Kamis, 25 Februari 2021

Catur Sanak, Empat Saudara Niskala yang Menemani Manusia hingga Mati






DITANAM: Proses penanaman Ari-Ari yang memiliki tujuan menyatukan pertiwi dan akasa guna memberikan keseimbangan perjalanan pada bayi. Ari-ari merupakan salah satu dari empat saudara atau Catur Sanak atau Bhanaspatiraja. (ISTIMEWA)





Dalam preses kehidupannya, manusia yang lahir ke dunia tidaklah sendiri. Seseorang dalam menjalani kehidupan keduniawian selalu ditemani empat saudara yang disebut Kandapat atau Catur Sanak.


Di Bali kepercayaan ini sangat kuat. Saudara-saudara yang tak kasat mata ini pun turut lahir mengikuti manusia, dan menemaninya hingga ajal menjemput.




Catur Sanak berasal dari kata Catur yang berarti empat, dan Sanak artinya keluarga atau saudara. Jadi Catur Sanak berarti empat saudara. Catur Sanak ini pun yang sering disebut Kandapat.


Awal mula adanya Catur Sanak ini yakni pada waktu lahir, pada saat yang sama juga lahir Sanghyang Panca Maha Butha dan Sanghyang Tiga Sakti. Sanghyang Tiga Sakti ketika meninggal menyatu dengan Bhuana Agung, dan kemudian dipuja semua makhluk. Sedangkan Sanghyang Panca Maha Bhuta menjadi pepatih di segala penjuru, sebagai pemelihara dunia, semua sakti tanpa ditandingi, bila di puja, diresapi, dan diyakini, ia masuk ke dalam badan manusia.

Menurut Pandita Mpu Putra Yoga Parama Daksa dari Griya Agung Batur Sari, Banjar Gambang, Mengwi, Badung, untuk memanggil saudara empat ini menggunakan mantra khusus. Pun bantennya pula. Fenomena saat ini, banyak orang yang mencari Tuhan tanpa mengetahui dimana dan kemana ujungnya.

Tak peduli jarak dan waktu yang ditempuh untuk mencari Tuhan yang keberadaannya jauh. Bahkan tidak bisa diukur dengan nalar. Namun banyak yang tidak menyadari, keberadaan Tuhan itu sendiri. Banyak pula yang menyatakan Tuhan ada dalam diri.

“Disinilah letaknya, Catur Sanak sendirilah yang dimkasud. Tuhan yang selalu mengikuti, dan yang selalu melindungi kemanapun seseorang pergi. Tuhan yang selalu menuntun saat seseorang melakukan aktivitasnya,” ungkap Mpu Yoga.

Empat saudara yang dikatakan mengikuti manusia sejak lahir hingga mati itu diantaranya, pertama Yeh Nyom. Yeh Nyom sama dengan air ketuban. Kelahirannya sebagai suadara pertama diyakini berstana di Pura Ulun Swi yang bergelar I Ratu Ngurah Tangkeb Langit.

Ia menjadi Dewa Sawah, Dewa Bumi dan Dewanya Binatang. Dalam tubuh manusia ia berstana di kulit berwujud Aamerta Sanjiwani. Dalam penyebutannya, saudara pertama ini disebut Sang Bhuta Anggapati. Aksara sucinya Sang dengan arah mata angin di Timur. Banten yang diperuntukkan untuk saudara pertama ini adalah ketipat dampulan dengan ikannya telur asin, canang pasucian, segehan kepelan putih, ikannya bawang jahe.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Saudara yang kedua adalah Getih atau darah. Saudara ini disebut Prajapati dengan aksara sucinya Bang. Memiliki warna merah dan arahnya ke Selatan. Kelahirannya dipercaya sebagai Dewa Hutan, Dewa Gunung, Dewa Jalan dan berstana sebagai patih di Pura Sada bergelar I Ratu Wayan Tebeng. Sesajinya atau bantennya adalah ketipat galeng dengan ikan telur itik, segehan kepelan barak, ikannya bawang jahe dan canang pesucian.

Saudara yang ketiga adalah placenta atau Lamas. Kelahirannya disebut Banaspati memiliki aksara Tang dan mengarah ke Barat. Kelahirannya dipercaya sebagai Dewa Kebun. Upacaranya diberikan banten ketipat gangsa dengan ikan sate gede, canang pasucian, segehan kepelan kuning dengan ikannya bawang jahe. Saudara ketiga ini bergelar I Ratu Nyoman Jelawung.

Dan saudara yang terakhir adalah Bhanaspatiraja atau ari-ari. Kelahirannya diberi gelar I Ratu Ketut Petung. Memiliki aksara Ang dan berstana di Pura Dalem. Upacaranya dengan membuat bebantenan yang terdiri dari ketipat gong dengan ikannya telur diguling, canang pesucian, segehan kepelan selem dengan ikannya bawang jahe, ditambah rokok dan sesari sebelas buah uang kepeng (pis bolong).

Catur Sanak dengan Dewata Nawa Sanga hanya berbeda sebutan saja, tetapi intinya sama. Sama-sama ada aksara sucinya yaitu Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, sehingga semua mengacu kepada yang kosong, yaitu Tuhan itu sendiri yang dalam Lontar Dalem tentang Catur Sana ini disebutkan, Galihing Kangkung, Tampaking Kuntul Angelayang, Lontar Tanpa Tulis, Segara Tanpa Tepi yang kesemua itu artinya kosong. Kosong itu sunyi, sunya atau Tuhan tanpa wujud.

Catur Sanak atau saudara empat ini akan selalu megikuti kemanapun manusia melangkah. Bisa melindungi seseorang tersebut, sebaliknya bisa juga mendatangkan petaka. Untuk mendapatkan perlindungannya, keempat saudara ini perlu disebut dengan nama mereka masing-masing, Anggapati, Prajapati, Banaspati dan Bhanaspatiraja. Entah pergi tidur atau hendak mandi, orang perlu menyebut mereka untuk melindunginya dari kekuatan jahat yang mencoba mendekat.



Sebaliknya bila orang melupakannya, orang akan mudah terkena bencana, badan akan mudah jatuh sakit dan bisa lupa ingatan. Keempat saudara ini bisa menjadi musuh yang jahat, yang bisa mendatangkan segala macam bencana dan penyakit.

Dengan memberi perhatian yang cukup dan kurban sajian yang cukup, mengundang mereka turut ambil bagian dalam makan dan minum, meminta mereka menjadi sahabat dalam apa yang dikerjakan atau kemana berpergian, mereka akan memberi imbalan dalam wujud kekuatan magis yang dibutuhkan. “Secara haris besarnya bisa dikatakan, mereka akan memberikan apapun sesuai dengan perlakuan kita terhadapnya,” tegasnya.

Pura Pangkung Pastu, Kawasan Angker yang Penuh Misteri






ANGKER : Pura Pangkung Pastu di Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, kawasan angker yang sering muncul kejadian aneh. (Dian Suryantini/Bali Express)





Desa Bulian, Kubutambahan, Buleleng, banyak menyimpan kisah unik dan mistis. Kawasan Pura Pangkung Pastu, salah satunya tempat yang konon terkenal sangat angker.


Seperti namanya, Pura Pangkung Pastu terletak di tepian pangkung atau sungai yang ada di pinggiran desa. Tepatnya berada di wilayah Dusun Dauh Margi, Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan.




Untuk menuju lokasi pura dapat diakses dengan sepeda motor sampai di homestay Bulian. Lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki mengikuti jalan setapak menuju pura sekitar 200 meter. Setelah itu, akan terlihat pohon besar yang menjulang tinggi. Nah, disanalah lokasi Pura Pangkung Pastu.




Saat mengunjungi pura ini, pamedek harus berhati-hati, apalagi sedang musim hujan karena jalanan licin.

Dahulu tidak ada palinggih yang dibangun di kawasan ini. Hanya ada satu buah batu besar yang merupakan pondasi dari palinggih terdahulu yang tersisa. Lantaran kayu besar di atasnya telah terbakar.

Menurut cerita para tetua desa setempat, keberadaan Pangkung Pastu tersebut karena konon Bulian adalah salah satu tempat yang terkena kutukan. Namun, entah kutukan apa yang dimkasud, tak ada yang tau.

"Ceritanya pun hanya dituturkan dari mulut ke mulut. Tak ada pula sumber tertulis yang menyinggung mengenai tempat itu," ungkap salah satu tokoh masyarakat Desa Bulian, I Gede Suardana Putra, kemarin.

“Desa Bulian itu adalah desa yang paling tua. Pangkung Pastu itu adanya dahulu karena Bulian kena pastu (kutuk) sebanyak tiga kali. Begitu yang diceritakan oleh panglingsir saya dahulu. Saya masih kecil. Tempat itu ada sebelum saya lahir. Bahkan, sebelum leluhur saya, sudah ada,” kata pria berusia 66 tahun ini.

Ada dua versi cerita yang beredar di masyarakat mengenai keberadaan Pangkung Pastu di Desa Bulian. Cerita pertama, dikatakan Desa Bulian itu pernah kena pastu atau kutukan. Jadi, pastuan itu akan berjalan sebanyak tujuh keturunan.

“Tujuh keturunan itu kan 700 tahun ditandai dengan penanaman pohon beringin pada 22 November 1320, pada saat Jro Pasek Bulian menegakkan kebenaran dan keadilan di desa ini. Saat itu Tumpek Kuningan Sasih Kalima. Itu pohonnya ada di sebelah rumah saya,” terang Suardana.

Sementara cerita kedua, yakni ketika ada orang yang datang dari arah barat, sampai arah Pangkung Pastu, maka orang itu bakal dicegat bila membawa sesuatu hal yang berbau magis ataupun dengan niatan kurang baik.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

“Kalau sudah lewat di kawasan Pangkung Pastu dengan tujuan tidak baik, tidak akan bisa lolos karena akan dipastu. Vibrasinya memang sangat kuat. Tenget (angker) sekali disana, kalau mau macam-macam, pasti ada saja kejadian menimpa yang bersangkutan,” ujarnya.

Tempat itu dikatakan angker, sebab banyak kejadian aneh yang kerap terjadi. Tidak saja terjadi di tempat itu, namun beberapa warga yang bermukim dekat pura juga terkadang merasakan aura magis yang sangat kuat.

Bahkan, pernah suatu hari terlihat seorang lelaki tua dengan rambut putih, duduk termenung menghadap ke selatan. Warga yang melihat pun tidak berani menyapa. Sebab, lelaki yang dilihat itu nampak aneh. Tidak seperti manusia pada umumnya. “ Di samping itu, ada juga ular poleng di sekitar sana,” jelasnya.

Disebutkannya, yang berstana di Pura Pangkung Pastu adalah Ratu Ayu Mas Magelung. Segala keinginan yang dimohon di tempat tersebut diyakini akan terkabul. “Yang namanya memohon dimana saja bisa. Asal meminta dengan ikhlas dan tulus, pasti akan diberikan anugerahnya. Tapi ya tidak instan, semua ada prosesnya juga,” ungkapnya.

Sebelum terdapat palinggih seperti saat ini, dahulu hanya ada satu palinggih berupa batu paras. Di depannya terdapat dua pohon besar. Satu pohon berada di tengah-tengah, dan satunya lagi berada tepat di ujung tebing.

Pohon besar yang berada di tengah-tengah tersebut kini telah ditebang warga, karena bermimpi penunggu di Pura Pangkung Pastu ingin dibuatkan palinggih. Sesaat setelah pohon itu ditebang, salah seorang warga lainnya bermimpi. Di mimpi itu terlihat seorang lelaki mengenakan busana adat putih kuning. Namun, tubuhnya terpotong-potong.

Kini hanya tersisa satu pohon saja di ujung tebing itu. “Dahulu palinggihnya ya batu, seperti paras. Di atasnya ada kayu. Karena kayunya terbakar, tinggal pondasinya saja sekarang,” tuturnya.

Rabu, 24 Februari 2021

KELAHIRAN SANAN EMPEG Hidup – Meninggal - Hidup


Kelahiran sanan empeg,  merupakan kelahiran melik.  Ciri dari kelahiran ini. Diapit saudara yang meninggal. Pengalaman kami dari ribuan, yang telah melaksanakan penebusan di Gedong Suci.  Ketika kecil anak ini akan agak nakal, saat remaja anak ini tergolong cerdas. Namun ketika tengah umur keatas biasanya nasibnya kurang baik, rejeki merosot, sakitnya tidak jelas, dan terkadang kebingungan di usia senja. 

Maka dari itu, untuk menetralisir hal itu terjadi, seyogyang dilakukan penebusan melik, yang diruwat oleh seorang Dalang Samirana, yang mempuni ( metaksu ). 

HATI HATI METEBUSIN MELIK,  JANGAN ASAL PRAGAT, ASAL PAEK, ASAL ENGGAL. NAMUN TIDAK SESUAI DENGAN SARIN SASTRA. BANYAK YANG METEBUSAN MELIK ULANG DI GEDONG SUCI, KARENA HAL INI YANG TIDAK DIKETAHUI.

Ada 5 Hal Yang Harus Benar Diperhatikan Saat Ingin Metebusan Melik, Agar Efeknya secara niskala memang baik, tidak hanya sekedar sremonial belaka. Di Gedong Suci Usadha Agung Bali Niskala, ribuan orang sudah melaksanakan penebusan segala jenis melik dan upacara lainnya. 

1. Karena umat sudah mengetahui, ruwatan melik itu menurut Sarinin Lontar Kala Tatwa,  wenang dilaksanakan oleh seorang dalang yang mempuni yang disebut Dalang Samirana. Artinya seorang dalang yang paham tentang Dharmaning Pewayangan, Penglukatan Asta Pungku dan Upacara Pemelikan. Wewenang itu diberikan oleh Ida Bhatara Kala, pada seorang Dalang, akibat kesalahannya memakan sajen seorang dalang yang belum di aturkan.  

Maka untuk menebus kesalahan itu, siapapun yang orang melik, jika sudah diruwat oleh seorang Dalang Samirana, ia akan terhindar dari mati salah pati ulah pati. 

2.  Seorang Dalang itu juga harus mempunyai TAKSU YANG BAIK. Terbuktikan oleh banyak punya murid dan banyak umat yang datang untuk melaksakan upacara. Agar mantra yang diucapkan benar “nyusup” pada orang yang diupakarai. Ciri kalau tidak/kurang mataksu, jarang/tidak akan ada orang yang mencari.


3.  Radius Penebusan Melik, akan sangat dasyat secara niskala jika di dudukung oleh tempat.  Misalnya langsung di Ajeng Sesuwunan, tidak dilapangan,parkiran atau tempat umum lainnya. Sama halnya seperti kita sembahyang di Pura dan di Lapangan, kan memang lain rasanya. Serta kebetulan penebusan melik langsung di Gedong Suci dilaksanakan di Ajeng 19 Sesuwunan yang melinggih di Gedong  Suci Usadha Agung Bali Niskala. 

4. Tapak Widhi, Saat Prosesi acara Penebusan, Ida Sesuwunan langsung tedun Napak Umat. Hingga yang kena gangguan niskala, misalnya di ganggu wong samar, cetik, pepasangan, bebai, akan langsung keluar di tempat, tanpa di sentuh Jro Dalang. 

Teman2 yang ikut nanti, tentu akan merasa merinding sekali, betapa sakralnya peristiwa itu, peserta mendadak kesurupan, memuntahkan cetik dan lain sebaigainya. INI TIDAK ADA DI TEMPAT LAIN KHUSUS DI GEDONG SUCI.

5. BANYAK YANG TIDAK TAU, Mana penebusan melik, mana bayuh oton, mana bayuh petemon, mana bayuh manusa kasakitan, mana bayuh manusa atma katuran dll. SERING KALI BAYUH OTON ITU DIANGGAP BAYUH MELIK. PADAHAL ITU UPAKARANYA BEDA, TEMPATNYA BEDA, TUJUANNYA BEDA, MANTRANYA PUN BEDA.  

INILAH ORANG MELIK YANG PATUT DITEBUSIN. 

Ada Beberapa Jenis Melik, Melik Adnyana, Melik Ceciren, Melik Kelahiran.

MELIK ADNYANA/WIDHI, Orang melik adnyana, biasanya diawali dengan mimpi mimpi ke Pura, Ketemu orang Pakain Putih, Ketemu Petapakan Bhatara ( Rangda atau Barong ), Mimpi bersenggama dengan orang tak dikenal/keluarga, Mimpi Mesiat dengan Leak. 

Celakanya kalau dia ( orang melik ) kalah dalam mesiat lawan LIak, besok ia akan sakit dan bahkan meninggal saat tidur. Orang melik adnyana biasanya berpotensi jadi Balian atau mangku kalau dia punya keturuan/waris mangku/balian dan senang belajar spiritual. Suatu saat ia akan bisa merasakan/melihat mahluk astral/halus.

MELIK CECIREN, orang melik ceciren ada tanda dalam tubuhnya, terkadang di dunia niskala atau di sekala kelihatan nya. 

TANDA TANDA MELIK CECIREN 

1.MELIK CAKRA, Artinya Ada  berupa salah satu sanjata dewata nawa sanga dalam tubuhnya, kadang hanya bisa dilihat tokoh spiritual atau kelihatan nyata di kulit. 

2. Kadengan Apit Wangke,  ada kadengan di kelamin/disekitaranya. Kadengan Celedung Nginyah ada di tengah tengah alis. 

3.Sujenan Di Bokong, 4. Rambut Putih Hanya Beberapa Helai Tak Bisa Hilang, 5. Rambut Gimbal, 6 Jari Tangan/Kaki Lebih, 7. Lidah Poleng, 8.Isuan Lebih dari satu dll. 

MELIK KELAHIRAN, melik ini disebabkan oleh kelahiran manusia itu sendiri.

Diantaranya :

1. Orang yang lahir di Wuku Wayang
2. Anak Tunggal ( tak bersaudara )
3. Tiba sampir ( anak yang lahir berkalungfkan tali pusar )
4. Tiba Angker ( anak yang lahir berbelit tali pusar/tidak menangis )
5. Jempina ( anak lahir premature )
6. Margana ( anak lahir ditengah perjalanan )
7. Wahana ( anak lahir ditengah keramaian )
8. Julungwangi ( anak lahir tatkala matahari terbit )
9. Julungsungsang ( anak lahir tatkala tepat tengah matahari )
10. Julung sarab / julung macan / julung caplok ( anak lahir menjelang matahari terbenam )
11. Walika ( orang kerdil )
12. Wujil ( orang cebol )
13. Kembar ( dua anak lahir bersamaan dalam sehari )
14. Buncing / Dampit ( dua anak beda jenis kelamin lahir bersamaan dalm sehari )
15. Tawang Gantungan ( anak kembar selisih satu hari )
16. Pancoran Apit Telaga ( tiga bersaurdara – perempuan – laki – perempuan )
17. Telaga Apit Pancoran ( laki – perempuan – laki )
18. Sanan Empeg ( anak lahir diapit saudaranya meninggal )
19. Pipilan ( Lima bersaurdara empat perempuan satu laki )
20. Padangon ( Lima bersaudara empat laki satu perempuan)
21.Lulang ( Bersaudara 2, Keduanya Perempuan )
22. Luluta ( Bersaudara 3, Ketiganya Lelaki )
23. Kedukan ( Bersaudara 3, Ketiganya perempuan )

Selain kelahiran melik ada juga beberapa kelahiran yang sangat memerlukan ruwatan khusus, untuk menetralisir efek negative kelahiran yang sangat lebih dominan mempengaruhi kelahiran seseorang.

Dari Kelahiran ini, sebenarnya ada yang indikasi melik, ada yang Lintang Panes, Membuat Rejeki  Merosot, Kesakitan, Mandul dll. Namun  tidak bisa kami jelaskan satu persatu, karena terlalu panjang penjabarannya. Untuk lebih jelasnya silahkan saja, datang ke tempat, sambil Ngelereh Sewitra, Nanti kita bahas bersama sama. 

Diantaranya : Redite Umanis, Redite Pon, Redite Kliwon, Coma Paing, Coma Pon, Anggara Umanis, Anggara Wage, Anggara Kliwon, Buda Umanis, Buda Wage, Buda Kliwon, Wraspati Umanis, Wraspati Pahing, Wraspati Pon, Wraspati Kliwon, Sukra Umanis, Sukra Umanis, Sukra Paing, Sukra Pon, Sukra Kliwon, Saniscara Umanis, Sanicara Wage, Sanicara Kliwon. 

BAGI TEMAN2 YANG INGIN IKUT ACARA INI, BISA JUGA DATANG KONSULTASI SAAT JADWAL BUKA

Selasa :  Pukul  19 :00 –21 : 00 Wita
Kamis  :  Pukul  19 :00 –21 : 00 Wita
Sabtu  :  Pukul   09:00 –12 : 00 Wita
Minggu:  Pukul   09:00 –12 : 00 Wita

Sarana Tangkil konsultasi : Pejati

GEDONG SUCI USADHA AGUNG BALI NISKALA
Banjar Pengosekan, Desa Mas, Kecamatan, Ubud, Kabupaten Gianyar.  Selatan Pura Desa dan Puseh, LIHAT PAPAN NAMA.

Kamis, 18 Februari 2021

Sanggah Kamulan fungsi dan pengertiannya

 




Sanggah Kamulan berasal dari 2 kata, "sanggah" berarti tempat pemujaan, dan "kamulan" berasal dari kata mūla yang berarti awal atau sumber. Jadi Sanggah Kamulan adalah tempat untuk memuja asal mula darimana manusia itu diciptakan, siapakah Beliau?⁣

"Pada kamulan kanan adalah ayahmu, Sang Parātmā. Pada kamulan kiri adalah ibumu, Sang Śivātmā. Pada kamulan tengah adalah Sang Hyang Ātmā (Tuhan), yaitu roh dari ayah dan ibu (yang telah) kembali ke Dalem (asal mula) menjadi Sang Hyang Tunggal" — Lontar: Tutur Gong Besi, lembar 3a⁣

Jadi, umat Hindu bersembahyang dihadapan Sanggah Kamulan tiada lain sedang memuja asal mula diri kita sendiri yaitu Bhaṭāra Hyang Guru (Tuhan Yang Maha Esa).⁣
Gong Besi lebih lanjut menyatakan, "Aku maraga lanang, meraga wadon, meraga daki, dadi aku meraga sawiji, nga. Aku Sang Hyang Tuduh, Sang Hyang Tunggal." — Aku berwujud laki-laki, juga berwujud perempuan, telah menjadi kotor (papā), beragalah Aku sebagai makhluk hidup. Namun sesungguhnya Aku esa tiada duanya. ⁣

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Adapun Lontar Śivāgama, lembar 328, menyiratkan begitu pentingnya Sanggah Kamulan dibangun sebagai satu-satunya pemujaan yang harus ada pada masing-masing pekarangan untuk memuja Bhaṭāra Dalem (Tuhan) sebagai Sang Hyang Ātmā.⁣
"Dia adalah Sang Hyang Paramawisesa dari Dalem Kawi. Kalian sehat berasal dari Dalem, penyakit dari Dalem, kehidupan dari Dalem, kematian juga dari Dalem. Dari Sang Hyang Pemutering Jagatlah asal mula segala sesuatu, menjadi beranekaragam oleh karena Dalem Sendiri." — Lontar: Tutur Gong Besi, lembar 3b.⁣
yo devānām prabhavaś co'dbhavaś ca
vīśvādhipo rudro maharṣiḥ
hiraṇyagarbham paśyata jāyamānam
sa no buddhyā śubhayā samyunaktu
"Dia adalah sumber dan darimana para devatā itu berasal, penguasa segalanya, Mahaṛṣi Rudra (Bhaṭāra Guru), yang mengawasi segala ciptaan alam semesta (Hiraṇya-garbha). Semoga Dia memberikan cahaya pengetahuan kepada kita." — Śvetāśvatara Upaniṣad (4.12)⁣
______________________________ ⁣
Part 2: Sanggah Kemulan sebagai media penghormatan kepada leluhur (bersambung)⁣
Photo: @ayomoto.id

Senin, 15 Februari 2021

KEUTAMAAN BELAJAR KANDA PAT

 


Berikut beberapa hal yang layak untuk dipertimbangkan agar kita lebih cepat dalam menguasai Kekuatan Gaib Kanda Pat :

1. Wajib memiliki Guru
Dalam dunia spiritual berdasarkan sumbernya Guru dibedakan menjadi 4 yaitu :
a. Guru Buku, berguru /belajar melalui kitab-kitab, lontar-lontar , atau riwayat kuno yang memang telah diwariskan secara turun temurun.
b. Guru Hidup, berguru atau belajar dari seseorang yang telah menerima wahyu/pewaris, telah mencapai tarap hidup yg tinggi dalam ilmu, memiliki kekuatan dan ilmu gaib, memiliki kepribadian baik, memiliki ketenangan jiwa dan sabar.
Karena saat kita dalam penggalian, ada saat dan ada hal yang tidak bisa kita mengerti, agar tidak tersesat dan salah kekaden, disinilah peranan Guru Hidup seperti pelita yang mencerahkan sangat diperlukan.
c. Guru Alam, berguru/belajar dari getaran-getaran alam dalam mengolah rasa, sehingga kita mampu mengenali getaran atau rasa yg ada disekitar kita, misal jika kita pergi ke suatu tempat, kebetulan tempat itu angker, ada pepasangan dll maka alam akan mengirimkan sinyal kepada kita, kita menerima sinyal itu dan menterjemahkannya kedalam rasa spt merinding, kesieng kesieng, dada terasa panas, pudak berat, dengan sinyal itu kita menjadi tahu bahwa tempat itu angker.
d. Guru Rahasia, biasanya disebut juga Guru Sejati, untuk bertemu dengan Guru Rahasia harus memiliki kesucian lahir batin. Semua orang memilikinya, tetapi tidak semua bisa menjumpainya, Dia berada di tempat yang rahasia...

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Agar cepat berhasil dalam belajar spiritual mininal kita memiliki 2 guru dari 4 guru yang ada yaitu Guru Buku dan Guru Hidup.
2. Kepercayaan yang kuat
Kepercayaan merupakan suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu ajaran spiritual adalah benar atau nyata, dan layak untuk dipelajari dan diresapi. Tanpa kepercayaan ini mustahil kita bisa memiliki Kekuatan Gaib Kanda Pat.
3. Ketekunan dalam menjalani
Ketekunan merupakan sikap keras dalam berusaha, kesungguhan dalam belajar dan keasyikan atau ada rasa kecintaan didalamnya. Berusaha keras dalam mengekang hawa nafsu, berusaha keras menyelesaikan tirakat/laku, bersungguh sungguh menjauhkan diri dari kenistaan.
4. Sabar.
Belajar spiritual harus dilatih sedikit demi sedikit (tinelatih amrih titik,) wening hening, tidak boleh kesusu (grasa grusu), harus dimengerti di dalam batin melalui olah rasa. Karena siapapun yang ingin memiliki kekuatan gaib Kanda Pat akan diuji oleh kekuatan itu sendiri. Geng yasa geng goda, semakin tinggi kekuatan gaib yg kita inginkan, semakin tinggi cobaan dan godaannya.
5. Tidak ngerusak pagar ayu
Tidak berselingkuh, mengurangi senggama.
Layak tidaknya kita mendapatkan Kekuatan Gaib Kanda Pat, tergantung dari usaha dan ketekunan kita dalam menjalani, karena itu "kesabaran" menjadi amat penting disini.
Sumber : Jaga Satru, Kanda Pat Sari, tuntunan Sembah Hyang Sri Empu Dwijananda
Sebelumnya dari lubuk hati yang terdalam izinkan tiang meminta maaf kepada Para Sepuh di Group niki, atas kelancangan tiang menulis beberapa saran yang mungkin layak untuk dipertimbangkan dalam belajar Kanda Pat, tidak ada niat sedikitpun untuk menggurui, hanya ingin berbagi cara dan jalan semoga bisa menjadi salah satu pilihan. Jika ada yang kurang mohon untuk ditambahkan!

Minggu, 14 Februari 2021

Kunci Suksesnya Suatu Yadnya Umat Hindu, Ini Penjelasannya






SERATI: Serati adalah salah satu dari tiga kunci yadnya umat Hindu. (ISTIMEWA)





Dalam pelaksanaan aktivitas ritual Agama Hindu, ada tiga komponen penting yang berperan dalam acara tersebut. Karena tanpa adanya peran serta ketiga komponen tersebut, maka upacara tersebut tidak bisa berlangsung, karena dalam prosesnya ketiga komponen ini memiliki kaitan yang tidak bisa dipisahkan.


Adapun ketiga komponen tersebut dikatakan Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, disebut dengan Tri Manggalaning Yadnya, yang terdiri dari Sang Sulinggih, Sang Tapuni dan Sang Yajamana. “Ketiga komponen ini sering kali disebut dengan Tri Manggalaning Yadnya, dan ketiga komponen ini harus ada dalam pelaksanaan aktivitas ritual,” ungkapnya.





Adapun fungsi dari ketiga komponen ini dikatakan Ida Rsi antara lain, Sang Sulinggih atau juga yang sering disebut Sang Wiku, yaitu orang yang bertugas untuk memuput atau sebagai pengantar upacara sehingga upacara tersebut bisa disebut selesai. Selanjutnya adalah Sang Tapini atau yang juga dikenal dengan nama Serati Banten ialah orang yang memiliki kemampuan dalam mempersiapkan upakara untuk upacara, sehingga upacara tersebut memiliki nama sesuai dengan upakara yang disiapkan oleh Sang Tapini.


CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Dan yang ketiga adalah Sang Yajamana atau Sang Adruwe Karya adalah orang-orang yang menyelenggarakan upacara atau dengan kata lain seseorang yang bertanggung jawab atas aktivitas upacara yang dilaksanakan. “Tugas dari Sang Yajamana ini adalah sebagai penggagas serta membiayai semua upacara yang diselenggarakan,” lanjut.

Namun disamping ketiga komponen tersebut, menurut Ida Rsi sebenarnya ada satu komponen lain yang tidak kalah penting dari ketiga komponen tersebut. Karena komponen ini sangat berperan dalam mensukseskan suatu upacara, baik itu ipacara agama upacara adat.

Adapun komponen yang dimaksud adalah prajuru adat, baik prajuru ini berupa keluhan banjar adat, maupun sebagai Jro Bendesa Adat. “Karena fungsi dari Prajuru adat ini adalah sebagai saksi dilangsungkannya suatu aktivitas ritual, khususnya dalam aktivitas upacara yang bersifat adat, seperti perkawinan dan kematian,” tambahnya.


Makna dan Simbolik Makala-Kalaan dalam Pewiwahan






PEWIWAHAN: Prosesi pernikahan umat Hindu di Bali. (ISTIMEWA)




Pawiwahan atau perkawinan merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap insan,termasuk juga umat Hindu. Pernikahan sekaligus mengakhiri masa Brahmacari Asrama dan memulai kehidupan pada tingkat Grhasta Asrama. Namun, kapan seseorang dikatakan sah berkeluarga?

Perkawinan atau Wiwaha adalah suatu upaya untuk mewujudkan tujuan hidup Grhasta Asrama. Tugas pokok dari Grhasta Asrama menurut lontar Agastya Parwa adalah mewujudkan suatu kehidupan yang disebut 'Yatha Sakti Kayika Dharma' yang artinya dengan kemampuan sendiri melaksanakan Dharma. Jadi, seorang Grhasta harus benar-benar mampu mandiri mewujudkan Dharma dalam kehidupan ini. "Kemandirian dan profesionalisme inilah yang harus benar-benar disiapkan oleh seorang Hindu yang ingin menempuh jenjang perkawinan," ujar Jro Mangku I Wayan Satra kepada Bali Express, Selasa (13/12/2016).

 
Satra menjelaskan, di dalam UU Perkawinan No 1 Tahun 1974, sahnya suatu perkawinan adalah sesuai hukum agama masing-masing. Jadi, bagi umat Hindu, melalui proses upacara agama yang disebut 'Makala-kalaan' (natab beten), biasanya dipuput oleh seorang pinandita.
Upacara ini dilaksanakan di halaman rumah (tengah natah) karena merupakan titik sentral kekuatan 'Kala Bhucari' sebagai penguasa wilayah madyaning mandala perumahan. Makala-kalaan berasal dari kata 'kala' yang berarti energi. Kala merupakan manifestasi kekuatan kama yang memiliki mutu keraksasaan (asuri sampad), sehingga dapat memberi pengaruh kepada pasangan pengantin yang biasa disebut dalam 'sebel kandel'.
Dengan upacara Makala-kalaan sebagai sarana penetralisasi (nyomia) kekuatan kala yang bersifat negatif agar menjadi kala hita atau untuk mengubah menjadi mutu kedewataan (Daiwi Sampad). "Dengan mohon panugrahan dari Sang Hyang Kala Bhucari, nyomia Sang Hyang Kala Nareswari menjadi Sang Hyang Semara Jaya dan Sang Hyang Semara Ratih," ujar Satra
Upacara Makala-Kalaan dimaknai sebagai pengesahan perkawinan kedua mempelai melalui proses penyucian, sekaligus menyucikan benih yang dikandung kedua mempelai yang berupa sukla (spermatozoa) dari pengantin laki dan wanita (ovum) dari pengantin wanita.
Lebih lanjut dijelaskan Satra, adapun alat-alat yang digunkan saat upacara Makala-Kalaan adalah Sanggah Surya yang di sebelah kanannya digantungkan Biyu Lalung dan di sebelah kiri sanggah digantungkan sebuah Kulkul berisi berem. Sanggah Surya merupakan niyasa (simbol) stana Sang Hyang Widhi Wasa, dalam hal ini merupakan stananya Dewa Surya dan Sang Hyang Semara Jaya dan Sang Hyang Semara Ratih.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI
 
Biyu Lalung adalah simbol kekuatan purusa dari Sang Hyang Widhi dan Sang Hyang Purusa ini bermanifestasi sebagai Sang Hyang Semara Jaya, sebagai Dewa Kebajikan, Ketampanan, Kebijaksanaan simbol pengantin pria. Kulkul berisi berem simbol kekuatan prakertinya Sang Hyang Widhi dan bermanifestasi sebagai Sang Hyang Semara Ratih, Dewa Kecantikan serta Kebijaksanaan simbol pengantin wanita.
Kelabang Kala Nareswari (Kala Badeg) sebagai simbol calon pengantin, yang diletakkan sebagai alas upakara Makala-kalaan serta diduduki oleh kedua calon pengantin. Tikeh Dadakan (tikar kecil) diduduki oleh pengantin wanita sebagai simbol selaput dara (hymen) dari wanita. Kalau dipandang dari sudut spiritual, Tikeh Dadakan adalah simbol kekuatan Sang Hyang Prakerti (kekuatan yoni). Selanjutnya, Keris sebagai kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan lingga) calon pengantin pria. Biasanya nyungklit keris dipandang dari sisi spritualnya sebagai lambang kepurusan dari pengantin pria.
Dalam Makala-kalaan dibuatkan juga benang putih sepanjang setengah meter, terdiri dari 12 bilahan benang menjadi satu. Pada kedua ujung benang masing-masing dikaitkan pada cabang pohon Dapdap setinggi 30 cm. Angka 12 berarti simbol dari sebel 12 hari yang diambil dari cerita dihukumnya Pandawa oleh Kurawa selama 12 tahun. Dengan upacara Makala-kalaan otomatis sebel pengantin yang disebut sebel kandalan menjadi sirna dengan upacara penyucian tersebut.
Perlengkapan lainnya adalah Tegen - tegenan, merupakan simbol dari pengambil alihan tanggung jawab sekala dan niskala. Suwun-suwunan (sarana jinjingan) melambangkan tugas wanita atau istri mengembangkan benih yang diberikan suami, diharapkan seperti pohon Kunir dan Talas berasal dari bibit yang kecil berkembang menjadi besar.
Sementara Dagang-dagangan melambangkan kesepakatan dari suami istri untuk membangun rumah tangga dan siap menanggung segala risiko yang timbul akibat perkawinan tersebut, seperti kesepakatan antar penjual dan pembeli dalam transaksi dagang.
Ada juga Sapu Lidi tiga batang merupakan simbol Tri Kaya Parisudha. Pengantin pria dan wanita saling mencermati satu sama lain, isyarat saling memperingatkan serta saling memacu agar selalu ingat dengan kewajiban melaksanakan Tri Rna dan agar tabah menghadapi cobaan dalam kehidupan rumah tangga.
Kemudian Sambuk Kupakan (serabut kelapa) adalah serabut kelapa dibelah tiga, di dalamnya diisi sebutir telor bebek, kemudian dicakup kembali di luarnya diikat dengan benang berwarna tiga (tri datu). Serabut kelapa berbelah tiga, simbol dari Triguna (satwam, rajas, tamas). Benang Tridatu simbol dari Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa), mengisyaratkan kesucian. Sedangkan Telor bebek menjadi simbol manik.
Proses selanjutnya, mempelai saling tendang serabut kelapa (matanjung Sambuk) sebanyak tiga kali, setelah itu secara simbolis diduduki oleh pengantin wanita. Hal ini bermakna, apabila mengalami perselisihan agar bisa saling mengalah, serta secara cepat di masing-masing individu menyadari langsung. Selalu ingat dengan penyucian diri, agar kekuatan Triguna dapat terkendali. Selesai upacara serabut, kalapa ini diletakkan di bawah tempat tidur mempelai.

Sedangkan Tetimpug Bambu tiga batang yang dibakar dengan api dayuh (daun kelapa kering), bertujuan memohon penyupatan dari Sang Hyang Brahma.
Upacara Makala-kalaan biasanya dilaksanakan pada sore hari. Hal ini dilakukan untuk mencari momentum keluarnya Bhuta Kala. Sebab, Sandi Kala dipercayai sebagai waktu keluarnya Bhuta Kala. "Kesuksesan pelaksanaan upacara ini mengutamakan kehadiran Tri Saksi, yakni saksi Dewa, Saksi Manusia, dan saksi Bhuta Kala," tutup Satra.