Minggu, 13 Desember 2020

Kumpulan Doa dalam Agama Hindu yang di Gunakan Sehari-Hari

 








Pada Waktu Bangun Pagi:

Om, Utedanim bhagavantah syamota prapitva uta madhye ahnam, utodinau madhvantan tsuryasya vayam devanam sumantausyama.(Atharva Veda III.16.4)

Artinya:

"Ya Tuhan Yang Maha Pemurah! Jadikanlah kami selalu bernasib baik pada pagi hari ini, menjelang tengah hari, apalagi matahari tepat di tengah-tengah dan seterusnya. Semoga para Dewa berkenaan menganugharkan rakhmat-Nya kepada kami".

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI


Menggosok Gigi

Om Cri Dewi Bhatrimsa Yogini namah

Artinya:

Om, sujud pada (sakti-Mu) Cri Dewi Bhatrimsa (dan) Yogini.




Membersihkan Mulut:

Om Um Phat astraya namah.

Artinya:

Om, sujud kepada Um, astra Phat (itu).




Mencuci Muka:

Om Um Waktra Paricuddha mam swaha.

Artinya:

Om, Om (dewi) membersihkan muka hamba.




Pada Waktu Mandi:

Om, Gangga-Amrta-Sarira Cuddha Mam Swaha.

Artinya:

Om, Amrta dari Gangga, membuat badan hamba suci.




Pada Waktu Berpakaian:

Kaupina Brahma-Samyuktah, mekhala Wisnu-Samsmrtah Antarwasewaro dewah, bandham astu Sada Ciwa.

Artinya:

Penutup berpakaian adalah Brahma, pengikat pinggang (adalah) Wisnu, penutup tubuh (oleh) Iswara (dan) Sada Ciwa pengikat semuanya.




Pada Waktu Makan:


Doa Mulai Makan

Om Anugraha Amertadi sanjivani ya namah svaha.

Artinya:

Ya Hyang Widhi, semoga makanan ini menjadi penghidupan hamba lahir bathin yang suci




Doa Selesai Makan

Om Dhirgayur astu, avighnam astu, subham astu, Om Sriyam bhavantu, purnam bhavantu, ksama sampurna ya namah svaha.

Artinya:

Ya Hyang Widhi, semoga makanan yang telah masuk ke dalam badan hamba memberi kekuatan, keselamatan, panjang umur dan tak kena halngan apapun. Demikian pula agar hamba mendapatkan kebahagiaan dan suka cita dengan sempurna.




Doa Selesai Makan, dapat pula menggunakan doa (mantra) berikut:

Om Annapate annasya no dehyanmi vasya susminah, pra-pra dataram taris urjam no dhehi dvipade catuspade. (Yajur Veda XI.83)

Artinya:

Ya Hyang Widhi, Engkau penguasa makanan, anugrahkanlah makanan ini memberikan kekuatan, menjauhkan dari penyakit. Selanjutnya bimbinglah kami, anugrahkanlah kekuatan kepada mahluk berkaki empat dan dua.




Doa saat melakukan Yadnya Sesa (Ngejot) :

"Om Sarva bhuta sukha pretebhyah svaha".

Artinya:

Ya Hyang Widhi, hamba berikan sedikit kepada sarwa bhuta agar tidak mengacau.




Mohon perlindungan:

Om Apasyam gopam anipadyamanam a ca para ca prthibhih carantam sa sadhricih sa visucir vasana.

Artinya:

Ya Tuhan! hamba memandang Engkau Maha Pelindung, yang terus bergerak tanpa berhenti, maju dan mundur di atas bumi. Ia yang mengenakan hiasan yang serba meriah, muncul dan mengembara terus bersama bumi ini.




Mohon kebenaran (jalan yang benar):

Om A visvadevam satpatim suktai adya vrnimahe stayasavam sawitaram.

Artinya:

Ya Tuhan Yang Maha Agung! dengan kidung kami memujaMu, Tuhan sumber kebaikan! Engkau Maha Cemerlang yang memiliki takdir yang maha benar.




Salam Penganjali

(salam penghormatan) :

Om Svastyastu.

Artinya:

Semoga selalu ada dalam keadaan baik (selamat) atas karunia Tuhan (Hyang Widhi Wasa).

Om santhi, Santhi, Santhi, Om.

Artinya:

Semoga damai, damai di dunia, damai di akhirat dan damai selalu.




Doa Memulai Sesuatu Kegiatan:

Om Avighnam astu namo sidham Om Sidhirastu tad astu astu svaha.

Artinya:

Ya Hyang Widhi, semoga atas perkenan-Mu tiada suatu halangan bagi kami memulai pekerjaan (kegiatan) ini dan semoga sukses.




Doa Mohon Inspirasi :
BACA JUGA
Asta Kosala dan Asta Bumi Arsitektur Bangunan Suci Sanggah dan Pura di Bali
Muput Piodalan Alit di Merajan / Sanggah
Muput Piodalan Alit di Merajan / Sanggah

Om Pra no devi sarasvati vajebhir vajinivati dhinam avinyavantu. (Rg Veda VI.61.4)

Artinya:

Ya Hyang Widhi, Hyang Saraswati Yang Maha Agung dan Kuasa, Engkau sebagai sumber ilmu pengetahuan, semoga Engkau memelihara kecerdasan kami.




Doa Memohon Kesehatan :

Om Vata a vatu bhesajam sambhu majobhu no hrde, pra na ayumsi tarisat. (Rg Veda X.1986.1) 

Artinya:

Ya hyang Widhi, semoga Wayu menghembuskan angin sejuk-Nya kepada kami. Wayu yang memberikan kesehatan dan kesejahteraan kepada kami. Semoga Ia memberikan umur panjang kepada kami.




Doa Mohon Bimbingan Spiritual :

Om Asato ma sadgamaya tamasoma ma tyotir gamaya mrtor ma amrtam gamaya. (Brh. Ar. Up. XL.15) 

Artinya:

Ya Hyang Widhi, bimbinglah kami dari yang tidak benar menuju yang benar. Bimbinglah kami dari kegelapan pikiran menuju cahaya (pengetahuan) yang terang. Bimbinglah kami dari kematian menuju kehidupan yang abadi.




Doa Mohon Kebahagiaan dan Keberuntungan :

Om sarve bhavantu sukhinah sarve santu niramayah sarve bhadrani pasyantu ma kascid duhkha bhag bhavet

Artinya:

Ya Hyang Widhi, semoga semuanya memperoleh kebahagiaan, semoga semuanya terbebas dari penderitaan, semoga semuanya dapat memperoleh keberuntungan, semoga tiada kedukaan.




Doa Memulai Belajar :

Om Agne naya supatha raye asman visvani deva vayunani vidvan, yuyodhyasmaj juhuranam eno bhuyistam te namauktim vidhema. (Rg Veda I.189.1)

Artinya:

Ya Hyang Widhi (Hyang Agni), tunjukkanlah kepada kami jalan yang benar untuk mencapai kesejahteraan; Hyang Widhi yang mengetahui semua kewajiban, lenyapkanlah dosa kami yang menyengsarakan kami. Kami memuja Engkau.


CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Doa Menghilangkan Rasa Takut :

Om Om Jaya jivad sarira raksan dadasi me, Om Mjum sah vaosat mrityun jaya namah svaha. 

Artinya:

Ya Hyang Widhi Yang Maha Jaya, yang mengatasi segala kematian, kami memuja-Mu. Lindungilah kami dari mara bahaya.




Doa Selesai Melakukan Kegiatan:


Om Deva suksma parama acintya ya namah svaha sarva karya prasidhantam. Om Shanti, Shanti, Shanti, Om.

Artinya:

Ya Hyang Widhi dalam wujud Parama Acintya yang maha gaib dan maka karya, atas rakhmat-Mu maka pekerjaan ini sukses. Semoga damai selalu.




Doa Sebelum Tidur :

Om Yajjagrato duram udaiti daivam tad u suptasya tatha iva iti, durangamam jyotisam jyotir ekam tanme manah siva samkalpam astu. (Yajur Veda XXXIV.1)

Artinya:

Ya hyang Widhi, Engkau nampak jauh dari orang yang tidur, nampak jauh dari orang yang terjaga. Engkau sinar utama, yang nampak jauh itu, semoga pikiran kami senantiasa mengarah kepada Engkau, yang baik itu.




Doa Untuk Ketabahan Hidup :

Om Krdhi na udhvarny carathaya jivase.

Artinya:

Ya Hyang Widhi, semoga kami bisa tetap tegak dalam perjalanan hidup kami.




Doa Untuk Orang Meninggal :

(yang disampaikan/diucapkan saat bela sungkawa):

Om vayur anilam amrtam athedam bhasmantam sariram Om krato smara, klie smara, krtam smara. (Yajur Veda XL.15)

Artinya:

Ya Hyang Widhi, Penguasa hidup, pada saat kematian ini semoga ia mengingat wijaksana suci Om, semoga ia mengingat Engkau Yang Maha Kuasa dan kekal abadi. Ingat pula kepada karmanya. Semoga ia mengetahui bahwa Atma adalah abadi dan badan ini akhirnya hancur menjadi abu.




Saat melihat atau mendengar orang meninggal :

Om svargantu, moksantu, sunyantu, murcantu, Om ksama sampurna ya namah svaha.

Artinya:

Ya Hyang Widhi, semogalah arwah almarhum mencapai sorga, manunggal dengan-Mu, mencapai keheningan tanpa suka-duka. Ampunilah ia, semoga sempurna atas Kemahakuasaan-Mu.




Saat Mengunjungi Orang Sakit :

Om sarva vighna sarva klesa, sarva lara roga vinasa ya namah.

Artinya:

Ya Hyang Widhi, semoga segala halangan, segala penyakit, segala penderitaan dan gangguan binasa oleh-Mu.




Doa Untuk Pembukaan Rapat (sidang) atau Seminar:

Om sam gacchadhvam sam vadadhvam sam vo manamsi janatam, devo bhagam yatha purve samjanana upasate. (Rg. Veda X.191.2)

samano mantrah samitih samani samanam manah saha cittam esam, samanam mantram abhi mantraye vah samanena vo havisa juhomi. (Rg Veda X.191.3)

samani va akutih samana hrdayani vah samanam astu vo mano yatha vah susahasati. (Rg Veda X.191.4)

Artinya:

Ya Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa), semogalah pertemuan dan rapat ini mencapai satu kesepakatan. Semoga tercapai tujuan bersama, kesepakatan bersama satu dalam pikiran menuju stau tujuan.

Ya Hyang Widhi, Engkau canangkan satu tujuan, tujuan bersama kami sekalian, kami adakan pemujaan dengan persembahan bersama, agar tujuan kami satu, seia dan sekata.




Doa Untuk Menutup Suatu Pertemuan :

Om dyauh santir antariksam santih prthiva santir apah santir osadhayah santih vanaspatayah santir visve devah santir brahma santih sarvam santih santir eva santih sa ma santir edhi. (Yayur Veda XXXVI.17)

Artinya:

Ya Hyang Widhi Yang Maha Kuasa, anugrahkanlah kedamaian di langit, damai di angkasa, damai di bumi, damai di air, damai pada tumbuh-tumbuhan, damai pada pepohonan, damai bagi para Dewata, damailah Brahma, damailah alam semesta, semogalah kedamaian senantiasa datang pada kami. 




Sumber : cakepane.blogspot.com

Bhagavadgita Bab XIV - Tiga Sifat Alam Material

 




- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

Bhagavadgita Bab XIV - Tiga Sifat Alam Material

Bhagavad-gita 14.1
14.1 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; sekali lagi Aku akan bersabda kepadamu tentang kebijaksanaan yang paling utama ini, yang paling baik di antara segala pengetahuan. Setelah menguasai pengetahuan ini, semua resi sudah mencapai kesempurnaan yang paling tinggi.

Bhagavad-gita 14.2
14.2 Dengan menjadi mantap dalam pengetahuan ini, seseorang dapat mencapai sifat rohani seperti sifat-Ku sendiri. Setelah menjadi mantap seperti itu, ia tidak dilahirkan pada masa ciptaan atau pun digoyahkan pada masa peleburan.

Bhagavad-gita 14.3
14.3 Seluruh bahan material, yang disebut Brahman, adalah sumber kelahiran, dan Aku menyebabkan Brahman itu mengandung, yang memungkinkan kelahiran semua makhluk hidup, wahai putera Bharata.

Bhagavad-gita 14.4
14.4 Hendaknya dimengerti bahwa segala jenis kehidupan dimungkinkan oleh kelahiran di alam material ini, dan bahwa Akulah ayah yang memberi benih, wahai putera Kunti.

Bhagavad-gita 14.5
14.5 Alam material terdiri dari tiga sifat-kebaikan, nafsu, dan kebodohan. Bila makhluk hidup yang kekal berhubungan dengan alam, ia diikat oleh sifat-sifat tersebut, wahai Arjuna yang berlengan perkasa.

Bhagavad-gita 14.6
14.6 Wahai yang tidak berdosa, sifat kebaikan lebih murni daripada sifat-sifat yang lain,. Karena itu, sifat kebaikan memberi penerangan dan membebaskan seseorang dari segala reaksi dosa. Orang yang mantap dalam sifat itu diikat oleh rasa kebahagiaan dan pengetahuan.

Bhagavad-gita 14.7
14.7 Sifat nafsu dilahirkan dari keinginan dan hasrat yang tidak terhingga, wahai putera Kunti. Karena itu, makhluk hidup di dalam badan terikat terhadap perbuatan material yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala.

Bhagavad-gita 14.8
14.8 Wahai putera Bharata, ketahuilah bahwa sifat kegelapan, yang dilahirkan dari kebodohan, adalah khayalan bagi semua makhluk hidup yang mempunyai badan. Akibat sifat ini adalah kegoncangan jiwa, sifat malas dan kecenderungan untuk tidur, yang mengikat roh yang terikat.

Bhagavad-gita 14.9
14.9 Wahai putera Bharata, sifat kebaikan mengikat seseorang pada kebahagiaan; nafsu mengikat dirinya pada kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala; dan kebodohan, yang menutupi pengetahuanya mengikat dirinya pada kegilaan.

Bhagavad-gita 14.10
14.10 Kadang-kadang sifat kebaikan menonjol, dan mengalahkan sifat nafsu dan kebodohan, wahai putera bharata. Kadang-kadang sifat nafsu mengalahkan sifat kebaikan dan kebodohan, dan pada waktu yang lain kebodohan mengalahkan kebaikan dan nafsu. Dengan cara demikian selalu ada persaingan untuk berkuasa.


Bhagavad-gita 14.11
14.11 Perwujudan-perwujudan sifat kebaikan dapat dialami bila pintu gerbang badan diterangi oleh pengetahuan.

Bhagavad-gita 14.12
14.12 Wahai yang paling utama di antara para putera keturunan Bharata, bila sifat nafsu meningkat, berkembanglah tanda-tanda ikatan yang besar, kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala, usaha yang keras sekali, keinginan dan hasrat yang tidak dapat dikendalikan.

Bhagavad-gita 14.13
BACA JUGA
Misteri Kutukan Ratu Gede Mecaling di Batuan
Asta Kosala dan Asta Bumi Arsitektur Bali, Fengshui Membangun Bangunan di Bali
Asta Kosala dan Asta Bumi Arsitektur Bangunan Suci Sanggah dan Pura di Bali14.13 Bila sifat kebodohan meningkat, terwujudlah kegelapan, malas-malasan, keadaan gila dan khayalan, wahai putera kuru.

Bhagavad-gita 14.14
14.14 Bila seseorang meninggal dalam sifat kebaikan, ia mencapai planet-planet murni yang lebih tinggi, tempat tinggal para resi yang mulia.

Bhagavad-gita 14.15
14.15 Bila seseorang meninggal dalam sifat nafsu , ia dilahirkan di tengah-tengah mereka yang sibuk dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil. Bila seseorang meninggal dalam sifat kebodohan, ia dilahirkan di kerajaan binatang.

Bhagavad-gita 14.16
14.16 Hasil perbuatan saleh bersifat murni dan dikatakan bersifat kebaikan. Tetapi perbuatan yang dilakukan dalam sifat nafsu mengakibatkan kesengsaraan, dan perbuatan yang dilakukan dalam sifat kebodohan mengakibatkan hal-hal yang bukan-bukan.

Bhagavad-gita 14.17
14.17 Pengetahuan yang sejati berkembang dari sifat yang sejati berkembang dari sifat kebaikan; loba berkembang dari sifat nafsu; dan kegiatan yang bukan-bukan, sifat gila dan khayalan berkembang dari sifat kebodohan.

Bhagavad-gita 14.18
14.18 Orang yang berada dalam sifat kebaikan berangsur-angsur naik sampai planet-planet yang lebih tinggi; orang yang berada dalam sifat nafsu hidup di planet-planet seperti bumi; orang yang berada dalam sifat kebodohan yang menjijikan turun memasuki dunia-dunia neraka.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Bhagavad-gita 14.19
14.19 Bila seseorang melihat dengan sebenarnya melihat bahwa dalam segala kegiatan tiada pelaku lain yang bekerja selain sifat-sifat alam tersebut dan ia mengenal Tuhan Yang Maha Esa, yang melampaui segala sifat tersebut, maka ia mencapai alam rohani-Ku.

Bhagavad-gita 14.20
14.20 Bila makhluk hidup di dalam badan dapat melampaui ke tiga sifat alam yang berhubungan dengan badan jasmani, ia dapat dibebaskan dari kelahiran, kematian, usia tua dan dukacitanya hingga ia dapat menikmati minuman kekekalan bahkan dalam kehidupan ini pun.

Bhagavad-gita 14.21
14.21 Arjuna berkata; O Tuhan yang hamba cintai, melalui tanda-tanda manakah kita dapat mengetahui orang yang melampaui tiga sifat alam tersebut? Bagaimana tingkah lakunya? Bagaimana cara melampaui sifat-sifat alam?

Bhagavad-gita 14.22
Bhagavad-gita 14.23
Bhagavad-gita 14.24
Bhagavad-gita 14.25
14.22 – 25 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Wahai putera Pandu, orang yang tidak membenci penerangan, ikatan, dan khayalan bila hal-hal itu ada ataupun merindukannya bila hal-hal itu lenyap; yang tidak pernah gelisah atau goyah selama ia mengalami segala reaksi sifat-sifat alam material, tetap netral dan rohani, dengan mengetahui bahwa hanya sifat-sifat itulah yang bergerak; mantap dalam sang diri dan memandang suka dan duka dengan sikap sama; memandang segumpal tanah, sebuah batu dan sebatang emas dengan pandangan yang sama; bersikap yang sama terhadap yang diinginkan dan yang tidak diinginkan; mantap, bersikap yang sama baik terhadap pujian maupun tuduhan, penghormatan maupun penghinaan; yang memperlakukan kawan dan musuh dengan cara yang sama; dan sudah melepaskan ikatan terhadap segala kegiatan segala kegiatan material- orang seperti itulah dikatakan sudah melampaui sifat-sifat alam.

Bhagavad-gita 14.26
14.26 Orang yang menekuni bhakti sepenuhnya, dan tidak gagal dalam segala keadaan, segera melampaui sifat-sifat alam material, dan dengan demikian mencapai tingkat Brahman.

Bhagavad-gita 14.27
14.27 Aku adalah sandaran Brahman yang tidak bersifat pribadi, yang bersifat kekal, tidak pernah mati, tidak dapat dimusnahkan dan bersifat kekal, kedudukan dasar kebahagiaan yang paling tinggi.

Sumber : cakepane.blogspot.com

Misteri Kutukan Ratu Gede Mecaling di Batuan

 




- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

Diceritakan pada abad ke 17, sosok penguasa Nusa Penida, yakni, Ida Ratu Gede Mecaling sempat tinggal di Desa Batuan, Sukawati, Gianyar. Selama tinggal disana Ia gemar melakukan semedi, agar tidak ada yang mengganggu maka ia menciptakan sebuah pagar gaib agar orang yang mendekatinya, menjadi ketakutan.

Hal ini membuat resah warga Batuan, maka I Dewa Agung Anom, Raja Sukawati kala itu mengutus Patih I Dewa Babi untuk mengusir I Gede Mecaling dari Desa Baturan. I Gede Mecaling menantang Dewa Babi untuk bertanding ilmu menggunakan sarana babi guling. Babi guling milik I Gede Mecaling kakinya diikat dengan tali pelepah pisang dan milik Dewa Babi diikat dengan tali benang. Guling siapa yang ikatannya putus pertama saat dipanggang maka harus meninggalkan Desa Batuan. Dalam adu ilmu tersebut, Ratu Gede Mecaling kalah dan akhirnya diusir dari Batuan dan kembali ke Nusa Penida.


Merasa dicurangi, Ratu Gede Mecaling mengutuk warga Batuan bahwa setiap Sasih Kelima (mulai besok) hingga Sasih Kepitu, pasukan mahkluk halus Ratu Gede Mecaling akan mencari tetadahan (tumbal) di Desa Batuan. Dan barangsiapa warga Batuan yang datang ke Nusa Penida dan mengaku dirinya dari Batuan akan celaka. Benar saja, setiap Sasih Kelima di Batuan ada saja yang meninggal tak wajar, Seorang Pemangku menyarankan pada sasih kalima sampai kesanga agar masyarakat tidur di bawah tempat tidur supaya dilihat seperti babi.

Lama-kelamaan warga merasa jenuh dengan bayang-bayang Ratu Gede Mecaling, Ida Bhatara yang berstana di Pura Desa Batuan memberikan bisikan kepada jro mangku untuk menyuguhkan tarian Rejang Sutri dan Gocekan sebagai penyambutan datangnya Ida Ratu Gede Mecaling bersama pasukan mahkluk halusnya ke Desa Batuan. Diharapkan dengan menonton tarian itu dapat meluluhkan dendam beliau.



Namun pada masa kini beberapa warga Batuan sudah sering melakukan persembahyangan ke Pura Dalem Ped Nusa Penida, tempat berstananya Ratu Gede Mecaling, dan tak terjadi apa-apa, semoga beliau melupakan kejadian masa lalu dan memberikan keselamatan kepada kita.

Menguak Misteri Manusia Bawa Panah Naik Gajah di Gedong Kirtya

 


KUNO : Gapura Gedong Kirtya saat diresmikan 14 September 1928 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Tempat naskah kuno ditata rapi, sehingga mudah menemukan yang dicari. (Dian Suryantini/Bali Express)





CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI



SINGARAJA, BALI EXPRESS-Naskah kuno yang sangat berguna di bidang keilmuan berupa lontar pada zaman Belanda, hingga kini banyak tersimpan rapi di Gedong Kirtya, Jalan Veteran 20, Singaraja.


Gedong yang diresmikan pada 14 September 1928 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ini, dahulunya dinamai Gedong Lifrind Vandertook.


Dijelaskan Dosen Sejarah Undhiksa, I Made Pageh, ide mengabadikan semua daun lontar yang berisikan tentang cerita dan ilmu pengetahuan itu, muncul dari cendekiawan Belanda, yakni F.A Lifrind dan Vander Took.


Keduanya merupakan penyelidik kebudayaan, adat istiadat dan bahasa Bali. Ide ini kemudian disambut Residen Bali dan Lombok dan juga cendikiawan Belanda L.J.J Caron, hingga terwujudlah pertemuan di Desa Kintamani, Kabupaten Bangli. 

Dari pertemuan itu terbentuk sebuah yayasan tempat penyimpanan lontar atau manuskrip. Yayasan lontar ini digalang Doktor Poerbadjaraka, Doktor WR Staterhaem, Doktor Goris, Doktor Pighaen dan Doktor Sheehoikess. 

Para cendekiawan ini dibantu pinandita dan raja-raja se-Bali. Mengingat kala itu Singaraja merupakan sebuah Ibukota Provinsi Sunda Kecil, maka yayasan itu didirikan di Buleleng pada 2 Juni 1928. 

“Kalon adalah seorang residen Bali-Lombok pada saat itu, dia mendirikan Gedong Kirtya itu dalam usahanya menghargai jasa seorang cendikiawan Belanda yang banyak melakukan penelitian, penyelidikan, dan kajian tentang Bali, yaitu dua tokoh besar yang dihormati itu adalah F.A Lifrind dan Vander Took,” jelasnya.

Di samping itu, pendirian Gedong Kirtya juga untuk menghormati tokoh besar yang banyak melakukan penelitian ini. Seperti kajian dan penelitian di bidang kebudayaan Bali, bahasa Bali, adat istiadat Bali. Sehingga muncul keinginan dari Caron untuk mengumpulkan hasil kajian guna dijadikan bahan pelajaran, sehingga lebih monumental. 



Hasil-hasil budaya, terutama artefak yang berupa lontar, tutur, dan sebagainya yang memang dijadikan pedoman hidup oleh orang Bali dikumpulkan di Gedong Kirtya, terutama adalah lontar-lontar yang tersebar di daerah Bali dan Lombok. 

Bali dalam artian umum, baik Bali Utara maupun Bali Selatan, Lombok terutama yang banyak di Lombok Barat, termasuk lontar-lontar yang tertulis dalam bahasa Sasak. 

“Tiga bulan kemudian, yaitu pada 14 September 1928 baru diresmikan penggunaannya secara resmi oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yang ada di Batavia pada saat itu. Gubernur Jenderal yang berkedudukan di Batavia (Jakarta) datang ke Bali untuk meresmikan,” tuturnya.

Pageh menjelaskan, perubahan nama Gedong Lifrind Vandertook menjadi Gedong Kertya, tak lain karena orang Bali kesulitan melafalkan nama asing. Hasil-hasil kajian akademis, termasuk hasil-hasil sumber ilmu pengetahuan tradisional dalam bentuk lontar dan tutur, sesungguhnya memang mulanya diberi nama Gedong Lifrind Vandertook. 

"Tetapi ketika Buleleng diperintah seorang Raja Gusti Putu Jelantik dari tahun 1937 atau 1940-an, maka kata Gedong Lifrind Vandertook itu ditambah dibelakangnya dengan kata Kirtya. Kirtya (Kerthi) yang artinya Yasa. Nangun Kerthi artinya Nangun Yasa, Miasa. Lambat laun akhirnya menjadi Gedong Kirtya. 

“Itu mungkin berkaitan dengan lidah Bali yang tidak terbiasa dengan kata asing. Umumnya membuang yang likad (sulit) untuk dibicarakan, sehingga diperpendek menjadi Gedong Kirtya. Gedong sudah popular di masyarakat, Kirtya lebih popular lagi. Sedangkan Vandertook hanya beberapa orang mungkin yang kenal,” katanya.

Nah, jika diperhatikan pada bagian pintu gerbang (angkul-angkul) Gedong Kirtya terlihat pahatan manusia menaiki gajah dengan busur panah di tangannya, kemudian membunuh musuhnya, dan orang yang kena panah itu pun mati. Gambar ini diperlihatkan dengan monogram atau Chandra Sengkala. 

Adapun makna simbol gambar tersebut diantaranya bahwa manusia merupakan simbol angka satu, gajah simbol angka delapan, panah simbol angka lima, dan orang mati nilainya 0. Jadi, kalau dibaca tahun Icakanya adalah Icaka 1850. 

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

“Kalau kita masuk Gedong Kirtya itu, kanan kiri di pintu masuk tergambar manusia menunggang gajah. Manusia yang menunggang gajah itu memegang busur panah yang anak panahnya mengenai manusia yang tergambar di pintu sebelahnya, sehingga manusia itu mati," urainya.

Kalau itu diartikan ke tahun Caka, lanjutnya, maka akan menjadi manusia bernilai satu berasal dari manu, manah atau pikiran, satu. Setelah itu, gajah asta, asti. Ingat istilah Karang Asti atau Karang Gajah? Asta itu sama dengan delapan. Kemudian panah itu lima sama denga Panca. Panah itu diambil dari Panca Tirta. Sedangkan orang mati itu 0. Sehingga mejadi 1850 Caka. 

Jika itu dibawa ke Masehi, maka ditambah 78 menjadi 1928. Dan, itu adalah tonggak sejarah. "Namun sayang saat ini gambar tersebut tidak ada, sudah dicat,” paparnya.

Diakuinya, dahulu banyak yang beranggapan ketika memasuki Gedong Kirtya, maka dianggap berkeinginan untuk melajah ngaleak, melajah dadi balian. 

"Itu merupakan anggapan kuno dan tidak modern. Karena sesungguhnya banyak ilmu tersimpan dalam Gedong Kirtya yang tersirat dalam ribuan lontar di dalamnya. Gedong Kirtya yang telah berusia ratusan tahun menyimpan banyak guratan sejarah Buleleng, bahkan Bali," urainya.

Dalam Gedong Kirtya tersimpan 5.200 salinan lontar dan terdapat koleksi lontar sebanyak 1.808 cakep. Dari ribuan koleksi tersebut, diklasifikasikn menjadi tujuh, yakni Lontar Weda, Agama, Wariga, Itihasa, Babad, Tantri, dan Lelampahan. 

(bx/dhi/rin/JPR)

Nganteb Piodalan Alit

 





- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

Persiapan Muput Piodalan Alit


Muput Tirta Gede (Sapta Gangga)
Ambil sekar.
Om om rahpaht astra ya namah (sekare pentil kearep)


Ambil dupa.
Om ang dupa astra ya namah


Ambil sekar.
Om bayu sabda idep sudhanta nirwiggnam ya namah
Om sidhi ya namah (pentil sekere kepedewekan)


Ambil dupa.
Om om wisnu alungguh haneng sesantun bhatara guru anugraha
Ingsun sakeluwiring tinuja den insun tan amiruda ring sira (dupane celekang ring daksina)



Ambil sekar.
O mom rahphat astray an namah
Om mang iswara ya namah
Om puspadanta ya amerta
Sampalaya ya namah (sekere pulang ke rerean/sangku)


Ambil dupa
Om rum kewaca ya namah (sekere pentil kearep)


Ambil sekar (pangastawa Sapta Gangga)
Om sang Gangga ya namah
Om sang Sindhu ya namah
Om sang Saraswati ya namah
Om sang Erawati ya namah
Om sang Garoda ya namah
Om sang Sandisuta ya namah
Om sang Narmada ya namah (setiap mantra bait mantra mengambil sekar, dan masukkan ke keren/sangku)


Setelah selesai muput tirta Gede, kemudian dipercikan:
Om jum siwa sampurna ya namah
Om ang namah, om ung namah, om mang namah
Om ing namah
Om rang ring sah prama siwa amerta sampalawya ya namah swaha
Om rahpat astray a namah angilangaken sarwe mala petaka ya namah
Om basme idam purnam gohya angilangaken sarwe mala petaka ya namah
Om puspa danta ya namah


Ngawit Nanggen Genta
Om omkara sadaciwa stah,
jagatnata hitangkarah abiwada wadanyah,
genta sabda prakasyate.
BACA JUGA
Kamus Hindu Bali
Misteri Kutukan Ratu Gede Mecaling di Batuan
Asta Kosala dan Asta Bumi Arsitektur Bali, Fengshui Membangun Bangunan di Bali
Genta sabda mahesratah, Omkara parikirtitah candranadha
Bindu nedatam, spulingga Siwatatwatca
Om gentayur pujiate deah,
arbawa bawa karmasu waradah labda sandeyah
warasidhi nir............sancayam
Om Mang Om Ang................
Om Ang Om Mang......Om Om namah (......Suara genta)


Ambil cendana bija.
Om Ang Kang kasulkaya ya namah swaha (pentil kearep)


Ngastawa Tirta
Om Gangga Sindhu sarswati suyamuna gondawari,
narmada kaweri serayu,
mahendra tenaya candrawati wemuka.
Badra netrawati maha suranadhi kasya tascaya,
punyaih purna jalih samudra saitaih,
kurwantu mamanggalam.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Om Sarwa pertiwi Brahma, Wisnu,
Iswara Dewan Dewa putra
Narmadha sarwada suda klesa suda petaka.

Om awignam astu tatastu ya namah swaha
Om Sudantu satu tatastu astu ya namah swaha
Om purnamtu astu tatastu astu ya namah swaha
Om sukantu astu tatastu astu ya namah swaha
Om sriyantu astu tatastu astu ya namah swaha
Om rang ringsah paramasiwa aditya ya namah swaha.


Pengurip Tirta
Om utpeti surasca, utpeti nawa gorasca,
utpeti wiserti warinem,
Om dirgayu ayu werdi,
sakti karanam mertyu jaya sarwata roga
diksnam, kusta derestam kalasem parabha
candra bhaswaram.


Jaya-Jaya Tirtha
Om mertyu jaya dewasya,
yanamami karnu kartayet dirgayusan suwe peptu,
sabrama wijaya bawet.


Om iyate menggalam mertyu stala satru winesanem
kawi wesya rakta tiyem, sarwa bawa bawet bawat.
Om ekasudha, saptawisudha.


Om sudha sudha wariwastu tatastu astu ya namah
Om awignem astu tatastu astu ya namah
Om sriyam bawantu tatastu astu yan namah
Om suciantu ya namah.
Om sri gundi suci nirmala ya namah
Om kung kumara bija ya namah
Om puspa danta ya namah
Om agni ragenir jotir jotir
Dupa dipastra ya samara tayem ya namah swaha.


Sumber : cakepane.blogspot.com

Lahir Melik Bukan Kutukan, Anugerah yang Berisiko, Ini Penjelasannya

 








BALI EXPRESS, DENPASAR - Seseorang yang terlahir Melik, konon terbatas dalam kehidupan kesehariannya. Bahkan, kerap dinilai tak berumur panjang. Kenapa disebut Melik, apakah anugerah atau sebaliknya?

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Begitu banyak mitos di masyarakat yang memaparkan tentang kelahiran dengan kondisi Melik. Dalam lontar Purwa Gama menjelaskan, seseorang yang terlahir dengan kondisi Melik memiliki rerajahan tertentu yang dibawanya sejak lahir. Rerajahan yang umumnya berbentuk senjata para dewa itu dikatakan akan menyebabkan kematian.



Melik merupakan suatu anugerah energi ketuhanan atau energi kesidhian yang dibawa seseorang karena karma yang dibawanya ke kehidupan saat ini.


Ida Pandita Mpu Putra Yoga Parama Daksa menjelaskan, umumnya mereka yang terlahir Melik memiliki energi kesidhian jauh lebih besar dibanding mereka yang terlahir biasa. Hal itu bisa disebabkan karena karma. “Ada banyak kemungkinan, bisa jadi karena memang anugerah yang diturunkan begitu saja padanya, atau bisa juga di kehidupan sebelumnya dia penekun spiritual yang bisa berlatih prana atau yoga, sehingga ketika reinkarnasi kembali ia terlahir membawa energi yang sama,” ungkap
sulinggih dari Griya Mengwi ini.


Secara kasat mata, lanjutnya, sangat susah mengetahui apakah seseorang terlahir Melik atau tidak, karena mereka yang terlahir Melik secara fisik tak ada perbedaan berarti dibanding orang kebanyakan. Dalam lontar Purwa Gama, terdapat beberapa caciren atau ciri – ciri seseorang dikatakan Melik, diantaranya memiliki tanda lahir berupa rerajahan senjata para dewa.

“Tanda lahirnya berbentuk gatra, cakra, trisula, dan masih banyak lagi. Nah kadang tak hanya berbentuk senjata para dewa, rerajahan tersebut juga berbentuk unsur seperti api air dan unsur Panca Mahabhuta lainnya," terangnya.



Dikatakannya, ada beberapa kasus di mana tanda lahir tersebut justru tak dibawa hingga dewasa. "Maka itu para ibu harus teliti memperhatikan anaknya, apakah Melik atau tidak. Karena semakin cepat mengetahui seseorang terlahir Melik semakin cepat bisa Mabayuh,” ujarnya.


Dalam lontar Purwa Gama juga dijelaskan, anak yang terlahir Melik dicirikan juga dengan kondisi ketika lahir terlilit dengan tali pusar, ada juga yang terlahir dengan memiliki usehan lebih dari satu.


Mereka yang Melik juga dicirikan dengan memiliki rambut yang gimbal serta memiliki warna lidah yang berbeda, seperti ada warna kehitaman pada daun lidah. “Ciri – ciri seseorang dikatakan Melik itu relatif, kadang ada yang hanya memiliki salah satunya contohnya terlahir dengan tali pusar yang melilit. Ada juga yang memiliki ciri itu hingga dua atau lebih ciri yang disebutkan dalam lontar,” ungkapnya.

Sulinggih yang sangat gemar dengan sepakbola ini, memaparkan, seseorang yang terlahir Melik biasanya terbawa karena karma yang ia bawa dari kehidupan sebelumnya. “Mereka yang terlahir Melik biasanya orang – orang pilihan. Kalau masyarakat umum bilang Melik itu memiliki Sixsenses atau orang dengan indra keenam. Bisa saja di kehidupan yang dulu orang tersebut memiliki karma yang bagus, bisa juga dia seorang spiritualis,” ujarnya.


Sulinggih berperawakan tinggi ini juga menjelaskan, mereka yang terlahir Melik sangat riskan, memiliki umur yang pendek. “Memang rata – rata ia yang terlahir dengan anugerah itu umurnya pendek. Malah tak jarang penyebab kematiannya karena salah pati. Tapi hal itu bisa dinetralisasi dengan melaksanakan upacara Mabayuh,” ungkapnya.


Mabayuh merupakan sebuah upacara yang bertujuan untuk menetralisasi kekuatan negatif dan mensinergikan energi yang ada pada Bhuana Agung serta Bhuana Alit. “ Mereka yang Melik, energi mereka justru berkebalikan dengan energi alam atau Bhuana Agung yang seharusnya bersinergi. Karena itu jika tidak Mabayuh akan berbahaya,” ungkapnya.


Ketika ditanya apakah ada tata cara tertentu merawat anak dengan kelahiran Melik? Ayah dari dua orang anak ini, mengungkapkan, memiliki anak dengan kelebihan memang harus lebih telaten. “Kalau larangan khusus tidak ada, hanya saja memang cara memperlakukan mereka yang lahir Melik agak sedikit berbeda,” ujarnya. Menurutnya, berbeda yang dimaksudkan adalah dengan menjaga perilaku serta pola hidup si anak. “Mereka yang terlahir dengan kelebihan itu biasanya memiliki atman yang setingkat lebih suci, ibaratnya dia sudah bersih. Nah untuk itu harus ekstra dijaga. Dari pola makannya, perilakunya, dan pola pikirnya,” ungkapnya.


Lebiih jauh ia menjelaskan, jika memiliki anak yang terlahir Melik, orang tuanya harus sering mengajaknya malukat, untuk makanan sebisa mungkin mengurangi daging yang berkaki empat, khususnya sapi, babi ataupun kambing. “Makanannya harus dijaga, jangan bermain ke tempat – tempat yang dianggap tenget dan harus lebih banyak sembahyang dan belajar ilmu agama,” ungkapnya. Ia menegaskan bahwa orang tua yang memiliki anak yang terlahir Melik, bukanlah sebuah kutukan, Melik itu anugerah.

