Rabu, 28 September 2016

SEGEHAN






Dagang Banten Bali


Segehan berasal dari kata sege atau dalam bahasa jawa kuno sego yang artinya nasi, nasi sebagai sumber kehidupan dan sebagai rasa terimakasih kepada Ida Sang Hyang Parama Kawi.
Segehan adalah suguhan, dalam hal ini disuguhkan kepada Bhutakala atau sering juga disebut sebagai Ancangan iringan Para Bhatara dan Bhatari.
Bhutakala berasal dari kata Bhuta yang artinya pengisi semua ruang yaitu Panca Mahabhuta, sedangkan Kala adalah perputaran waktu sehingga terciptalah kehidupan di mayapada ini.
Segehan juga dapat diartikan sebagai lambang harmonisnya hubungan manusia dengan ciptaan Ida Sang Hyang Widhi yang lain (Palemahan).
Dengan segehan diharapkan dapat menetralisir dan menghilangkan pengaruh negatif dari ruang dan waktu, yang tak lain adalah akumulasi dari kotoran yang dihasilkan oleh pikiran, perkataan, dan perbuatan manusia dalam kurun waktu tertentu.
Segehan terdiri dari:
Nasi warna putih di timur.
Nasi warna merah di selatan.
Nasi warna kuning di barat.
Nasi warna hitam di utara.
Nasi warna berumbun (campuran keempat warna di atas) di tengah.
Segehan dilengkapi bawang (Brahma), jahe (Siwa), dan garam (Wisnu).
Jaman dulu segehan dihaturkan ketika bertepatan dengan Panca Wara kliwon (Setiap 5 hari sekali), namun seiring waktu segehan dihaturkan setiap hari biasanya pas sandikala atau menjelang malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar