Minggu, 18 April 2021

Buli Huma, Ritual Hindu Kaharingan Jelang Tempati Bangunan Baru






BULI HUMA : Cendikia Hindu Kaharingan, Tiwi Etika, Ph.D (KIRI) Basir Ugoi A Bunu pimpin upacara Buli Huma sebelum menempati gedung FDDBW IAHN Tampung Penyang, Kamis (25/3) lalu. (istimewa)





Sebelum menempati bangunan yang baru usai dibangun, umat Hindu umumnya melaksanakan ritual. Di Bali, ritual tersebut biasa disebut Mlaspas. Ada juga yang baru sebatas mamakuh karena situasi dan kondisi tertentu. Setelah nantinya pemilik maupun bangunan siap, baru dilaksanakan Mlaspas.


Serupa dengan Mlaspas, penganut Hindu Kalimantan Tengah yang biasa disebut Hindu Kaharingan memiliki ritual Buli Huma. Ritual Buli Huma dilaksanakan Suku Dayak Ngaju sebelum menempati rumah atau bangunan yang baru dibangun.



Baik Mlaspas maupun Buli Huma, secara esensi hampir sama, yakni menetralisasi energi negatif yang ada, sekaligus memohon anugerah Tuhan agar bangunan yang ditempati kokoh dan penggunanya diberikan keselamatan.

Baca juga: Antisipasi Teror Perayaan Paskah, Gereja di Denpasar Dijaga Ketat



Buli Huma, Upacara Melaspas ala Hindu Kaharingan (Istimewa)








“Jadi ini ritual yang mirip pada esensinya,” ungkap Tiwi Etika, Ph.D selaku Cendikian Hindu Kaharingan dalam kegiatan webinar nasional HUT Integrasi Kaharingan-Hindu ke-41 bertema 'Tantangan dan Masa Depan Integrasi Kaharingan ke dalam Hindu', Sabtu (27/3) lalu.

Wanita yang menjabat Dekan Fakultas Dharma Duta dan Brahma Widya (FDDBW) Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Tampung Penyang ini, menerangkan, dalam ritual Buli Huma juga menggunakan sarana yang di Bali disebut upakara.

Terlihat dalam gambar yang ditampilkan, ada daging ayam, jajan, serta minuman yang disuguhkan secara sederhana dalam wadah. Ritual ini biasanya dipimpin orang suci yang disebut Basir.

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI

Seperti saat pelaksanaan Buli Huma sebelum menempati gedung FDDBW IAHN Tampung Penyang, Kamis (25/3), dilansir dari website IAHN Tampung Penyang, ritual dipimpin Basir Ugoi A Bunu. Dilaksanakan pula Mlaspas dan Macaru yang dipimpin pinandita AA Gede Wiranata, M.Ag.

“Buli Huma dan Mlaspas gedung baru merupakan ritual yang dilaksanakan ketika kita menempati rumah atau gedung baru, guna memohon izin dan menetralisasi dari segala hal yang tidak diinginkan,” ungkapnya.

Harapannya, lanjutnya, agar penghuni selalu didekatkan dengan hal-hal yang baik dan terhindar dari keburukan. Sehingga dapat memanfaatkan dan memelihara gedung baru Fakultas Dharma duta dan Brahma Widya dengan semaksimal mungkin.

Menurut Tiwi, Buli Huma sebagai salah satu ritual yang mirip dengan Mlaspas diibaratkan sebagai kulit telur. Pada bagian kuning telurnya adalah teologi, sedangkan pada bagian putihnya adalah tata susila.

“Kulit telur satu dengan lainnya terlihat berbeda, namun pada esensinya adalah sama,” kata dia. Tiwi juga sempat menyinggung ritual Hindu Kaharingan yang menggunakan salah satu sarana berupa darah binatang. Hal ini pun mirip dengan sekte Bhairawa yang sempat berkembang pada beberapa abad silam. Hanya saja, apakah ritual-ritual Hindu Kaharingan juga dipengaruhi sekte tersebut atau justru memang memiliki sekte tersendiri, ia belum bisa menyimpulkan.

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI

Di sisi lain, ia berharap agar momentum Hari Ulang Tahun (HUT) Integrasi Kaharingan-Hindu ke-41 menguatkan pemahaman terhadap agama Hindu. Apalagi mengutip dari Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, M.A, bahwa Suku Dayak Kaharingan merupakan penganut Hindu zaman Weda. Sehingga ajaran yang diwariskan hingga kini sangat berharga karena bisa bertahan di tengah tantangan zaman.

Sementara itu, Dirjen Bimas Hindu, Dr. Tri Handoko Seto, S.Si., M.Sc selaku Keynote Speaker dalam webinar itu, berharap 41 tahun integrasi Kaharingan-Hindu tak sekadar integrasi semata. Melainkan Hindu Kaharingan diharapkan memunculkan teologi yang nantinya memperkaya teologi Hindu.

“Jangan sampai hal-hal yang dibahas dalam webinar ini hanya berhenti menjadi sebatas catatan webinar saja,” katanya.

Dengan berbagai tantangan yang dihadapi Hindu Kaharingan, menurutnya, diperlukan penguatan pemahaman terhadap agama Hindu. Sehingga Sumber Daya Manusia Hindu Kaharingan semakin meningkat kualitasnya. “Diperlukan tata pikir untuk menguatkan hal itu,” tegasnya.

Sedangkan Ketua PHDI Pusat Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya pada kesempatan itu menekankan pentingnya semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Ia juga mengajak seluruh umat agar memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Hindu dalam kehidupan sehari-hari.

Pria yang juga anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ini, mengingatkan adanya hukum Rta dan Karma Phala, agar umat selalu ingat kepada dharma agama dan dharma negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar