Cerita rakyat nusantara turun temurun bukan sekedar isapan jempol belaka, semua harus bisa di buktikan sendiri jangan hanya cuma percaya katanya
Warisan leluhur Jawa yg berupa kidung Macapat bukan hanya sekedar nyanyian anak negri yg tersisa, kidung tembang Macapat memiliki kekhususan di banding dg gending-gending yg lain.
Kidung Macapat semakin dasyat energi elektromagnetiknya apabila si
penembang pandai penguasaan teknik olah pernapasan tenaga dalam dan di
tambah komposisi penjiwaan sastra serta olah batin yg baik maka kidung
Macapat akan semakin memiliki daya adikodrati yg tak kasat mata.
Marilah kita berlatih membiasakan teknik olah pernapasan tenaga dalam sedikit demi sedikit dg maksud dan tujuan apabila kita suatu saat bersatu dg alam dalam keheningan kidung yg maha dasyat.
Contoh Kidung di bawah ini memiliki energi panah asmara buat anda semua silakan di coba
Dhuh wong manis rehne sira nini, wus diwasa katon, datan wurung ing tembe sira ngger, winengku mring priyanta sayekti, marma di pun bangkit, suwita ing kakung.
Mungguhe wong suwita mring laki, iku luwih abot, nora kena ngendhel-endhelke, warna rupa banda lawan asri, pawitane ati, rereh ririh ruruh.
Basa rereh satindhak den aris, satandhuk den alon, aja dumeh ngandhel lakine, lamun sira kuranga ngajeni, nuwuhaken tebih, ring katrisnan ipun.
Kapetik saking serat Panji
Hayu hayu jaya jaya wijaya
Rahayu mulyaning jagat
Pandi Nayuhan
CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI
“Megama Laku” Para Leluhur Nusantara
“Agem-ageman” (falsafah hidup) leluhur nusantara sejatinya “ngelakoni” / menjalankan hakikat budi pekerti yakni sujud bhakti dan bepasrah diri kehadapan Hyang Maha Bijaksana. Bukan “beragama filsafat” dimana ajaran-ajaran agama, ayat-ayat suci dibaca habis, dihafal tuntas, lalu diperdebatkan. Kalau sudah “debat” pastilah ada pihak yang memiliki pendapat berbeda yang menyatakan kebenaran pula. Sedangkan agama memiliki “kebenaran tunggal”. Bagaimana manusia yang fana ini bisa memperdebatkan kebenaran tunggal yang hakiki? kecuali mereka terbelenggu oleh pembenaran menurut mereka sendiri.
Urusan filsafat diserahkan kepada beliau para Maha Mpu, Maharesi yang telah mencapai level bijaksana, yang mampu memahami kebenaran hakiki dari ajaran agama. Masyarakat awam tinggal mengikuti kebijakan kebenaran para Danghyang dalam bentuk etika dan upacara.
Para leluhur beragama “bhakti” dan “berpasrah diri” bukan berarti “diam”. Mereka memuja seiring dengan nafas kehidupan, berdoa sejalan dengan langkah kakinya, bersujud senada dengan irama wacananya. Berpasrah diri dalam dharma untuk menunaikan “dharmaning kahuriapan” (kewajiban hidup).
Mereka bekerja dalam ketulusan, berkesenian dalam doa, berbudaya dalam pemujaan, serta berkarya sebagai ritual. Dengan selalu menjunjung prinsip hidup dalam keharmonisan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Ida Betara.
Memuja Hyang Esa dalam bentuk paling sederhana untuk dipahami, yang terdekat dengan dirinya dan lekat dengan pekerjaannya.
Menstanakan Hyang Maha Bijak diantara patung patung, pretima, pelawatan, kober - kober, tedung – tedung suci, senjata nawa dewata.
Memuja Hyang Maha Suci di atas dasa aksara, rerajahan, warna-warna, bunga-bunga, buah-buahan, banten – banten, batu-batu, api, air, daun-daunan.
Memuliakan Hyang Maha Agung dalam rangkaian nada gambelan, kidung suci, dan tandang tangkep tari wali.
Sujud kepada Hyang Maha Acintya dalam semilir wangi asep menyan majegau cendana, dan di setiap molekul air “tirtha wangsuhpada”, sebagai simbol kedekatan rasa di dalam upaya menghaluskan budi.
Begitulah leluhur nusantara… mereka adalah penganut “agama laku” yang senantiasa berkarya dan memuja tanpa pernah terikat pada hasil dari apa yang dilakoni.
#BudiPekertiLeluhurNusantara #GamaLakuNgelakoni kanduksupatra.blogspot.com
Energi = Hidup
Hukum kekekalan energi:
energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari satu bentuk kebentuk lain.
Hukum kekekalan energi adalah hukum kehidupan / hukum URIP.
URIP /hidup tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan hanya dapat berubah dari satu kehidupan ke kehidupan yang lain dalam waktu yang berbeda dan dalam bentuk yg berbeda.
Seperti halnya salah satu siklus energi ini:
Energi Panas matahari memanasi air laut sehingga menguap dan berkumpul jadi awan, awan yg tertiup angin kedarat jatuh sebagai hujan. Awan memiliki E. potensial ketika jatuh sebagai hujan punya E. Kinetik yg kemudian air mengalir bergerak disungai (E. Gerak/ mekanik). Air kemudian memutar turbin pembangkit tenaga listrik mengahasilkan E. Listrik. E.Listrik menyalakan lampu, menghasilkan E. Cahaya dan E. Panas.
*dlm siklus ini E. Panas kembali ke E. Panas setelah melalui berbagai macam perubahan.
Begitu pula dengan Urip/Hidup/Roh/Sukma selalu tetap ada walaupun badan / wadag/ wadahnya rusak /mati.
Urip/Hidup/Roh/Sukma akan mencari kurungan/ wadah/badan baru sesuai dengan frekuensi dan vibrasinya.
Inilah reinkarnasi / peristiwa nitis / titis manitis sehingga hukum karma / hukum perbuatan selalu menghasilkan buahnya.
Sapa gawe bakal nganggo, sapa nandur bakal ngunduh.
Siapa yg menanam pasti menuai.
Kalau tidak menuai dihidup yg sekarang pasti menuai dikehidupan selanjutnya.
Hidup itu kekal seperti energi juga kekal
sehingga:
Hidup = Urip = Roh = Energi.
URIP /hidup tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan hanya dapat berubah dari satu kehidupan ke kehidupan yang lain dalam waktu yang berbeda dan dalam bentuk yg berbeda.
Seperti halnya salah satu siklus energi ini:
Energi Panas matahari memanasi air laut sehingga menguap dan berkumpul jadi awan, awan yg tertiup angin kedarat jatuh sebagai hujan. Awan memiliki E. potensial ketika jatuh sebagai hujan punya E. Kinetik yg kemudian air mengalir bergerak disungai (E. Gerak/ mekanik). Air kemudian memutar turbin pembangkit tenaga listrik mengahasilkan E. Listrik. E.Listrik menyalakan lampu, menghasilkan E. Cahaya dan E. Panas.
*dlm siklus ini E. Panas kembali ke E. Panas setelah melalui berbagai macam perubahan.
Begitu pula dengan Urip/Hidup/Roh/Sukma selalu tetap ada walaupun badan / wadag/ wadahnya rusak /mati.
Urip/Hidup/Roh/Sukma akan mencari kurungan/ wadah/badan baru sesuai dengan frekuensi dan vibrasinya.
Inilah reinkarnasi / peristiwa nitis / titis manitis sehingga hukum karma / hukum perbuatan selalu menghasilkan buahnya.
Sapa gawe bakal nganggo, sapa nandur bakal ngunduh.
Siapa yg menanam pasti menuai.
Kalau tidak menuai dihidup yg sekarang pasti menuai dikehidupan selanjutnya.
Hidup itu kekal seperti energi juga kekal
sehingga:
Hidup = Urip = Roh = Energi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar