Jumat, 26 Agustus 2016

Banten Pawiwahan



Banten pengantin perempuan 
Banten pengantin laki=laki 


Banten pengantin perempuan 
pihak perempuan hanya membuat banten ayaban di bale, boleh bebangkit boleh juga pregembal 



Banten pengantin laki=laki 



Tebasan ardanereswari 

Tebasan manik sekecap 


Medengen-dengen
tumpeng 11 n tebasan semara ratih 



Cara nanding 

Tebasan ardanereswari : tamas, kulit sayut, 2 tulung sangkur, tumpeng putih kuning meplekir, raka, peras tulung payasan, kojong rasmen, .....

Tebasan manik sekecap : tamas, kulit sayut, biu potong cekak 4 isi gula merah meplekir, 2 tulung sangkur, raka, peras tulung payasan, kojong rasmen, .....



Banten Pawiwahan 


banten mungah di sanggah
di natah/natab beten 
di bale 
di dapur 

banten mungah : pejati nunas thirta  
di sanggah: bayuhan
di natah/natab beten : tumpeng 11, medengen dengenan
di bale : pregembal
di dapur : pejati melukat capcapan
banten mungah : pejati nunas thirta, surya

pejati : 
surya pregembal : 

di sanggah: bayuhan: 

di natah/natab beten : tumpeng 11, medengen dengenan 
1 tanding tamas, tumpeng 1, raka,
4 tanding tamas, tumpeng 2, raka, 
1 tanding tamas, tumpeng guru,
2 tanding tamas, tumpeng 3 (biasa disebut penyeneng, 
1 tanding tumpeng 4 
1 tanding tumpeng 5
tebasan petemon

di bale : pregembal
 2 jerimpen
2 sayut 
1 nasin sayut
1 tebasan

di dapur : pejati melukat capcapan 

 tumpeng 11 
tp 2 
tp 2 
tp 2, panak 5, raka, 
tp 1 
tp 1,
tp 3 

Tebasan salah ukur :

kala ngadeg : 
pengambean munggah
santun
soroan suci n telor ayam mentah 


Medengen-dengen
tumpeng 11 n tebasan semara ratih  

ulu : 
pejati
prngambean
santun 2 yi : nyuh 2, taluh 2

awak : tumpeng 11 n tebasan semara ratih 

ikut :
soroan gereng
soroan cenik
daksina
bengawan penyarikan
biukaonan

upacara pernikahan
Terlihat mempelai laki-laki memikul tebu Dan cangkul, sedangkan mempelai perempuan membawa sok asi (tempat dari anyaman bambu).
Terlihat nuansa budaya agraris masih lekat dalam acara pernikahan ini. Cangkul, tebu dan sok asi tetap dipertahankan ditengah era digital ini.
Hanya yang menjadi trend baru 10 tahun terakhir ini pakaian sepasang mempelai pakaiannya bak sepasang raja dan ratu. Mungkin karena mereka menjadi raja dan ratu sehari.
Kemudian sepasang penganten ini mengitari banten/sarana upacara sebanyak tiga kali. Itu tanda mereka mengikat janji setia, layaknya upacara pernikahan mengitari api suci di India.
Seusai itu, rombongan warga yang jumlah ratusan mengantar kedua mempelai ke rumah orang tua perempuan, mereka membawa seserahan, berupa jajan, daging babi, ketupat, bantal dan banten.
Para pemuka masyarakat dari bendesa adat, kelian dinas dan tokoh masyarakat melakukan pembicaran menyatakan kedua mempelai sah secara adat dan dinas.
Diujung acara para tetua keluarga perempuan diberikan tembakau yang telah digulung dengan daun sirih yang disebut lekusan.
Ini menunjukan budaya nyirih sebagai simbolis kekeluargaan dan keakraban. Kedua pasang suami istri ini berarti telah bersatu sekaligus menyatukan kedua keluarga besar mereka menjadi lebih akrab.






Yen di Klungkung daratan ane luh ngabe sok dagangan cenik. Ane muani meblanje. To simbol ketemu purusa predana mesemaya (mejanji) kal nyaluk grehasta asrama. Ane muani ngabe keris noes tikeh pandan. Ceciren pusaka metu jeroning urangka. Simbol laki2 bertanggung jawab untuk rumah tangga baru.


- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI


MAKNA RITUAL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA HINDU
• Upacara Medengen-dengen (”mekala-kalaan”) merupakan bagian yang terpenting di dalam rangkaian upacara pawiwahan (perkawinan), karena pada upacara ini dilakukan 'pembersihan' terhadap kedua mempelai, terutama 'sukla-swanita' (bibitnya) dengan persaksian Ida Sanghyang Widhi dan juga krama adat.
• Kedua mempelai menyentuhkan kakinya pada 'Kala Sepetan', adalah merupakan suatu simbol untuk membersihkan diri, terutama ”suka-swanita”nya.
Kala Sepetan adalah sebuah bakul (”sok” dlm bahasa Bali), yang berisi ; telur ayam mentah, batu bulitan (batu hitam), kunir, keladi, andong, kapas, yang ditutupi serabut kelapa yang dibelah tiga dan diikat dengan benang ”Tri Datu” (benang 3 warna ; merah, putih, hitam), disisipi 3 batang lidi, ujung dadap 3 buah, yang masing-masing diikat dengan benang tri datu, dimana di dalam serabut itu diisi sebuah kwangen.
Buta Kala yang menerima sesajen dalam rangkaian upacara perkawinan dan juga Bakul beserta dengan perlengkapannya ini, adalah merupakan perwujudan ”Sang Kala Sepetan”.

• Upacara 'jual-beli' dengan menggunakan ”Bakul” (sok) yang berisi ; beras, bumbu-bumbuan, rempah-rempah (”anget-anget”), pohon kunir, keladi dan andong yang dilakukan kedua mempelai adalah merupakan suatu simbol saling memberikan / mengisi dan akhirnya tercapailah kata sepakat untuk membina rumah-tangga.
• Upacara merobek tikar, adalah merupakan simbol pemecahan selaput gadis dari mempelai perempuan. Tikar yang dimaksud adalah 'Tikeh Dadakan', yaitu sebuah tikar kecil yang terbuat dari daun pandan yang masih muda (hijau) dan dianggap sebagai kesucian dari mempelai wanita.
• Menanam kunir, keladi dan andong, adalah merupakan simbol untuk menanam bibit (mencari keturunan).
• Memutuskan benang putih pada 'pepegatan', adalah merupakan suatu simbol bahwa kedua mempelai telah melewati masa remajanya, dan kini mereka hidup dalam suasana yang baru yaitu sebagai pasangan suami-istri.
”Pepegatan” adalah ; dua buah cabang dadap (kayu sakti) yang ditancapkan agak berjauhan dari tempat upacara, yang keduanya kemudian dihubungkan dengan benang putih (”benang tukelan”).

• Upacara 'Ngeliwet', adalah merupakan simbol atau petunjuk, bahwa hendaknya sebagai suami-istri segala pekerjaan dilakukan bersama atau saling tolong-menolong, dan hasilnya dinikmati bersama pula.
• Upacara ”Natab”, adalah merupakan penyempurnaan di dalam rangkaian upacara perkawinan. Upacara Natab ini bertujuan untuk meningkatkan pembersihan yang telah dilakukan pada waktu dilakukannya upacara ”Medengen-dengen” atau ”Mekala-kalaan”.
• Upacara Mepejati (Mejauman), adalah untuk menentukan 'status' salah satu pihak.
Misalnya ; kalau jauman itu dibawa oleh pihak mempelai lelaki, maka mempelai wanita harus mohon diri (mepamit) kehadapan Dewa Hyang atau 'leluhurnya' di Sanggah / Mrajan-nya, dan juga keluarganya. Demikian juga sebaliknya, jika Jauman itu dibawa oleh pihak mempelai wanita, maka pihak mempelai lelaki harus mepamit kehadapan Dewa Hyang dan keluarganya, yang berarti pihak mempelai lelaki ”nyelosin” atau ”nyeburin” (nyentana) ke pihak mempelai wanita ••


- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar