Minggu, 06 September 2015

tiga cara untuk menuju Moksa




Menurut ajaran Waisnawa ada tiga cara untuk menuju Moksa, yaitu Karma Marga, Bhati Marga dan Jnana Marga (Phalgunadi, 2006; 34). Dan harus berguru pada Yogi putus
.
Sejatinya pemujaan terhadap Wisnu sebagai pencipta dan pelindung alam semesta ini telah dikenal sejak Weda pertama diturunkan sekitar 6000 tahun Sebelum Masehi.
Reg Weda Sukta….. menyebutkan:
a. Ato Dewa awantu no yato Wisnurwicakrame perthiwyah sapta dhamabhih
b. Idam Wisnurwi cakrame tredha ni dadhe padam, samuhlamasya pamsure
c. Trini pada cakrame Wisnurgopa adabhya, ato dharmani dharayan
d. Wisnoh karmani pasyata yato wratani paspace Indrasya yujyah sakta
e. Tad Wisnoh param sada pacyanti surayah, diwiwa caksuratatam
f. Tad wipraso wipanyawo jagrwamsah samindhate. Wisnoryat parama padam
.
Artinya:
a. Semoga dewa-dewa mengasihi kami dari jauh, (dari) tempat Wisnu di alam (rohani) lapisan ke tujuh
b. Dari AlamNya Wisnu berjalan, kakiNya diayunkan, dan terciptalah Alam Ciptaan ini dari debu-debu kakiNya
c. Wisnu, sang pengawal, dia tidak pernah berbohong, dengan melangkah tiga langkah, Dia melaksanakan kekuasaan-Nya yang amat tinggi.
d. Lihatlah karya Wisnu, dengan demikian kawan dekat Indra itu, telah memperlihatkan karya suciNya
e. Para pemuja pandanglah terus tempat yang maha tinggi, tempat Wisnu, lihatlah seolah-olah dari mata langit (mata ketiga).
f. Inilah Singgasana Wisnu, yang Agung, para penyanyi selalu awas, pencipta nyanyian suci memuliakanNya.
.
Dari (mantra) doa pujaan ini dapat dimaknai:
• Singgasana Wisnu yang Agung ini ada di Alam tertinggi, Alam Rohani lapis ke tujuh (langit lapis ke tujuh); yaitu Satya Loka (Wilayah Kebenaran Sejati).
• Dari Alam Abadi, Wisnu datang, dan dengan mengayunkan kakinya melangkah 3 (tiga) langkah Dia menciptakan Tri Loka dan Alam Semesta ini dengan debu-debu kakinya.
• Wisnu adalah Kebenaran Sejati, kawan dekat Indra, menunjukan (menciptakan) kekuasaan Maha Suci dan tertinggiNya; sebagai Pencipta, Pemelihara dan Pemralina.
• Para pemujanya dapat melihat, mendengarkannya dengan cara memusatkan perhatian terus pada yang bagaikan “Mata Langit” (mata ketiga/ batin), dengan cara selalu awas (jaga, tidak tertidur; mencapai Samadhi) dan pasti dimuliakan oleh Sang pencipta Sabda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar