Prabu Surawisesa adalah Putra Sri Baduga Maharaja dari Kentring Manik Mayang Sunda, Permaisuri keduanya.
Catatan ini selaras dengan kabar dari Tome Pires jika Raja Sunda (Sri Baduga) mempunyai dua Permaisuri. Permaisuri pertama sudah pasti Subang Larang, namun anak Subang Larang yang menjadi Putra Mahkota (Walangsungsang/pendiri Cirebon) keluar istana dan malah memeluk Islam sehingga secara adat haknya sebagai putra mahkota gugur dengan sendirinya.
Pada masa pemerintahannya, sebanyak 16 Negeri bawahan Pajajaran membangkang, namun Surawisesa berhasil menanganinya.
Belum juga pulih karena pemberontakan dalam negeri, Surawisesa lagi-lagi menghadapi invasi dari Cirebon & Demak. Wilayah-wilayah Pajajaran di Pesisir Utara dan Timur direbut oleh pasukan Demak dan Cirebon.
Meskipun bersekutu dengan Portugis, nyatanya bantuan dari Portugis tersebut telat dan tidak berdampak apa-apa bagi pertahanan Pajajaran.
Setelah kekalahan dalam perang dengan Cirebon dan Demak, Prabu Surawisesa yang tidak ingin kalah lebih dalam akhirnya menyodorkan surat ajakan damai Kepada Sunan Gunung Jati. Ajakan damai ditanggapi dan ditanda tangani kedua belah pihak pada 1531.
4 tahun setelah Perjanjian Damai Prabu Surawisesa wafat dan digantikan oleh anaknya Ratu Dewata sebagai Raja selanjutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar