali, Janger memang lebih sederhana. Kebanyakan gerakannya di dominasi posisi berdiri, sesekali juga melakukannya dalam gerakan bersila atau bersimpuh. Semua gerakan dari penari juga tarian khas Bali yang klasik sehingga membuat suasana lebih hidup.
Berikut adalah gerakan yang digunakan dalam Tari Janger
Ngagem Kanan
Ngagem Kiri
Ngeseh bawah
Nyelegog
Mungkah lawing
Nguluh Wangsul
Ngelikas
Nguluh wangsul
Ngelikas
Ngengot
Ulap-Ulap
Pola Lantai Tari JangerPola Lantai Tari Janger
Dalam gerakannya yang dinamis, cepat, dan atraktif namun tetap ada pola lantai yang digunakan. Dalam pementasannya tari janger memakai kombinasi dari pola lantai garis lurus horizontal juga garis lengkung. Terdapat makna terkandung dalam setiap kombinasi tersebut.
Setiap pementasan Tari Janger akan dibawakan secara berkelompok dari 10 sampai 16 penari laki-laki dan wanita. Mereka berpasang-pasangan sampai nanti akhir pementasan, para penari yang membawakannya dengan riang gembira agar nantinya penonton juga tertular kebahagiaan tersebut.
Pola lantai dari Tari Janger memang lebih sederhana dibandingkan Pendet, variasinya lebih simple dan tidak neko-neko. Tak jarang di tengah atau akhir pertunjukkan pengunjung juga akan diajak menari bersama dengan mereka. Hal ini tentunya membuat suasana tambah hangat.
Mengapa Umat Hindu Menghormati Sapi?
Melihat banyaknya arca-arca sapi di tempat suci Hindu baik yang ditemukan di situs purbakala maupun di tempat-tempat suci yang masih aktif digunakan sebagai tempat peribadatan mengundang sebuah anggapan salah kaprah terhadap Hindu. Orang sebagian besar orang, Hindu identik dengan penyembah sapi. Apa lagi pada kenyataannya sebagian besar umat Hindu di dunia berpantang untuk mengkonsumsi daging sapi. Benarkah Hindu memuja Sapi?
Berdasarkan peradaban Veda, sapi memang merupakan binatang yang sangat di sakralkan. Diuraikan bahwa sapi merupakan lambang dari ibu pertiwi yang memberikan kesejahtrean kepada semua makhluk hidup di bumi ini. Karena itulah para umat manusia diajarkan untuk tidak menyemblih dan memakan daging sapi. Selain mempunyai manfaat di dalam kehidupan rohani, sapi juga memelihara kita di dalam kehidupan material kita seperti misalnya dengan memberikan susu sapi dan berbagai produk susu. Selain susu dan berbagai produk, sapi juga memberikan berbagai jenis bahan obat-obatan seperti misalnya kencing sapi dan tahi sapi yang bahkan ilmuwan modern sekalipun menerima bahwa air kencing sapi dan kotoran sapi mengandung zat anti septik yang bisa digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Di India, didalam sistem pengobatan Ayur Veda, terdapat teknik yang di sebut pengobatan panca gavya. Panca gavya adalah lima jenis produk yang di hasilkan oleh sapi yaitu; susu, yogurt, ghee, kencing sapi dan kotoran sapi. Panca gavya ini diangap sebagai bahan bahan yang menyucikan. Bahkan di dalam yajna dan memandikan pratima di berbagai kuil, bahan bahan ini sangat diperlukan. Tanpa panca gavya, seseorang tidak bisa menginstalasi pratima di dalam kuil. Selain bahan bahan yang bisa di komsumsi dari segi material, sapi juga membantu para petani di dalam berbagai hal. Sapi jantan di gunakan untuk membajak dan kotoran sapi digunakan untuk pupuk.
Sri Krsna sendiri yang muncul ke dunia material ini memberikan contoh kepada kita semua untuk menghormati sapi. Beliau bahkan lebih memementingkan sapi dari semua makhluk hidup lainya termasuk para brahmana. Seprti diuraikan di dalam sastra
“namo brahmaëya-deväya go-brähmaëa-hitäya ca jagad-dhitäya kåñëäya govindäya namo namaù”.
Di vrndavan, tradisi menghormati sapi-sapi masih berlangsung sampai sekarang. Di beberpa tempat di daerah pedalaman di Vraja bumi, ketika mereka memasak roti (capati), roti pertama akan diberikan kepada sapi karena mereka mengangap bahwa krsna hanya akan menerima persembahan kalau mereka memuaskan sapi-sapi dan para brahmana. kemudian roti kedua di berikan kepada orang suci yan kebetulan lewat di daerah desa tersebut dan roti lainnya, di persembahkan kepada Sri Krsna.
Disini hendaknya kita membedakan istilah menghormati dan memuja. Orang Hindu memperlakukan sapi secara istimewa adalah untuk menghormati sapi, bukan memuja sapi. Hindu hanya memuja satu Tuhan, “eko narayanan na dwityo”sti kascit” tapi menghormati seluruh ciptaan Tuhan, terutama yang disebut ibu, para dewa yang mengatur alam material dan semua umat manusia.
Dalam tradisi Hindu dikenal beberapa entitas yang dapat disebut sebagai ibu yang harus kita hormati, yaitu;
Ibu yang melahirkan kita, yaitu ibu kandung kita sendiri.
Ibu yang menyusui kita walaupun tidak mengandung kita.
Ibu yang memelihara dan mengasuh kita walaupun tidak melahirkan dan menyusui kita.
Sapi yang telah memberikan kita susu, sumber panca gavya dalam pengobatan Ayur Vedic dan juga yang tenaganya telah kita gunakan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan kita.
Ibu pertiwi, yaitu bumi dan alam ini yang telah memberikan penghidupan pada kita dan harus kita jaga kelestariannya.
Sekarang kita gunakan hati nurani kita, apakah kita akan tega membunuh dan memakan daging sapi yang sudah kita minum susunya, yang sudah membantu pekerjaan-pekerjaan fisik kita dalam menarik pedati dan juga membajak sawah?
Disaat manusia dapat dengan mudahnya membunuh, memotong kepala ayam dan sapi tanpa perasaan, maka disaat itulah mereka akan memotong kepala manusia dan bahkan ibu kandungnya sendiri seperti memotong kepala seekor ayam.
Kita tentunya masih teringat di masyarakat kita di kalangan hindu di Bali. Ketika saya masih kecil, orang tua saya sering memperingatkan bahwa kalau kamu makan daging sapi, kamu tidak boleh datang ke pura tanpa mandi terlebih dahulu. Peringatan ini di berikan oleh orang tua saya dan sudah merupakan peringatan turun temurun dari nenek moyang kami. Namu sayangnya beberapa orang berangapan bahwa karena kalau kita makan daging sapi, maka kita tidak bisa masuk ke pura, itu berarti sapi adalah binatang haram. Ternyata setelah kita amati dan mempelajari kitab suci veda, ternyata sapi merupakan binatang yang suci yang dihormati oleh para dewa sekalipun. Bukanlah karena sapi merupakan binatang haram, maka kalau kita makan daging sapi kita tidak bisa ke pura tetapi karena sapi merupakan binatang yang sangat suci, sehinga kalau kita memakan daging sapi, maka kita diangap orang yang sangat berdosa, degan demikian tidak bisa masuk ke pura. Karena itu, setelah makan daging sapi, kita harus menyucikan diri, paling tidak mandi terlebih dahulu sebelum memasuki tempat suci.
Ini bukan berarti bahwa kita bisa berlangsung memakan daging sapi dan kemudian mandi dan menyucikan diri. Tidak! Itu bukanlah proses prayascita yang sejati. Proses prayascita yang sejati adalah menyucikan diri dari perbuatan berdosa, merenungkan kegiatan berdosa tersebut dan berusaha untuk menghindari kegiatan tersebut. Kita hendaknya tidak melakukan prayascita seperti gajah mandi. Sri Pariksit maharaj di dalam Srimad Bhagavatam menguraikan sebagai berikut.
kvacin nivartate ‘bhadrät
kvacic carati tat punaù
präyaçcittam atho ‘pärthaà
manye kuïjara-çaucavat
Kadang kadang, orang sadar akan kegiatan berdosa namun melakukan kegitan berdosa lagi. Dengan demikian saya mengangap proces melakukan kegiatan berdosa yang berulang ulang dan penyucian berulang ulang sebagai hal yang tidak berguna. Ini sama halnya dengan gajah mandi ( kunjara-sauca-vat), karena gajah membersihkan dirinya dengan mandi namun begitu selesai mandi dan kembali ke daratan, sang gajah akan menghamburkan lumpur pada kepala dan badannya. ( Srimad Bhagavatam, 6.1.10).
Jadi ajaran dari orang tua kita, tidak boleh ke pura setelah makan daging sapi, hendaknya diambil serius dan menghindari daging sapi selama lamanya dan berusaha mengerti keagungan sapi. Diuraikan juga bahwa orang yang membunuh sapi, atau makan daging sapi, akan menderita di planet neraka selama ratusan tahun untuk membayar satu dari bulu sapi yang mereka makan. kalau seseorang makan daging sapi yang memliki seratus ribu bulu, maka orang tersebut mesti menderita di neraka selama 100.000 dikali 100 tahun. Sudah tentunya kita menghindari penyemblihan sapi dan makan daging sapi bukan karena takut untuk masuk neraka tapi karena rasa kasih sayang kita kepada sapi yang telah berkenan memberikan kita berbagai jenis makanan seperti yang telah diuraikan di atas.
Sumber : Narayana Smrti
Minggu, 18 Desember 2016
Makna dari "Amor Ring Acintya"
Amor Ring Acintya adalah kata yang sudah tidak lasim lagi ditelinga kita apalagi bagi para umat Hindu di Bali. Kata ini biasanya diucapkan ketika ada orang meninggal dunia. Biasanya dalam masyarakat mengucapkan “Dumogi Amor Ring Acintya”.
Kata Dumugi berarti semoga. Amor berarti bersatu atau menghilang, atau Menuju kedalam situasi ketiadaan atau tidak tampak. Acintya berarti tidak tersentuh oleh pikiran. Dalam konteks filsafat disamakan dengan sūkṣma dan śūnya. Jadi Dumogi Amor Ring Acintya adalah semoga menyatu dengan “yang mahasuci yang maha tidak terpikirkan” atau semoga bersatu dalam ke Dewataan Tertinggi (Acintya).
Sang Hyang Acintya
Tertera dalam Sastra Jawa Kuna mengatakan beberapa baris terkait dengan ungkapan di atas. Berikut kutipan dari naskah kidung dan kakawin Jawa Kuno:
Amor ring Widhi ada dalam Kidung Sunda disebut ‘saṅ wus amor iṅ widi.
Amor ring Śiwātmaka ada dalam naskah Wangbang Wideha,‘agya ni ṅwaṅ amor iṅ Śiwātmaka.
Amor ring dewata ada dalam Kidung Harsa-Wijaya: ‘saṅ wus amor iṅ dewata; saṅ wus amor iṅ dewa; saṅ wus amor i widi.
Ungkapan tersebut ditujukan kepada para raja, atau orang suci, yang dimaksudkan ‘saṅ wus amor iṅ dewata’ (beliau yang telah kembali ke alam kedewataan’, adalah beliau-beliau yang suci, yang terhormat, ‘memenangkan kehidupan ini’ dan kembali ke alam kedewataan. Jika ingin kembali ke alam kedewataan, tentunya kita harus punya kualitas kedewataan dulu. Kalau kualitas diri kita hanya KW2 atau KW3 tujuan itu akan semakin jauh. Slogan tinggal slogan.
Amor ring Acintya tidak lain cita-cita kemanusiaan terdalam ajaran Siwa, Buddha, dan Hindu pada umumnya, yang kita kenal sebagai pencapaian ‘Moksa’ atau ‘Nirvana’.
Di Bali kita mewarisi lontar-lontar berbahasa Jawa Kuno yang menjadi panduan dalam meningkatkan kualitas diri kita dari KW2 atau KW3 menuju jiwa yang ‘orisinil’. Lontar-lontar tersebut antara lain: Aji Kadyatmikan, Aji Kamoksan, Aji Putus, Dharma Sunya, Dharma Patanjala, Wṛhaspatitattwa, dstnya. ‘Amor ring Acintya’ di dalam lontar-lontar tersebut mempunyai padanannya yaitu: sūkṣma dan śūnya.
