Senin, 30 November 2020

MISTERI ARYAKA DAN BUNGA LOTUS NAGAPUSPA DI ZAMAN BALI KUNO (BALI AGA)

 



Saya mulai mengungkap tentang keberadaan Aryaka (keturunan naga) di zaman Bali Aga di novel Haricatra Trilogi Kedua. Singkatnya, beberapa keluarga Bali Aga yang tinggal di kaldera Gunung Lesung-Sanghyang-Pohen adalah keturunan naga. Entah karena memang mereka menamai diri mereka keturunan naga atau memang secara denotatif mereka memiliki beberapa persen gen naga, saya belum meneliti sejauh itu.

Yang jelas, setiap manusia memiliki otak reptil di bagian bawah kelenjar pineal. Otak reptil ini mengontrol fungsi dasar tubuh dan naluri alamiah (hewani). Namun anehnya, otak reptil ini bisa memicu hormon tubuh sehingga tubuh bisa melakukan ‘penyembuhan diri sendiri’ apabila seseorang terkena infeksi atau serangan penyakit.

Para ahli yoga menggambarkan kelenjar pineal yang berkembang sebagai sebuah lotus yang mekar sempurna. Tatkala seseorang mampu melampaui keterikatan pada naluri dasarnya (kenikmatan lidah, perut dan kemaluan), maka kelenjar ini berkembang. Dalam Siva Samhita, sebuah kitab yoga yang terkenal, kelenjar pineal ini mengeluarkan cairan nektar yang disebut sebagai ‘bindu’ atau amerta (air keabadian). Apabila seseorang mengaktifkan kelenjar pineal-nya, maka air amerta ini akan menetes dari kelenjar pineal dan mengaktifkan fungsi sensori yang melampaui kemampuan manusia biasa.



Dahulu, menurut catatan babad yang samar-samar (bahkan mungkin sekarang sudah dilupakan), di zaman Bali kuno terdapat orang-orang yang memiliki fungsi kelenjar pineal yang mumpuni. Mereka disebut para Aryaka. Entah siapa yang menamai mereka Aryaka. Nama itu,—menurut sumber yang pernah saya baca—adalah nama salah satu klan naga kuno yang disebutkan dalam Mahabharata, bersama beberapa klan naga legendaris lain seperti Airavata, Sankhacuda, Taksaka, Vasuki dan Anantabhoga.


Apabila seseorang memiliki mata ketiga, dia bisa melihat perbedaan anak-anak keturunan Aryaka dan bocah-bocah biasa. Anak-anak Aryaka memiliki kening yang menyala di hari-hari tertentu, kemungkinan disebabkan oleh aktivitas kelenjar pineal mereka yang amat aktif. Karena itu, anak-anak Aryaka diburu pada masa lalu, dibantai dan diisap darahnya oleh para penganut ilmu hitam. 

Konon, hanya anak-anak Aryaka yang bisa melihat Lotus Nagapuspa,—lotus misterius yang tumbuh di atas batu dan mengeluarkan sari yang menyembuhkan segala penyakit. Raja Bali kuno, utamanya pada zaman Jayapangus, Masula-Masuli hingga Sri Tapolung (Astasura) merekrut beberapa Aryaka terpilih untuk menjadi penjaga Lotus Nagapuspa. Karena itu, kerajaan Bali amat sulit ditaklukkan.

Di wilayah Tamblingan sendiri, raja menghimpun para pembuat senjata, yang kini dikenal dengan nama klan Pande. Di Tamblingan sendiri ada beberapa klan pande yang terkenal, dan salah satunya adalah Pande Bangke Mong yang mampu membuat senjata beracun yang amat ampuh. Siapa pun yang terkena senjata itu akan langsung tewas dengan badan membusuk. Sungguh mengerikan.


Misteri para Aryaka rupanya menarik minat Majapahit untuk melakukan ekspedisi rahasia. Singkatnya, mereka berhasil menguasai Bali dengan terlebih dahulu menggempur Tamblingan. Sayang sekali, mereka tidak berhasil menemukan Nagapuspa. Demikian menurut cerita. 

Anak-anak Aryaka yang selamat kemudian diasingkan, lalu diambil kekuatannya oleh orang tua mereka. Ini yang dimaknai secara harfiah sebagai ‘nyilib wangsa’ ala Bali Aga. Padahal, tidak ada hirarki 'wangsa' pada zaman Bali kuno sebagaimana yang ada pada abad pertengahan. Nyilib wangsa’ secara harfiah berarti menyembunyikan identitas kebangsawanan seseorang agar tidak diserang oleh lawan. Namun, seapik apa pun seseorang menyembunyikan identitasnya, wajahnya tidak akan bisa disembunyikan (kecuali mereka operasi plastik). Nyatanya, nyilib wangsa pada zaman itu bisa jadi berarti ‘menyembunyikan kemampuan metafisik mereka dengan menghentikan aktivitas kelenjar pineal mereka yang memikat’.

Setelah kekuatan mereka dicabut, anak-anak Aryaka tidak lagi bisa melihat Nagapuspa. Namun karena mereka secara alami adalah keturunan naga, beberapa anak Aryaka hingga kini masih memiliki kemampuan metafisika yang khas, dan konon bisa melihat Nagapuspa di hutan-hutan gunung terpencil di Bali.

Sangat sulit menemukan keturunan Aryaka di zaman ini. Mereka disembunyikan sejak lahir. Jika seorang bayi ketahuan memiliki kelenjar pineal yang aktif, maka orang tua mereka cepat-cepat me-‘netral’-kannya agar cahaya di kening mereka itu tidak terdeteksi oleh orang-orang yang berniat jahat. Jika darah Aryaka sampai didapatkan, maka darah itu bisa melipatgandakan kekuatan sihir seseorang. Demikian menurut penuturan orang-orang tua.

Ada banyak peristiwa sejarah yang tidak dicatat dalam lembar sejarah,—atau malah sengaja disembunyikan dan dibuatkan versi yang lebih ‘aman. Barangkali Anda tidak percaya pada eksistensi para Aryaka. Ini wajar karena hal ini memang tidak pernah Anda dapatkan di pelajaran sejarah di sekolah. Jika Anda hanya mengandalkan buku-buku teks sejarah di sekolah, maka artikel ini saya kira kurang cocok buat Anda.

Semoga bermanfaat.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1801637783318766&id=100004176848490

Tidak ada komentar:

Posting Komentar