Pemilihan
Tanah Pekarangan.
Tanah yang
dipilih untuk lokasi membangun perumahan diusahakan tanah yang miring ke timur
atau miring ke utara, pelemahan datar (asah), pelemahan inang, pelemahan marubu
lalah(berbau pedas).
DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI
DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI
Tanah yang
patut dihindari sebagai tanah lokasi membangun perumahan adalah :
karang
karubuhan (tumbak rurung/ jalan),
karang
sandang lawe (pintu keluar berpapasan dengan persimpangan jalan),
karang
sulanyapi (karang yang dilingkari oleh lorong (jalan)
karang buta
kabanda (karang yang diapit lorong/ jalan),
karang teledu
nginyah (karang tumbak tukad),
karang gerah
(karang di hulu Kahyangan),
karang
tenget,
karang buta
salah wetu,
karang boros
wong (dua pintu masuk berdampingan sama tinggi),
karang suduk
angga, karang manyeleking dan yang paling buruk adalah
tanah yang
berwarna hitam- legam, berbau "bengualid" (busuk)
Tanah- tanah
yang tidak baik (ala) tersebut di atas, dapat difungsikan sebagai lokasi
membangun perumahan jikalau disertai dengan upacara/ upakara agama yang
ditentukan, serta dibuatkan palinggih yang dilengkapi dengan upacara/ upakara
pamarisuda.
Perumahan
Dengan Pekarangan Sempit, bertingkat dan Rumah Susun.
Pekarangan
Sempit.
Dengan
sempitnya pekarangan, penataan pekarangan sesuai dengan ketentuan Asta Bumi
sulit dilakukan. Untuk itu jiwa konsepsi Tri Mandala sejauh mungkin hendaknya
tercermin (tempat pemujaan, bangunan perumahan, tempat pembuangan (alam bhuta).
Karena
keterbatasan pekarangan tempat pemujaan diatur sesuai konsep tersebut di atas
dengan membuat tempat pemujaan minimal Kemulan/ Rong Tiga atau Padma, Penunggun
Karang dan Natar.
Rumah
Bertingkat.
Untuk rumah
bertingkat bila tidak memungkinkan membangun tempat pemujaan di hulu halaman
bawah boleh membuat tempat pemujaan di bagian hulu lantai teratas.
Rumah Susun.
Untuk rumah
Susun tinggi langit- langit setidak- tidaknya setinggi orang ditambah 12 jari.
Tempat pemujaan berbentuk pelangkiran ditempatkan di bagian hulu ruangan.
Dewasa
Membangun Rumah.
Dewasa
Ngeruwak:
Wewaran :
Beteng, Soma, Buda, Wraspati, Sukra, Tulus, Dadi.
Sasih: Kasa,
Ketiga, Kapat, Kedasa.
Nasarin:
Watek: Watu.
Wewaran:
Beteng, soma, Budha, Wraspati, Sukra, was, tulus, dadi,
Sasih: Kasa,
Katiga, Kapat, Kalima. Kanem.
Nguwangun
Wewaran:
Beteng, Soma, Budha, Wraspati, Sukra, tulus, dadi.
Mengatapi
Wewaran :
Beteng, was, soma, Budha, Wraspati, Sukra, tulus, dadi.
Dewasa ala :
geni Rawana, Lebur awu, geni murub, dan lain- lainnya.
Memakuh/
Melaspas
Wewaran :
Beteng, soma, Budha. Wraspati, Sukra, tulus, dadi.
Sasih :
Kasa, Katiga, Kapat, Kadasa.
Upacara
Membangun Rumah.
Upacara
Nyapuh sawah dan tegal.
Apabila ada
tanah sawah atau tegal dipakai untuk tempat tinggal.
Jenis
upakara : paling kecil adalah tipat dampulan, sanggah cucuk, daksina l, ketupat
kelanan, nasi ireng, mabe bawang jae.
Setelah
"Angrubah sawah" dilaksanakan asakap- sakap dengan upakara Sanggar
Tutuan, suci asoroh genep, guling itik, sesayut pengambeyan, pengulapan, peras
panyeneng, sodan penebasan, gelar sanga sega agung l, taluh 3, kelapa 3, benang
+ pipis.
Upacara
pangruwak bhuwana dan nyukat karang, nanem dasar wewangunan.
Upakaranya
ngeruwak bhuwana adalah sata/ ayam berumbun, penek sega manca warna.
Upakara
Nanem dasar: pabeakaonan, isuh- isuh, tepung tawar, lis, prayascita, tepung
bang, tumpeng bang, tumpeng gede, ayam panggang tetebus, canang geti- geti.
Upakara
Pemelaspas.
Upakaranya :
jerimpen l dulang, tumpeng putih kuning, ikan ayam putih siungan, ikan ayam
putih tulus, pengambeyan l, sesayut, prayascita, sesayut durmengala, ikan ati,
ikan bawang jae, sesayut Sidhakarya, telur itik, ayam sudhamala, peras lis,
uang 225 kepeng, jerimpen, daksina l, ketupat l kelan, canang 2 tanding dengan
uang II kepeng.
Oleh karena
situasi dan kondisi di suatu tempat berbeda, maka upacara dan upakara tersebut
di atas disesuaikan
dengan
kondisi setempat
(karang yang dilingkari oleh lorong (jalan)
BalasHapuskarang buta kabanda (karang yang diapit lorong/ jalan),
Napi Nike artine jro
Hapus