Kamis, 27 Agustus 2015

Prayascita luwih







Jenis Prayascita :

Prayascita Cenik
Prayascita Gede

Prayascita Kawi
Prayascita Luwih

Prayascita Cenik : 

kulit sayut, nasin sodan, raka, isuh-isuh benang putih/tebus, peselan padang lepas (rumput digulung dengan don dadap diikat benang tebus) , pere padma, taluh siap matah, lis prayascita, penyeneng, sampyan nagasari

Prayascita Gede : = prasita cenik hanya lebih besar/rakanya lebih besar 

Prayascita Kawi :

 kulit sayut, beras benang porosan kulit peras, raka, nasin sodan, kojong rasmen, 5 tulung sangkur, 5 tipat gelatik, 5 untek besar / nasin peras, 5 kuangen n 5 peselan ( puring, don cemara, don nagasari dibungkus don endong diikat benang tebus), isuh-isuh (2 takir yang 1 diisi takir misi dadap n benang tebus satu lagi diisi beras keduanya dimasukkan plastik), peselan padang lepas (rumput digulung dengan don dadap diikat benang tebus) , pere padma, taluh siap matah,takir daun segar diisi beras kuning n peselan, bungkak gading, sampyan nagasari, penyeneng/teterag, lis prasita.

Prayascita Luwih : 

kulit sayut, beras benang porosan kulit peras, nasin sodan, tulung prasita (tamas busung dijahiti tangga menek ujungnya diisi kepet, raka, tumpeng, kojong rasmen, ….), raka, kojong rasmen, 11 tulung sangkur, 11 tipat gelatik, 11 untek besar/nasin peras, 11 kuangen n 11 peselan ( puring, don cemara, don nagasari dibungkus don endong diikat benang tebus), isuh-isuh (2 takir yang 1 diisi takir misi dadap n benang tebus satu lagi diisi beras keduanya dimasukkan plastik), peselan padang lepas (rumput digulung dengan don dadap diikat benang tebus) , pere padma, taluh siap matah, takir daun segar diisi beras kuning n peselan,  bungkak gading, sampyan nagasari, penyeneng/teterag, lis prasita, tambahkan 5 peselan untuk ida nak lingsir ngarga tirta

Peselan : puring, cemara, daun nagasari semua digulung daun endong diikat benang tebus


Prasita luwih
Kulit sayut, 2 kulit peras, raka, kojong rasmen
Tulung agung isi tumpeng 1 n raka, sampyan nagasari
Nasi peras 11
Kulit peras 11 bundar diganti 2 aja
Tulung sangkur 11 isi nasi
Tipat gelatik 11 isi nasi
Kuangen 11 +11 peselan (don endong, cemara, puring, don nagasari dikat benang tebus)
Daksina 1
Peras tulung, payasan
Peselan don dadap misi seet mimang, padang kasna, ikat dengan benang tebus
Payuk pere n Padma
Bungkak gading, sampyan jit goak
Lis prayascita
Teterag
sampyan nagasari 
dulang
tamas hias megelenter
kepet di puncaknya/teterag besar n cantik

kuangen
daksina
bungkak gading
jempere
isuh-isuh (takir misiberas, takir misi sisiran don dapdap n benang,





Selasa, 25 Agustus 2015

BHUTA KALA







Kata Bhuta berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata ”bhu”, yang artinya ; menjadi, ada, makhluk dan berwujud.
Sedangkan Kala berarti ; kekuatan atau energi. Bhuta Kala dapat diartikan makhluk / wujud dari kekuatan yang ada. Wujud kekuatan yg maha dasyat tsb perlu dinetralisir dan diharmoniskan dengan melaksanakan upacara 'Bhuta Yadnya', demi tercapainya keseimbangan dan keharmonisan hidup manusia. Upacara Bhuta Yadnya ini bertujuan agar alam semesta beserta isinya tetap dalam keadaan harmonis & sempurna, baik secara niskala maupun niskala ••

KETUHANAN DAN KLAIM ISME

KETUHANAN DAN KLAIM ISME
Kenapa manusia tidak bisa melihat TUHAN?...
secara kasat mata/mata fisik manusia tidak mampu melihat Tuhan................
.jika manusia disejajarkan dengan tuhan, maka manusia tak beda dengan orang buta.dan tuli.......orang buta tidak bisa melihat apapun, meskipun didepannya ada bermacam macam wujud/wajah,nama dan jenis benda, ...
dan orang tuli juga tidak bisa mendengar suara apapun.... seperti itulah manusia dihadapan Tuhan....
orang buta dan tuli apa mungkin bisa memahami terdadap sesuatu yg berdiri didepannya?...bagaimana jika 10 orang buta dan tuli berdebat tentang gajah yg berwujud yg berdiri didepannya, yg mereka sama sekali tidak tau bagaimana rupa gajah dan suara gajah karena mereka ber 10 itu buta dan tuli...
selama ini manusia tak beda dengan 10 manusia buta dan tuli itu yg berdebat tentang TUHAN yg sesungguhnya mereka sama sekali tidak pernah ia lihat.... tetapi dengan egonya ia menyampaikan kebenarannnya sendiri dan menyalahkan kebenaran yg lain yg sesungguhnya juga mereka sama sama buta tuli.....
Orang yg ingin bertemu TUHAN syarat pertamanyanya harus melek dan tidak tuli..melek yg dimaksud disini adalah melek secara SPIRITUAL..Tuhan tidak bisa dimengerti dengan mata fisik, tetapi harus dengan mata dan telinga SPIRITUAL/secara jiwa rohani...
untuk bertemu ,melihat dan mendengar TUHAN..... manusia harus mampu menyamakan FREKWENSI spiritualnya........ibarat glombang dan frekwensi TV, tidak akan muncul siaran yg pas jika tidak ketemu pada gelombang dan frekwensi yg sama dan sesuai.
dan syarat yg KEDUa .untuk bertemu TUHAN..yaitu, harus tahu siapa nama nya yg di sebutkan/ atau diberi sebutan.....
syarat yg ketiga... harus TAHU alamat yg jelas dan pasti serta lewat jalan mana seperti apa dan dengan cara apa melalui mana mencapai ..kondisi dan sifat tempat yg sesungguhnya.
syarat yg ke EMPAT agar tidak salah .. harus tahu wajah atau wujud dari TUHAN secara spiritual...
Ibarat seorang asing yg berkunjung menemui seseorang yg belum pernah dikenalnya....meskipun ia tahu nama, tahu tempat tingglnya, alamatnya... tetapi tidak tahu bagaimana wajahnya /gambaran tentang bentuk wujud orang yg dicari maka bisa bisa salah, karena banyak orang yg punya nama sama dengan alamat yg sama juga..maka identitas wajah/wujud akan mempermudah dan mempercepat untuk ketemu yg dicari..
Syarat yg kelima harus tahu Gambaran tentang sifat sifat Tuhan yg sesungguhnya dan alam yg ditempatinya, Sifat Tuhan adalah esa dan tanpa keterikatan, mendiami alam kedamaian.alam kebebasan.. tidak berwujud fisik tetapi memiliki wujud secara spiritual rohani....beliau bersifat KOSONG TETAPI BERISI....dan TANPA DUALITAS...
maka jika tidak melalui 5 kreteria jalan diatas, jangan harap bisa ketemu tuhan yg sesungguhnya....jangan jangan manusia hanya ketemu TUHAN KW 1 KW2 dan seterusnya yg selanjutnya diperdebatkan, di klaim dan dipertentangkan hingga ketentraman bumi diadu domba oleh Tuhan KW seperti Itu...sehingga memunculkan kekerasan dan kekejjaman, konversi dan penaklukan, penistaan dan perendahan sesama umat manusia.......RAHAYU

jual banten keperluan upakara

Dagang Banten Bali


Melayani pembuatan aneka banten untuk upacara \hindu Bali
piodalan
pawiwahan
otonan
tiga bulanan


Melayani aneka Upacara
Ngelangkir
Menikah
Ngaben

hubungi via WA, Telp atau sms
0882 - 9209 - 6763
0896-0952-7771

Telp
0361 - 464096

alamat
jl Gandapura Gg 1c No1 Kesiman Kertalangu
dan
jl sedap malam 117a kebon kuri
Denpasar

Pesan Via Facebook Klik Disini

Senin, 24 Agustus 2015

air Tirtha Empul berasal dari sari rembesan 1800




Dalam Usana Bali diceritakan bahwa air Tirtha Empul berasal dari sari rembesan 1800 gunung diseluruh dunia. Awal terjadinya sumber air tirtha empul pada abad VI, pada masa jayanya Raja Maya Denawa, dimana fungsi pertamanya guna menyembuhkan dan menghidupkan pasukan Bhatara Indra dari penyakit yang disebar oleh Raja Maya Dewnawa.Selanjutnya pada tahun 962 masehi atau tahun caka 884, oleh keturunan Sri Kesari Warmadewa yaitu Candrabaya Singa Warmadewa dibangunlah tempat pengelukatan dengan 33 buah pancuran. Namun akibat gempa yang sangat dahyat beberapa pancuran tidak diketemukan dan sampai saat ini yang masih berfungsi 22 buah pancuran, terbagai menjadi 3 kelompok:
1. Tirtha Pembersihan (14 pancuran):
1.1. Tirtha Bepergian Jauh, (auranya-putih ; energi ; rasa aman)
1.2. Tirtha Penyakit Kulit, (auranya–merah kekuningan ; energi-belerang)
1.3. Tirtha Ketenangan Jiwa, (auranya-bening ; energi-dingin seperti salju), baik untuk mengatasi stres, gangguan ingatan.
1.4. Tirtha Rematik, (auranya-merah terang ; energi-hangat), baik untuk rematik, asam urat, kekakuan otor, alergi
1.5. Tirtha Gigi, (auranya-pancawarna ; energi-ngilu), baik untuk sakit gigi, tirtha untuk potong gigi, gangguan ilmu hitam
1.6. Tirtha Sakit Tulang, (auranya-lembayung ; energi-hangat dalam tulang), baik untuk gangguan pada tulang, pertumbuhan tulang
1.7. Tirtha Asmara, (auranya-merah muda ; energi-kebahagiaan), baik untuk meningkatkan rasa cinta kasih dalam keluarga, perjodohan
1.8. Tirtha Ketenangan Emosi, (auranya-bening ; energi-dingin menyengat), baik untuk meredam amarah/emosi.
1.9. Tirtha Penyakit Saluran Nafas, (auranya-biru kehijauan ; energi segar), baik untuk batuk, pilek, amandel, asma.
1.10. Tirtha Rambut, (auranya-putih kekuningan ; energi-rasa tebal dikepala), baik untuk menyubutkan rambut, kerontokan, gatal-gatal dikepala.
1.11. Tirtha Pengentas I, (auranya-putih kekuningan), bagi jasadnya masih ada
1.12. Tirtha Pengentas II, (auranta-putih), bagi jasadnya sudah tidak ada
1.13. Tirtha Merta, (auranya-kuning emas ; energi-menyejukan), baik untuk melapangkan rejeki, kesuburan tanah pertanian, karier, kharisma, kesucian tempat usaha
1.14. Tirtha Sudamala, (auranya-putih cemerlang ; energi-manis madu), baik untuk menyucikan jasmani/rohani, memperkuat kundalini, memperlancar sistem pembuluh darah, autis, ngompol, meningkatkan spiritual.
2. Tirtha Pelebur Kutukan dan Sumpah (2 pancuran):
2.1. Tirtha Pelebur Kutukan, (auranya-kuning kebiruan ; energi-sejuk dikepala)
2.2. Tirtha Pelebur Sumpah/Cor, (auranya-kuning keputihan ; energi-idem)
3. Tirtha Penyakit Berat dan Tirtha Upakara (6 pancuran):
3.1. Tirtha Gering, (auranya-panca warna ; energi-merinding/ketakutan), baik untuk melebur kekotoran dalam diri, penetralitas energi negatif, menghilangkan sifar angkara murka, membersihkan aura luar dan dalam, memperoleh keturunan, penyembuhan penyakit berat spt. kanker, infeksi
3.2. Tirtha Leteh, (energi-kulit terasa mengelupas), baik untuk peleburan leteh/sebel/cuntaka, mempercepat penyembuhan penyakit, meningkatkan kesucian.
3.3. Tirtha Penyakit Berat (auranya-merah menyala ; energi-dada terasa begetar)
3.4. Tirtha Pengulapan, (auranya-kuning kemerahan)
3.5. Tirtha Pengenteg Beras (auranya-kuning keputihan)
3.6. Tirtha Kesejahteraan Keluarga (auranya-putih)
TATACARA MELUKAT:
I. Tahap Pertama
1. Persiapkan pakaian yang sesuai untuk melukat
2. Haturkan pakeling/pejati ditempat yang telah disediakan dan canang sari disetiap pancuran yang akan dimohon berkahnya. Duduk sejenak, sampaikan permohonon dan tujuan melukat.
3. Untuk tahap pertama lakukan pengelukatan pada Tirtha Gering selama tiga kali berturut-turut pada hari yang berbeda
4. Pada setiap pancoran dilakukan dengan cara cuci muka tiga kali, berkumur tiga kali, minum sekali selanjutnya melukat selama tiga kali hitungan umur dengan cakupkan tangan didada sambil memanjatkan doa. Akhiri dengan puji syukur (matur suksme)
II. Tahap Kedua
Bila putaran pada tahap pertama sudah selesai, maka barulah dilakukan putaran tahap kedua dengan langkah-langkah sama seperti diatas dan diawali dari:
1. Tirtha Gering, Tirtha Leteh, Tirtha Penyakit Berat, Tirtha Pelebur Kutukan, Tirtha Pelebur Cor, Tirtha Sudamala, Tirtha Merta, Selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan;
2. Tirtha Penyakit Kulit, Tirtha Ketenangan Jiwa, Tirtha Rematik, Tirtha Gigi, Tirtha Sakit Tulang, Tirtha Asmara, Tirtha Ketenangan Emosi, Tirtha Penyakit Pernafasan, Tirtha Rambut.
II. Tahap Ketiga
Matur Suksme pada Beliau yang ber-Sthana di Pura Luhur Tirtha Empul, atas segala berkah dan kesembuhan yang telah diberikan.
(Disadur oleh : I Nyoman Sarna, SE)
(Pasemetonan Kharisma Madani)

Yoga Bekerja Mengatasi Stress






Nyoman Suryadhi bersama Gus TU
31 Maret
Bagaimana Yoga Bekerja Mengatasi Stress ?
.
Dalam hidup sehari-hari; otak, sistem saraf dan organ pengindra yang bisa jadi telah di bombardir secara terus menerus oleh aneka media, sampah audio-visual, entertaiment, pekerjaan yang menumpuk, target-target, rapat, polusi, kemacetan, sampah visual & berita, kebisingan, mengurus anak / orang lain dan posisi tubuh yang tidak ergonomis, dll ( terlebih lagi jika memiliki ganguan kesehatan, masalah ekonomi, keluarga, dll ). Dimana kesemua ini dapat sangat menguras waktu, potensi, emosi dan energi - menimbulkan ketegangan ( stress ) dan tekanan akan dialami oleh fisik, fisiologi maupun mental - emosional... Kekuatanya tergantung tingkat intensitasnya, jangka-lama dan saluran pelepasanya ( "knalpot" ).
.
Ketegangan atau stress yang berlebihan..berlama-lama dan tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan banyak masalah kesehatan baik fisik, mental, sosial, ekonomi dan spiritual. Mulai dari depresi, kejenuhan, perasaan hidup hampa, emosi negatif yang meningkat dan dapat menggangu keharmonisan hubungan dengan orang lain - rumah tangga, bahkan hingga menghilangnya minat hidup.
.
Stres, bagaimanapun itu merupakan bagian penting dan alami dalam kehidupan. Beberapa hal stress adalah baik untuk kita; itu menjadikan kita harus mengambil tindakan dan terkadang dapat menyelamatkan hidup ( ular berbisa, laba-laba beracun, ketingian, dll ). Respons stress ini secara medis dikenal sebagi mekanisme ‘melawan atau menghindar’. Adrenalin dipompakan kedalam system peredaran darah, jantung, pernafasan dan metabolisme tubuh mendadak meningkat, dan agen anti-cedera yang disebut cortisol menyerbu keluar kelenjar. System yang "kurang penting" dalam hal ini seperti imunitas dan pencernaan diturunkan aktifitasnya ( oleh sebab itu rentan "terkena" flu, masalah pencernaan sembelit - maag, ganguan immun, dll ).
.
Hormone stres yang tetap berada ditubuh menggangu system pencernaan dan daya tahan tubuh dan menguras banyak energi. Efek dalam jangka panjang hal ini sangatlah tidak baik untuk kesehatan fisik maupun mental dan dapat menjadi masalah yang serius. Stress yang berkepanjangan dapat memicu penyakit fisik dan mental yang serius seperti depresi, melankolia, kanker, hipertensi, osteoporosis, gangguan tidur, dll ( selain dapat mengangu / merugikan orang lain siapapun disekitanya - menimbulkan stress pada orang lain ). Terlalu banyak kerugian jika hal ini dibiarkan terus-menerus dan tidak segera ditangani dengan baik dan berkelanjutan melalui manajemen waktu & stress.
.
Stres dan hidup tidak dapat saling dipisahkan, Stres hanya bisa di atasi / dikendalikan.. artinya stress akan selalu muncul kembali dalam berbagai bentuk, media dan ukuran. Stress juga berarti tegang, baik dalam artian fisik maupun mental. Ketegangan timbul karena suatu keadaan yang nyata ( harfiah ) atupun tidak nyata ( halusinasi atau hanya pikiran saja-khawatir ). Kebalikan dari keadaan tegang atau stress adalah rileks, dimana keadaan tubuh maupun mental dalam status damai, tentram, nyaman, bebas dari rasa takut dan khawatir. Melalui latihan dan teknologi yang terdapat dalam yoga ( meditasi, asanas, relaksasi, yama-niyama dan teknik pernafasan, dll ) tubuh, pikiran dan kebiasaan diri di kondisikan sedemikian rupa agar berkebalikan dari keadaan stress - dalam keadaan rileks, nyaman-tentram dan fit. Yoga adalah knalpotnya Stress kehidupan - yoga ada agar hidup seimbang.
.
Siapkan dengan tulus tempat, waktu, tubuh dan pikiran anda hanya untuk pemulihan ( yoga ). Misalnya, jika pikiran anda melantur, loncat-loncat dan berbicara ( ngobrol ) sendiri tak terkendali harus di halau dan di giring fokus kembali pada latihan ( ini penting, selain melatih konsentrasi dan relaksasi hal ini jika tidak dilakukan akan membuat latihan anda tampak membosankan dan tidak berhasil maksimum ). Bernafas mendalam dan perlahan mengiatkan saraf-saraf anti stres; Pose-pose dengan peregangan yang statis, dinamis nan lembut pada otot-otot yang hiperaktif meloingarkan kekakuan, ketegangan dan kurang lancarnya sirkulasi darah. Didalam yoga, asanas merupakan salah satu 'knalpot' u/ mengeluarkan asap buangan ( stress ) yang paling efektif, efisien, aman dan simpel. Begitupun dengan Kiirtan, Dhyan, Pranayama, Yama-Niyama, dan lain sebagainya.
.
Mari kita berlatih yoga bersama, Yoga untuk kesehatan & peningkatkan daya-guna diri.. silahkan jelaskan dan ajak juga keluarga, saudara dan tetangga.. semoga bermanfaat bagi kita semua.


- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI

simbol dalam upacara perkawinan Hindu




simbol dalam upacara perkawinan di antaranya sebagai berikut:
1. Banten byakala, bertujuan untuk memisahkan (bya) unsur negatif (kala) dalam badan sehingga memunculkan kesucian yang diharapkan.
2. Sarana panglukatan, fungsinya menyuciken badan astral pasangan pengantin sehingga siap untuk melanjutkan ke jenjang grhasta asrama (kehidupan benimah tangga).
3. Melakukan persembahyangan yang ditujukan kepada Semara Ratih. Pemujaan ini bermakna memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi dalam manisfestasi sebagai Dewa Cinta (Dewa Kama dan Dewi Ratih) sebagai perwujudan cinta kasih, agar perkawinan itu diberkahi kelanggengan.
4. Simbol Kala Ngadeg, sebuah lambang dalam perkawinan terbuat dari pohon dadap (kayu sakti) atau ada yang menggunakan srumbu lanang wadon yang dihiasi pakaian, layaknya orang laki-perempuan. Kala ngadeg sebagai pertanda kokohnya pondasi perkawinan yang dibangun dan diharapkan bisa menyatu hingga akhir hayat.
5. Mategen-tegenan (alat memikul). Sarana ini diperuntukkan bagi pengantin pria yang umumnya dibuat menggunakan ranting pohon dadap atau menggunakan cangkul (dikaitkan dengan kondisi di Bali sebagai daerah agraris). Tegenan atau alat pikul ini dilengkapi buah dan umbi-umbian (pala bungkah dan pala gantung) dan diserahkan oleh orang tua laki-laki kepada pengantin laki. Makna yang bisa dipetik sebagai simbol penyerahan tanggung jawab orangtua kepada anaknya.
6. Alat dagangan (madagang-dagangan) untuk pengantin perempuan. Sarana ini dibuat
menggunakan wadah sebuah sok-sokan (bakul) khusus yang dinamakan sok panganten. Di dalamnya ada kelengkapan berupa barang dagangan sandang, pangan, ditambah beberapa bibit tanaman. Sarana ini diserahkan oleh mertua perempuan
kepada pengantin wanita sebagai lambang punyerahan tanggungjawab dalam memulai ke hidupan bermasyarakat, di samping mulai bertanggung jawab untuk mencari penghidupan sekaligus mengisi kehidupan ke depan dengan karma (perbuatan).
7. Damar pamebyan (lampu minyak kelapa), merupakan simbol penerangan agar dalam
mengarungi kehidupan berumah tangga kedua pasangan selalu pada kondisi terang,
tanpa mengalami kegelapan hati. Dengan begitu, bahtera rumah tangga bisa berjalan
baik.
8. Cemeti (pecut) yang terbuat dari lidi. Alat ini biasanya dipegang pasangan pengantin pria. Memiliki makna arah yang mesti dituju oleh pasangan mempelai dalam mencapai tujuan yang diidam-idamkan. Keduanya mesti selalu dalam kebersamaan, layaknya ikatan lidi sampat (sapu).
9. Matanjung sambuk. Sarana yang dipakai berupa sambuk (serabut kelapa) utuh. Sambuk ini ada yang belah tiga, ada juga dibelah lima. Di dalamnya berisi kwangen dengan 11 keteng uang kepeng dan sebutir telur bebek mentah diikat benang tiga warna. Sarana ini biasanya ditendang (matanjung) setiap kali pasangan memutar tempat upacara. Sambuk merupakan simbol mala (kotoran jasmani dan rohani, layaknya komponen yang ada dalam sambuk, yakni kulit kasar dan kulit halus. Jadi, jasmani maupun rohani harus dibersihkan agar benih yang disimbolkan dengan telur mentah bisa berwujud menjadi janin yang suci (itik/bebek disebut ulam suci) sehingga menghasilkan putra yang suputra.
10. Kekeb (alat penutup menanak nasi yang biasanya terbuat dan tanah hat yang dibakar). Kekeb dalam upacara perkawinan melambangkan bentuk kebersamaan kedua mempelai dalam mengarungi kehidupan. Mereka mesh selalu saling mendukung, saling memberi agar tujuan bersama bisa dicapai.
11. Benang putih yang dibentangkan di antara dua pohon dadap, mempakan simbol lepasnya pasangan yang bersangkutan dari masa lajang (brahmacari asrama) menuju masa grhasta asrama. Dalam menuju dan melakoni masa-masa berumah tangga tentu penuh lika-liku dan tanggung jawab yang harus diemban masing-masing pasangan.
12. Tikeh dadakan. Sarana ini dibuat dari daun pandan yang masih hijau yang dianyam layaknya tikar. Tapi, ukurannya kecil (± 25 cm). Tikeh dadakan merupakan simbol kewanitaan (vagina). Tikar ini nantinya akan dirobek pengantin pria menggunakan keris sebagai tanda pecah atau robeknya kewanitaan pengantin wanita, sehingga secara lahiriah pasangan yang bersangkutan sudah berhak melakukan hubungan badan (senggama).
13. Keris. Kehadiran keris dalam upacara perkawinan sebagai lambang kelaki-lakian (purusa). Benda ini akan dipakai merobek tikeh dadakan yang merupakan simbol pradana.
14. Bale oyodan (rumah-rumahan). Sarana ini dibuat menggunakan pelepah pisang, ada juga menggunakan tangkai daun keleki yang pada saat habis upacara akan dirusak oleh kedua pasangan. Bale oyodan memiliki makna bersatunya dua keluarga yang berbeda untuk membentuk suatu keluarga baru dengan restu kedua keluarga mempelai.
15. Mengitari tempat upacara tiga kali. Ini dikutip dari ajaran Weda, khususnya dalam Siwa Purana. Pada saat perkawinan Ganesa (putra Siwa dengan Parwati) saat melangsungkan perkawinan mengitari orang tuanya (Siwa dan Parwati) sebanyak tiga kali. Mengitari tiga kali tersebut sebagai simbol sahnya suatu upacara perkawinan, karena sudah mendapat restu orangtua (yang merupakan simbol Tuhan).
Inilah beberapa simbol upacara di dalam upacara perkawinan (wiwaha samskara) yang dapat diangkat dan masih banyak sejatinya lagi simbol-simbol lain yang bisa dijelaskan.
Dengan mengetahui simbol-simbol tadi, diharapkan menambah mantap dan khidmat kita dalam melaksanakan suatu upacara. Di samping dapat menepis cibiran orang lain yang mengatakan orang Bali berupacara mula keto (tanpa dasar).
Bahwa, apa yang selama ini dilakukan umat Hindu di Bali lewat pelaksanaan upacara, sesungguhnya berdasarkan pada norma-norma luhur yang bersumber dari Weda. Cuma, dalam penerapannya berpijak pada kearifan lokal dan dibahasakan dalam bentuk bebantenan,