Rabu, 27 Agustus 2025

Mepinton




 Mepinton artinya menunjukkan keberadaan. Mapinton juga dilakukan dalam beberapa hal.

misalnya :

Seorang Dalang yang sudah "tamat" belajar dan akan memulai karir sebagai Dalang, perlu mapinton di Sanggah Pamerajan-nya dengan mendemonstrasikan kebolehannya kepada leluhur dan Dewi Saraswati yang digelari sebagai "Manik Dalang".

Seorang Pandita setelah me-Diksa perlu mapinton di hadapan Nabe-nya untuk mendemonstrasikan kemampuannya mapuja.

Seorang penari Bali perlu mapinton terlebih dahulu didepan gurunya, atau jika itu tarian sakral, mapintonnya di Pura (Kahyangan Tiga, dll)

Untuk bayi yang sudah diupacarai Tiga Bulanan, perlu mapinton ke:

Sanggah Pamerajan

Pura Kahyangan Tiga dan Pura-pura lain dilingkungan Desa Adat yang dipuja oleh seluruh warga Desa.

Yang sifatnya "tidak harus" tetapi "sangat bagus" jika dilaksanakan, adalah ke: Pura Kawitan, Besakih, Lempuyang, Dasar Bhuwana Gelgel, Silayukti.

Karena itulah Pura-pura pemujaan Hyang Widhi dan stana para Maha Rsi yang berjasa menyebarkan Agama Hindu di Bali. Untuk rekan-rekan diluar Bali, mapinton juga ke Pura setempat.

Tujuan mapinton bagi bayi:

Mengucapkan terima kasih karena kita sudah di karuniai "PUTRA".

Memperkenalkan si bayi dengan nama.........

Apa sudah tahu artinya PUTRA? Nah kalau belum, ini: Bahasa Sanskrit: PUT = neraka, RA = menghindarkan. Jadi Putra adalah "yang menghindarkan ortunya dari neraka" Dalam Sad Dharsana disitir tidak semua anak-anak bisa dikatakan putra. Jika ia tidak berbhakti pada ortunya maka dia tidak bisa dikatakan seorang putra. Dalam percakapan sehari-hari kita menggunakan bahasa putra-putri (dalam bahasa Kawi putra artinya anak laki-laki dan Putri artinya anak perempuan) juga mengandung filsafat, harapan semoga dia menjadi orang yang berbhakti kepada orang tua.

Banten mapinton sederhana saja: tegteg, daksina, peras, ajuman. Atau lumrah disebut Pejati.

Sumber: pasektangkas.blogspot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar