Kamis, 14 April 2022

Tata cara metuakan atau minum arak dalam adat Bali

 



Apa bila minum Satu seloki itu menyehatkan, disebut dengan nama
1. “Eka Padma Sari”. Padma Sari itu artinya sarinya bunga.
2. Bila minum Dua seloki itu di sebut Dwi Martani artinya menggembirakan dan menghibur sehingga disebut Dwi Martani dan martani berarti menghibur.
3. Jika minum Tiga seloki itu disebut Tri Kawula Busana. Tiga seloki menaikkan rasa percaya diri. Jadi seperti kawula yang diberi penampilan yang indah sehingga menjadi percaya diri dan tidak minder. Di sinilah sebetulnya batas toleransinya. Sampai disini minum harus dihentikan.
4. Tetapi kalau empat seloki ini disebut Catur Wanara Rukem. Sebab seloki keempat sudah mulai berpengaruh buruk, mulai kehilangan kendali diri. Dalam naskah yang disebut “Catur Wanara Rukem”, atau setelah meminum seloki ke empat itu perilaku si peminum jadi seperti monyet berebut buah.
5. Bila sampai lima seloki ini disebut Panca Sura panggah. ”. Sudah tidak ada rasa malu dan takut.
6. Bila sampai enam seloki ini di sebut "Sad Guna Wiweka. ”, sudah selalu curiga dan gampang salah paham.
7. Bila sampai tujuh seloki ini disebut "Sapta Kukila Warsa." yang artinya burung kehujanan yang mulai meracau.
,8. Bila sampai delapan seloki ini disebut "Asta Kacara cara". yang artinya sudah mulai berbicara sembarangan tanpa ujung pangkal.
9. Bila sampai sembilan seloki ini disebut " Nawa Wagra Lupa.”, yang artinya macan lunglai setelah muntah-muntah, dan
10. Bila sampai sepuluh gelas ini disebut" Dasa Buta Mati.” atau bangkai raksasa. Raksasa tergeletak
Dari penyebutan atau penamaan istilah batas seloki itu maka bisa dipahami bahwa arak atau tuak seharusnya diminum dalam batas-batas tertentu. Minumlah sewajarnya saja, jangan sampai berlebihan. Kalau bisa dibatasi dengan baik maka hal tersebut justru bisa untuk kesehatan, kegembiraan, dan penghiburan yang pas.
Matur Sukseme. Dumugi bermanfaat

RAINAN SOMA RIBEK

 


Soma ribek merupakan rerainan pertama pada Wuku Shinta. Soma ribek jatuh pada hari Senin (Soma) Pon Wuku Sinta. Pada hari ini umat Hindu kepada Bethari Sri Amerta. Tuhan dalam manifestasinya memberikan kemakmuran kepada umat manusia.
Dalam lontar Sundarigama disebutkan :
"Wuku Sinta, Soma Pon ngaran Soma Ribek. Mangereti ring Sanghyang Tri Murti ungguan ring lumbung, parhyangan, widi widane nyanyah geringsing"
Artinya :
"Soma Pon disebut juga Soma Ribek. Hari pujawali Hyang Sri Amerta. Tempat bersemayamnya adalah di lumbung"
Pada hari ini umat Hindu mengadakan selamatan terhadap padi di lumbung, beras di pulu. Adapun sarana yang dipakai adalah nyanyah geti geti, geringsing, pisang mas serta bunga bunga yang harum.
Pada hari ini ada juga sejumlah pantangan seperti yang disebutkan dalam lontar Sundarigama:
"Ikang wang tan wenang anumbuk pari, angadol beras, katemah dening Bhatara Sri. Pakenania wenang ngatusti Sang Hyang Tri Pramana. Angisep sari tattwa adnyana, aje aturu ring rahina"

" Pada saat Soma Ribek orang orang tidak diperkenankan menumbuk padi, menjual beras,karena jika dilanggar akan dikutuk Bethara Sri. Pada hari ini juga tidak diperkenankan tidur siang"
Hal tersebut dikarenakan pada hari ini merupakan payogan Sang Hyang Pramesti Guru. Beliau melakukan yoga pada siang hari. Sehingga untuk menghormati yoga beliau, umat diharapkan untuk tidak tidur siang. Kita diharapkan untuk melakukan pemujaan kepada Sang Hyang Tri Pramana serta mempelajari atau memetik sari tattwa adnyana atau intisari dari ajaran kebenaran.
Soma Ribek merupakan peringatan hari pangan bagi masyarakat Bali. Karena pada hari ini kita diharapkan bisa menjaga kelestarian sumber sumber pangan. Baik sumber pangan padi maupun buah buahan. Pantangan menumbuk padi, menjual padi atau beras maupun memetik buah buahan merupakan wukud penghormatan kita kepada Dewi Sri.

KINARA - KINARI LAMBANG KESETIAAN & KEABADIAN CINTA.....

 



Kinara-Kinari adalah Makhluk surgawi berwujud setengah Manusia setengah burung dlm Mitologi Hindu-Budha. Mereka piawai bersyair, menari dan memainkan musik untuk menghibur Dewa" Di Kahyangan. Selain itu Kinara-Kinari jg bertugas sebagai penjaga Kalpataru ( salah satu pohon suci di Surga Dewa Indra). Mitologi Kinara-Kinari banyak muncul di Asia Tenggara, diantaranya Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Indonesia. Banyak hiasan dinding Relief" Candi yg menggambarkan Kinara-Kinari, diantaranya Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Prambanan, Candi Sewu dan Candi Sari.
Berdasarkan Mitologi Hindu-Budha Kinara-Kinari di percaya merupakan lambang kesetiaan & keanadian Cinta. Yang di gambarkan berupa dua pasang burung surgawi yg tak terpisahkan, hidup berpasangan, di bawah naungan pohon suci Kalpataru....

Banten Ayaban Tumpeng 11

 


Banten Ayaban Tumpeng 11 antara lain:
1. Banten Peras: 2 tumpeng
2. Banten Pengambian: 2 tumpeng
3. Banten Dapetan: 1 tumpeng
4. Banten Guru: 1 tumpeng
5. Banten Penyeneng: 3 tumpeng
6. Banten Pengiring (2 soroh): 1 tumpeng
7. Banten Gebogan.
8. Banten Sesayut.
9. Banten Rayunan.
10. Banten Teterag.
11. Jerimpen
Makna
1. Banten Peras
Kata “Peras” berarti “Sah” atau “Resmi”, dengan demikian penggunaan banten “Peras” bertujuan untuk mengesahkan dan atau meresmikan suatu upacara yang telah diselenggarakan secara lahir bathin.
2. Banten Pengambean
Pengambean berasal dari akar kata “Ngambe” berarti memanggil atau memohon. Banten Pengambeyan mengandung makna simbolis memohon karunia Sang Hyang Widhi dan para leluhur. Sehingga memunculkan makna untuk memohon tuntunan dan bimbingan hidup agar diarahkan dan diberikan penyinaran demi kehidupan yang lebih berkualitas.



3. Banten Dapetan
Banten dapetan disimbolkan sebagai wujud permohonan kehadapan Sang Hyang Widhi agar dikaruniai atau dikembalikan kekuatan Tri Pramana termasuk kekuatan Tri Bhuwananya.
4. Banten Guru
Banten Guru ini sebagai lambang untuk memohon persaksian dari Tuhan sebagai Siwa Guru.
5. Banten Penyeneng
Penyeneng memiliki makna permohonan kehadapan Sang Hyang Widhi, agar dianugerahi kehidupan baik untuk bhuwana agung dan bhuwana alit dalam keseimbangan/keselarasannya. Banten penyeneng ini berfungsi untuk mendudukan atau menstanakan Ida Sang Hyang Widhi Wtempat yang telah disediakan.
Selain itu Banten Penyeneng sebagai lambang konsep hidup yang berkeseimbangan, dinamis dan produktif
6. Banten Pengiring
Banten pengiring adalah sesajen yang alasnya adalah sebuah taledan/tamas, kemudian secara berturut-turut diisi pisang, buah-buahan, tebi, kue, dua buah tumpeng, sampian tangga dan canang genten.
7. Banten Gebogan
Gebogan merupakan simbol persembahan dan rasa syukur pada Tuhan/Hyang Widhi. Gebogan atau juga disebut Pajegan adalah suatu bentuk persembahan berupa susunan dan rangkaian buah buahan dan bunga.
8. Banten Sesayut
Banten sesayut berasal dari kata “sayut” atau “nyayut” dapat diartikan mempersilakan atau mensthanakan, karena sayut disimbulkan sebagai lingga dari Ista Dewata, sakti dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
9. Banten Rayunan
Rayunan juga sering disebut sebagai Ajuman/Sodan/Ajengan, yang mana dipergunakan tersendiri sebagai persembahan ataupun melengkapi daksina suci dan lain-lain.
10. Banten Teterag
Banten Teterag merupakan banten yang digunakan dalam upakara Yadnya dan difungsikan sebagai bentuk penyucian buana agung dan buana alit.
11. Jerimpen
Banten jerimpen adalah merupakan simbol permohonan kehadapan Tuhan beserta manifestasiNya (Asta Aiswarya) jerimpen selalu dibuat dua buah dan ditempatkan di samping kanan dan kiri dari banten lainnya, memakai sampyan windha (jit kokokan), windha berasal dari kata windhu yang artinya suniya, dan suniya diartikan Sang Hyang Widhi. Dua buah jerimpen mengandung maksud dan makna sebagai simbol lahiriah dan bathiniah.




Otonan alit I

 



Pejati surya
Ayaban tumpeng 11
Sesayut: pebersihan, sambutan, pageh urip
Soda putih kuning untuk Sang dumadi
Pengresik: beakala n prasita
Ring dapur
Ayaban tumpeng 5
Ring mrajan
Ayaban tumpeng 7
Tumpeng 5 :
Peras sodan
Pengambean
Sayut
Dapetan
Tumpeng 7:
Peras sodan
Pengambean
Sayut
Guru
Dapetan 2
Tumpeng 11
Peras sodan
Pengambean
Guru
Sayut
Penyeneng
Dapetan 2
Pengiring




Yoganing pagerwsi

 



Pada tataran Upakara, Dresta perayaan Pagerwesi telah demikian jelas, kadang berbeda, Sundari Gama misalkan masih menjadi rujukan sahih disetiap perayaan "Rahinan jagat", termasuk buda kaliwon sinta, pagerwsi
Lalu pada peraktik agama kedalam, antaryaga upasana, setiap rahinan jagat sepatutnya diiringi ritual peribadi, berupa tapa, brata, yoga samadhi.
Misalkan tradisi nyaraswati, yang patut dilaksanakan dengan Brata saraswati, misalkan tidak boleh membaca menulis, selama beliau "katur piodalan" lalu ada brata asucilaksana ( membersihkan diri) dsbgnya.
Saat magerwsi pun sepatutnya ada peraktik bhatin kedalam yg sebaiknya dilakukan, agar rahinan ini bukan hanya perayaan keluar sajah, yang riuh ramai.
Teks Aksara tattwa menyebut aksara suci yang patut direnungkan sebagai olah bhatin saat "nangken buda kaliwon" berupa aksara Ongkara Jarimpen yang dipusatkan pada tungtunging pangaton (ujung pusat pengelihatan). Yoga ini menghadirkan "pagehing idep" pikiran kokoh.
Lalu ada brata penting yang juga patut dilakukan berupa Balahara ( memakan makanan khusus), istilahnya Brata Mandawa. Dilakukan dengan memakan nasi dari beras limawarana.




Beakala

 



Sidi
Kulit sayut
Kulit peras dr pandan medui
Raka
Nasi metimpuh metajuh
Kojong rasmen
Ceper: misi taluh matah,
peselan, sesabet, 2
takir yi 1 tepung tawar
n beras kuning
Takir 2 misi 2 pis
bolong benang barak.
Peselan yi 3 don dadap,
1 base, seet mimang,
don selasih, padang
lepas digulung iket dg
benang barak.
Peras tulung payasan pesucian
Payuk pere padma
Sampyan nagasari endong
Penyeneng endong
Lis endong