Di dalam kitab Siwa Purana Resi Vyasa berkata pada Sanatkumara "Siapa saja yang telah terbutakan oleh Maya dari Siwa yang senantiasa larut dalam permainan rohani? Keagungan yang bagaimanakah yang membuat pengetahuan mereka terbutakan?
Sanatkumara berkata : O Vyasa, yang maha cerdas, dengarkanlah kisah Siwa yang menyenangkan hati ini, yang hanya dengan mendengarkannya saja maka rasa bhakti akan tumbuh berkembang.
Siwa adalah penguasa segalanya, jiwa dari segalanya dan mata dari semuanya. Seluruh semesta diliputi oleh keagungan Beliau.
Adalah wujud Siwa yang agung yang telah bermanifestasi sebagai Brahma, Wisnu dan Siwa. Dialah yang menjadi jiwa segalanya yang ada di seluruh semesta. Beliau adalah yang memiliki simbol dan tanpa simbol.
Semua makhluk baik pada masa lampau, sekarang maupun yang akan datang semuanya berasal dari Siwa, semua makhluk berkembang dalam Beliau dan akhirnya bersatu dengan Beliau kembali.
Siwa adalah kerabat, teman, pembimbing, pelindung, pemimpin, penasehat, saudara, ayah, ibu, brahma, Visnu, Indra, candra, danawa, ular, gandharwa, manusia dan semua yang lainnya.
Siwa identik dengan segalanya, yang termanifestasi dalam diri semua makhluk, yang lebih agung dari yang teragung. Tidak mungkin lagi menebak sesuatu yang lebih agung daripada Siwa.
Mayanya adalah bersifat rohani dan memenuhi segalanya. Seluruh semesta tunduk pada-Nya, termasuk para dewa, asura dan manusia".
Sloka diatas disebutkan bahwa Siwa bermanifestasi menjadi Brahma dan Wisnu. Manifestasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya perwujudan. Jadi di dalam beberapa sloka bagian akhir Siwa Purana tidak mengajarkan fanatisme sekte, banyak makna kiasan dalam Siwa Purana, konsepsi Tri Murti dalam beberapa sloka memang ada dalam kitab tersebut. Siwa Purana sejalan dengan Hindu di Bali dan sejalan dengan Catur Weda yang dalam Rgveda disebutkan" Sat Viprah Bahuda Vadanti.