Amor ring Acintya adalah tujuan tertinggi semua naskah-naskah tersebut. Di salah satu naskah tersebut, yaitu Wṛhaspatitattwa, disebutkan dalil asal muasal kita harus kita pahami jika kita ingin kembali ke asal muasal kita, alam kedewataan. Logikanya: Jika mau sampai tujuan kita harus mengenal jalan. Jika kita mau ke asal muasal kita, bagaimana kita sampai ke asal jika tidak mengerti prinsip asalmuasal kehidupan? Bagaimana tidak mengenal jalan berharap sampai di tujuan? Langkah-langkah dalam lontar-lontar di Bali disebutkan: Pertama mengenal prinsip tattwa atau prinsip penciptaan dan asal muasal. Kedua mengenal jalan, selanjutnya menempuh jalan, dan dijalani dengan penuh ketulus-ikhlasan ketika menempuh jalan. Disebutkan, setelah tahapan-tahapan itu terjalankan dengan kesempurnaan baru kemungkinan sampai tujuan (Amor Ring Acintya)
Dalam buku Samsara Perjalan atman juga dijelaskan bahwa Faktor kunci di alam kematian adalah samskara [kesan-kesan pikiran] kita sendiri. Perjalanan atma di alam kematian digerakkan oleh energi yang sama dengan energi yang membentuk pikiran. Kecenderungan pikiran yang negatif saat kematian akan membawa kita menuju alam-alam yang gelap dan sebaliknya kecenderungan pikiran yang positif saat kematian akan membawa kita menuju alam-alam yang terang. Karena lapisan badan kita di alam kematian digerakkan oleh bahan-bahan energi yang sama dengan yang membentuk pikiran kita. Sehingga setelah mati kita kemudian akan tinggal atau pergi terbawa pada salah satu alam-alam halus yang paling sesuai dengan kualitas dan kecenderungan pikiran kita sendiri.
Dengan kata lain, faktor paling menentukan dalam menyambut kematian adalah bagaimana evolusi keadaan bathin kita semasa kehidupan dan keadaan bathin kita di menit-menit dan detik-detik terakhir ketika kehidupan kita akan berakhir. Itulah yang akan sangat menentukan kita akan pergi kemana. Mereka yang saat kematian tidak siap, penuh ketidakrelaan karena keterikatan duniawi, penuh rasa sakit, takut, ragu, bingung, melawan, apalagi dalam sifat kejam [tanpa welas asih], dalam kemarahan-kebencian, sangat mungkin nantinya pada proses kematian akan memasuki perjalanan yang gelap.
Inilah sesungguhnya yang dimaksud dengan kematian salah pati. Sebaliknya, kalau di menit-menit dan detik-detik terakhir ketika kehidupan berakhir, kita mengalami kedamaian bathin, sangat mungkin nantinya pada proses kematian akan memasuki perjalanan yang terang. Dan yang paling baik [kalau memungkinkan] tentunya kita bisa amor ring acintya, menyatu dengan “yang mahasuci yang maha tidak terpikirkan”. Jiwa yang sudah terbebaskan [jivan-mukti] akan seketika mengalami moksha [pembebasan sempurna].
Karena itu sangat penting diinformasikan kepada orang-orang yang akan meninggal, di menit-menit dan detik-detik terakhir ketika kehidupan akan berakhir, sangat penting mengalami menit-menit dan detik-detik terakhir yang shanti [damai]. Di jalan dharma kematian adalah perjuangan spiritual yang paripurna. Itulah sebabnya bagi para yogi, para mpu, para danghyang, para maharsi, mengajarkan bahwa tugas spiritual pokok manusia semasa hidupnya adalah membina diri melenyapkan sad ripu [enam kegelapan bathin] dan menumbuhkan sifat penuh welas asih dan kebaikan. Gunanya agar ketika kematian itu benarbenar datang, kita sudah sangat siap dan bisa mengalaminya dalam keadaan yang sangat shanti
Sumber : Budayabali via Daerahbali.com
Jumat, 16 Desember 2016
Pulang Sebelum Calonarang Usai Bisa Dicegat Leak, Mitos atau Fakta ?
Nampaknya kepercayaan larangan pulang lebih awal sebelum pertunjukan calonarang usai bisa dicegat leak bukan sekedar mitos, namun memang benar-benar terjadi.
Menurut Ketut Kodi, SSP, M.Si seorang dalang dan juga seniman calonarang mengatakan hal itu bisa terjadi karena pada pertunjukan calonarang ada namanya gending tunjang. Gending ini merupakan salah satu gambelan pengiring pada pertunjukan calonarang, dimana mampu membangkitkan kekuatan para leak.
Salah satu adegan dalam pertunjukan calonarang
“Di gambelan tunjang ada aksara dan suara yang mampu membangkitkan kekuatan leak,” ungkapnya. “Maka setiap ada calonarang tidak diperkenankan untuk pulang pada pertengahan pertunjukan,” kata Ketut Kodi pada Seminar Membedah Etika Tari Rangda, di Rumah Topeng dan Wayang Setiadharma, Ubud, Gianyar, Minggu (27/3/2016).
Karena para leak dibangunkan, hal ini kemudian membuat mereka (para leak) keluar dan menari-nari berkeliaran di dekat lokasi pertunjukan calonarang. “Karena dibangkitkan, para leak akan ngigel di perempatan, di jalan dan di dekat lokasi pertunjukan,” ujarnya.
Jika memaksakan diri untuk pulang sebelum usai pergelaran calonarang bisa saja akan bertemu dengan berbagai wujud leak di perjalanan, “jika pulang lebih awal, maka pulang dari calonarang bisa bertemu dengan wujud leak seperti bojong (monyet…red), kambing, babi dan sebagainya,” ungkap Kodi.
Cerita Leak Bali : Pencari Jangkrik Bertemu Leak ,Dunia
leak memang ada-ada saja. Keberadaannya memang sangat msiterius,
semuanya serba rahasia, gelap dan diam-diam. Itulah konon kabarnya.
Pada suatu malam I Nyoman S, I Ketut I beserta I Made J (Nama Di Rahasiakan) berencana
Mengintip jangkrik. Dibali Jangkrik biasanya digunakan untuk makanan
burung atau di adu. Mereka bertiga tak tahu kalau malam itu merupakan
malam Pemapag kajeng kliwon. Menurut orang-orang, pada malam itu
adalah malam yang tenget. Karena mereka tak tahu, maka tak sedikit pun
terpikiran yang bukan-bukan. Sampai akhirnya ia sampai di suatu areal
persawahan di pinggir Desanya (Nama Desa Di Rahasiakan). Mereka
belum memulai ngintip jangkrik. Mereka cuma persiapan saja, namun
suasana di tempat tersebut sangat sepi dan sudah gelap. Karena ia
berangkat sekitar jam setengah sembilan dan di tempat tersebut sudah jam
setengah sepuluh malam, Maka Suasana malam yang mencekam tersebut tak
menyurutkan niatnya untuk mengintip jangkrik. Karena harapannya kalau
mencari jangkrik di tempat yang jauh dan pada tengah malam, maka ia akan
mendapatkan jangkrik yang besar- besar dan kuat-kuat (dengan harapan pada tajen jangkrik nantinya ia akan menang dapat uang banyak) Demikian harapannnya.
Di tempat tersebut tumbuh sebuah pohon beringin yang besar di pinggir sungaimdimana bangsingnya (Akar)
terurai sampai ke tanah yang menambah angker tempat itu. Banyak orang
tak berani datang ke tempat tersebut pada malam hari, bahkan siang hari.
Nah kini giliran I Ketut dan teman-temannya mencari jangkrik di sana.
Namun sebelum sampai ngintip jangkrik, tiba-tiba dari arah timur datang
sekumpulan cahaya sepertinya nyala obor. Ia mengira awalnya itu
orang-orang banyak yang datang ngintip jangkrik, Namun setelah mendekat,
kok mereka tak melihat sesosok manusia yang datang, hanya kelebatan api
saja yang datang dan menuju pohon beringin. Mereka yang berada beberapa
puluh meter dari tempat tersebut segera tiarap dan sembunyi di bawah
pohon pandan.
I Ketut
ingat dengan pesan dari orang-orang, kalau ingin melihat siapa yang ada
di balik api itu, maka ia harus telanjang bulat alias melalung. Dari sana baru akan kelihatan siapa saja orangnya. Mereka membuka pakaian dan celana bersamaan, sambil
mematikan api obornya mendekat ke rimbunan pohon pandan yang ada di
sana. Akhirnya memang benar, apa yang dikatakan orang-orang. Mereka
melihat sekumpulan manusia yang sedang menari-nari di bawah pohon
beringin tempat api tersebut ngumpul, sambil membawa sarana-sarana tertentu dan membawa dupa.
Namun
alangkah terkejutnya mereka, sebab dari wajah-wajah yang tadinya
samar-samar, lama lama makin jelas, dimana mereka melihat sosok-sosok
yang sebagian besar mereka kenal. Para leak itu melenggang-lenggang ke
sana kemari, kegirangan, karena mereka telah nadi. Mungkin
mereka tak menyangka kalau aktivitas mereka sedang ada yang menonton.
Dan malahan yang nonton tersebut adalah saudaranya sendiri.
I Nyoman S
beserta teman-temannya, tetap tiarap tanpa menghiraukan suasana di
sampingnya. Sampai kira-kira sekitar dua jam mereka asik menonton leak ngigel,
bahkan mereka semakin malam semakin asik menonton. Sampai akhirnya
suatu saat leak tersebut kembali bergerombol terbang ke tengah sawah dan
akhirnya berpencar. Mungkin mereka sudah selesai menjalankan ritual
tariannya, untuk kemudian bubar ke rumahnya masing-masing.
I Made J
dan teman-temannya yang masih melalung, segera terbangun dan memakai
kembali pakaian mereka. Mereka dengan takut-takut berani pada malam hari
itu, mereka pun memutuskan untuk tak melanjutkan ngintip jangkrik,
sebab mereka sudah dapat ngintip leak. Mereka pulang bersama dengan
perasaan takut-takut berani. Mereka menuju rumah masing-masing, sampai
akhirnya mereka terbangun pada pagi hari.
Pada pagi yang cerah itu, ada sesuatu yang tak enak dalam diri I Ketut I Pada bagian butuh-nya (kemaluan) ia merasakan ada yang tak beres dan setelah dilihatnya ternyata butuh-nya besar sekali, alias beseh(bengkak). Nah mulailah ia ketakutan dan kawatir karena kemarin malam menyaksikan banyak leak menari. Ia kawatir jangan-jangan butuh-nya
telah dimakan leak. Ia kemudian datang ke rumah termannya yang lain
yang diajak ngintip dan menyampaikan masalahnya. Mereka pun menjadi
semakin panik, pikirannya bukan-bukan. Mereka mencoba untuk nunas tamba di tempat balian sakti yang ada di luar desanya.
Namun
sebelum berangkat mereka bertemu dengan I Kadek B, kakak I Ketut. Ia
seorang perawat kesehatan. Ia melihat I Ketut sedikit mengerang dan raut
mukanya kurang sehat. Ia mencoba untuk mencari tahu ada apa dengan
adiknya. Adiknya mencoba untuk berterus terang kepadanya dan menyatakan
dirinya bahwa butuh-nya bengkak. Karena ngintip leak kemarin
malam. Jangan-jangan ia terkena imbas leak. Sambil ia menceritakan
ngintip leak dengan cara melalung.
Setelah itu
I Kadek mencoba memeriksa adiknya di rumah menggunakan lampu senter.
Dilihatnya kelamin I Ketut dengan seksama. I Kadek tersenyum, yang
membuat I Ketut bertanya-tanya. Ternyata I Kadek menemukan dua buah
kepala semut gatal di kemaluan I Ketut yang beseh itu. Jelaslah
semut ini yang mengigit kemaluannya kemarin hingga bengkak. Ini bukan
karena dimakan leak, tapi dimakan semut. Mendengar semua itu mereka
menjadi ngakak, seperti tertawa leak, karena dugaan mereka salah.
I Nyoman berpikir “mungkin karena saking asiknya nonton leak ngigel (menari), sampai-sampai ada “leak semut” menyusup dan mengigit tak terasa. Ada-ada saja ….
Mereka tak
jadi ke balian, kelamin mereka hanya diolesi minyak kelapa, dan sore
hari itu juga kelaminnya yang bengkak sudah kembali kempes.http://www.nutrisimedia.xyz/2016/12/cerita-leak-bali-bertemu-leak.html
Kamis, 15 Desember 2016
BANTEN OTON YANG PALING UTAMA MEMBERIKAN ANUGERAH.
OM AWIGNAMASTU NAMOSIDHAM
Dalam kelahiran manusia , dihitung setiap 210 hari merupakan hari lahir yang patut di peringati yang disebut Wetu= Weton = Oton.
Biasanya kita membuat upakara untuk otonan paling sederhana adalah, Peras Pengambean dengan dengan sesayut tertentu ( Sesayut Pageh Urip, Sesayut Pengidep Ati, Sesayut Lara Melaradan dan lain-lain sesuai keinginan apa yang di mohonkan )
Banyak sebenarnya yang lupa akan Sodara empat (Catur Sanak limanpancer ) yang kita ajak lahir menemani kita kedunia ini.
Adapun yang ingat dengan sodara empat kita tetapi tidak tau Upakara apa yang disajikan kepada Beliau saat datang kita panggil di hari otonan kita.
Disini akan saya jelaskan sedikit Upacara sajian yang di haturkan kepada sodara empat kita yaitu:
1. Anggapati. Berstana di timur dengan sebutan Nama I Ratu Ngurah Tangkeb Langit. Sajian yang di haturkan yaitu Ketipat Dampulan dengan ulamnya Taluh bekasem. Dan segehannya nasi kepel Putih maulam Bawang Jae.
2. Mrajapati. Berstana di selatan dengan sebutan I Ratu Wayan Tebeng. Dengan upakara sajian Ketipat Galeng Dengan ulam Telor itik (telor bebek ). Dengan segehan kepelan merah maulam bawang jahe.
3. Banaspati. Berstana di barat dengan sebutan I Ratu Made Jelawung. Dengan Upakara sajian ketipat Gangsa meulam Sate gede. Dengan Segehan kepelan kuning meulam bawang jahe.
4. Banaspati Raja. Berstana di utara dengan sebutan I Ratu Nyoman Sakti Pengadangan. Dengan Upakara sajian Ketipat Gong meulam Taluh meguling, lekesan, lanjaran, dengan sesari 11 kepeng uang bolong. Dengan segehan kepelan hitam meulam bawang jahe.
5. Sang Butha Dengen. Berstana di Madya (tengah ) dengan sebutan I Ratu Ketut Petung. Dengan upakara sajian ketipat lepet akelan ( satu kelan tipat lepet berjumlah 8 biji ) meulam taluh.segehannya kepelan brumbun meulam bawang jae.
Demikianlah penjelasan singkat tentang sodara yang kita ajak lahir yabg patut kita berikan sajian khusus saat otonan.
Jika membuat otonan peras pengambean dan sesayutnya tambahkanlah banten ini agar semeton empat yang kita ajak lahir selalu menjaga kita.
Jika kita tidak membuat ayaban peras pengambean cukup dengan banten ini ( sudah utama ) hanya ditambah Dengan peras dan penyeneng saja sebagai paripurnanya otonan kita.
Mintalah anugerah kepada sang panca maha Butha ( catur sanak lima pancer ) dengan pelan, konsentrasi dan pasrah kepada beliau, niscaya jika kita bersungguh-sungguh mapinunas dan selalu ingat beliau setiap melaksanakan sesuatu, pastilah diberikan anugerah dan keingin kita tercapai.
NB. Sebelum melakukan otonan sebaiknya menghaturkan Pejati asoroh atau boleh dengan Rayunan kehadapan SangHyang Tiga Sakti. Atau Hyang Kemulan ( Betara Guru ) memohon agar dilimpahkan anugerah dan Dirgayusa Paripurna.
Jika ada penjelasan yang salah tiang mohon maaf yang sebesar-besarnya semeton. Tujuan baik hanya ingin berbagi.... Suksma.
Tentang Krishna
Dagang Banten Bali |
Veda Sruti yg terdiri dari Rg, Yajur, Sama dan Atharva ditulis oleh murid2 Rsi Vyasa, Rg veda oleh Rsi Pulaha, Yajur oleh Rsi Vaisampayana, Sama veda oleh Rsi Jaimini dan Atharva oleh Rsi Sumantu. Veda Sruti (catur veda ) ini terdiri dari bagian MANTRA, BRAHMANA, ARANYAKA dan UPANISAD. Bagian Upanisad, spt kena upanisad, chandogya, aruni, jabali, savitri, avyakta, yoga cudamani dst..3. YAJUR mantra dan Brahmana mengupas tentang yadnya dan Aranyaka tentang komentar para Rsi sehubungan dg yadnya. Bagian UPANISAD mengupas tentang BRAHMAN (Tuhan) dan Atma. Pada tataran UPANISAD inilah ajaran Spiritual dimulai shg ayat2 tentang Tuhan dan atma termuat di UPANISAD. Masing2 dari catur veda terdiri dari upanisad-upanisad yaitu: 1. RG VEDA terdiri dari 10 upanisad (maaf saya tidak tulis seluruhnya), spt aitareya upanisad, kausitaki, nirvana, Tripura, aksamalika dst…2. SAMA VEDA terdiri dari 16 VEDA terdiri dari 51 upanisad spt svetasvatara upanisad, NARAYANA upanisad, katha, sariraka, avadhuta, yogakundalini Brihand aranyaka, KALISANTARANA upanisad, brahmavidya dst.. 4. ATHARVA VEDA terdiri dari 31 Upanisad spt Prasna upanisad, mundaka, mahanarayana, pasupata, ganapati, mahavakya, GOPALTAPANI, KRISHNA upanisad, hayagriva, garuda, Annapurna, surya upanisad dst….total semua ada 108 kitab upanisad dalam CATUR VEDA SRUTI. JADI mengutif salah satu dari kitab upanisad ini tentang Sri Krishna berarti mengutif VEDA SRUTI yg notabene sebelum Krishna Turun ke Bhumi, ini membuktikan bahwa Krishna abadi, tiada berawal dan tiada berakhir. Contoh kutipan Dari Atharva Veda Gopaltapani upanisad (1.1):
sac-cit ananda rupaya krsnaya klista karine,
namo Vedanta-vedyaya gurave buddhi saksine.
Artinya; hamba menyampaikan sembah sujud pada Sri Krishna yang berbentuk rohani kekal, penuh pengetahuan dan penuh kebahagiaan, mengerti tentang Krishna berarti mengerti tentang veda dan kesimpulan veda krn itu Sri Krishna adalah Guru yg paling utama.
Yo’brahmanam vidadhati purvam yo vai vedams ca gopayanti sma krsnah, artinya: Krishnalah yg pada awalnya mewahyukan veda pada Dewa Brahma dan selanjutnya Brahma menyebarkan veda setelah itu (gopaltapani 1.24).
Krishno vai paramam daivatam , artinya Sri Krishna adalah wujud Tuhan Yang Maha Esa, (gopaltapani upanisad 1.3).
eko’pi san bahudha yo’vabhati, Artinya: Krishna adalah satu, tetapi Krishna terwujud dalam bentuk penjelamaan2 yg tak terhingga (gopaltapani upanisad 1.21).
om krishno vai sac-cid-ananda-ghanah
krishna adi purushah
krishnah purushottamah
krishno ha u karmadi mulam
krishnah saha sarvai-karyah
krishna kasham krid-adisha mukha-prabhu-pujyah
krishno nadis-tasmin-ajandantar bahye
yam-mangalam tal-labhate kriti
”Warna Sri Krishna bagai awan menjelang hujan, krn itu Beliau diumpamakan bagai awan rohani yg penuh kekekalan, pengetahuan dan kebahagiaan. Beliau adalah Kepribadian awal, beliau adalah asal mula dari segala aktivitas dan hanya beliaulah penguasa segala sesuatu. Sri Krishna adalah Tuhan sesembahan semua deva yg terbaik, Beliau pengendali Brahma, Vishnu dan Siva. Krishna tiada berawal. Kemujuran apa pun yg ada di dalam dan diluar alam semesta ini hanya didapatkan pada Krishna Sendiri” (Atharva veda Krishnopanishad)
dan Bahkan Maha Mantra Hare Krishna yg menjadi Yuga Dharma di jaman kali ini yg menjadi mantra utama Kesadaran Krishna justru termuat dalam YAJUR VEDA KALISANTARANA UPANISAD: sa hovaca hiranya –garbhah,”hare Krishna hare Krishna Krishna Krishna hare hare / hare rama hare rama rama rama hare hare, iti sodasakam namnam kali kalmasa nasanam natah paratarohpayah sarva vedesu drsyate, iti sodasa kalavrtasya jivasyavarana vinasanam tatah prakasate param brahma meghapaye ravirasmi mandaliveti, Artinya maha mantra Hare Krishna yg terdiri dari 16 kata adalah penghacur mala di jaman kali yuga, yg menyucikan panca mahbhuta dan panca tan mantra, pikiran kecerdasan dan ego yg menutupi sang jiva. Kemudian Tuhan (Param Brahma) muncul pada sang jiva bagai mentari menghalau awan kegelapan..
- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI |
Langganan:
Postingan (Atom)