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

"Melik itu sebuah anugerah yang berisiko. Namun, risiko itu dapat ditanggulangi dengan cara Mabayuh. Kalau ada yang bilang Melik dapat dihilangkan itu salah. Melik tidak dapat dibuang atau dihilangkan, namun energinya dapat dinetralkan. Makanya harus rajin malukat, rajin sembahyang," terangnya. Bagi orang tua, lanjutnya, agar memperhatikan anaknya dengan teliti dan mengenali tanda tandanya. Bila diketahui Melik agar segera mebayuh agar tidak terlambat.

(bx/tya/rin/yes/JPR)

- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar

Pura Perjuangan,Tonggak Sejarah Perjuangan Warga Sumberklampok

 






PALINGGIH: Pura Perjuangan di Desa Sumberklampok, Buleleng, dan Jro Mangku Ketut Kasih. (Dian Suryantini/Bali Express)

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

SINGARAJA, BALU EXPRESS-Berdirinya Pura Perjuangan pada tahun 1991 di Banjar Sumberbatok, Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, tidak terlepas dari sejarah terbentuknya desa. 


Sejauh yang bisa ditelusuri, Desa Sumberklampok disebut berawal dari tahun1922. Ketika itu kawasan tersebut masih hutan belantara dan belum berpenghuni. 





DI masa penjajahan Belanda kala itu, datang orang Belanda benama AW Remmert bermaksud membuka hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa di hutan Bali Barat. 


“Awalnya AW Remmert terdampar di sebuah pulau yang bernama Pulau Menjangan dan berlabuh ke teluk yang kemudian disebut dengan Teluk Terima,” tutur Jro Mangku Ketut Kasih, Pemangku Pura Perjuangan Desa Sumberklampok, kemarin.

AW Remmert yang dibantu para pekerjanya dari Pulau Madura sebanyak sekitar 62 orang pekerja, lanjutnya, kemudian membuka hutan. Setelah hutan dibuka, lalu ditanami kelapa, pisang, dan tanaman rempah. Daerah itu pun diberi nama Gedebung Bunyu. 

Ternyata tidak hanya AW Remmert yang membuka hutan, Johan J.Powneel dan Gerrit Van Schermbeek, juga ikut membuka hutan untuk menjadikan kawasan tersebut areal perkebunan kelapa dan kapuk. 

Kemudian sekitar tahun 1930, izin perkebunan (Persil Onderneming) pun diberikan Pemerintah Belanda. “Pada saat Jepang menjajah Indonesia setelah Belanda, dan merusak semua tatanan pemukiman yang ada. Bahkan, diharuskan menggunakan karung goni, sampai mengonsumsi singkong setiap harinya, dan saat itu juga terjadi wabah malaria hebat,” tuturnya.

Kondisi tersebut tidak jauh berubah setelah Indonesia merdeka, semua perkebunan dikuasai perusahaan-perusahaan perkebunan yang mengelola, dan beberapa pergantian perusahaan perkebunan, hingga yang terakhir mengelola yakni PT Margarana dan Dharma Jati. 

Kondisi itu akhirnya membuat masyarakat merasa terusir secara pelan-pelan, serta dibatasinya lingkup jangkauan masyarakat, seperti pada bidang pertanian dan kesejahteraannya. Terlebih setelah Indonesia merdeka, semakin tahun akhirnya banyak penduduk berdatangan, seperti dari daerah Madura, Banyuwangi, Pulau Nusa, dan Karangasem. 



Terkait perubahan nama Gedebung Bunyu menjadi Sumberklampok, dikatakan Jro Mangku Ketut Kasih, itu terkait dengan nama Gedebung Bunyu yang dinilai tidak membawa berkah, dan dirasa akan memengaruhi kehidupan masyarakatnya. 

Sedangkan pemilihan nama Sumberklampok sebagai pengganti nama desa sebelumnya, dikarenakan banyaknya pohon Jambu Klampoak yang tumbuh, dan dibawahnya terdapat sumber mata air yang sering dikonsumsi warga, serta digunakan untuk keperluan sehari-hari, walaupun rasa airnya agak payau.

Penghapusan nama Gedebung Bunyu itu terjadi pada tahun 1991, saat kepemimpinan Gubernur Bali Ida Bagus Oka. Sedangkan seluruh masyarakat yang tidak berasal dari desa tersebut, diminta untuk kembali ke daerah asalnya. 

Saat itu, tanah peninggalan Belanda yang sudah dikuasai masyarakat, juga diajukan ke Agraria Pusat. “Dahulu yang asalnya dari luar desa dikembalikan. Yang dari Madura, pulang ke Madura. Yang dari Nusa balik ke Nusa. Karena tanah peninggalan Belanda atau tanah AGEO ini sudah dikuasai warga desa,” jelasnya. 

Karena itulah, keberadaan Pura Perjuangan disebut menjadi bukti perjuangan masyarakat Desa Sumberklampok untuk memperjuangkan tanah yang mereka tempati hingga kini. 

Menariknya, disebutkan jika dahulunya dalam satu banjar, warga di Sumberklampok terdata di dua desa berbeda, yakni Desa Sumberkima dan Pejarakan. Untuk warga yang beragama Hindu, mereka masuk ke dalam Desa Sumberkima. Sedangkan warga beragama Islam masuk ke Desa Pejarakan. 

Namun, dengan berjalannya waktu, dan atas saran pemuka masyarakat, maka pada tahun 1967 untuk pertama kalinya diadakan pemilihan kepala desa. Bahkan, pada 1 Juni 1967, Desa Sumberklampok diakui menjadi sebuah desa, dengan kepala desa pertama bernama Pawiro Sentono. 

Sejak saat itu mulai dibangun gedung sekolah dasar, kantor desa, tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya. Selain itu, sejak saat itu pula, pemerintah mulai melihat keberadaan Desa Sumberklampok dengan mendatangkan sumbangan untuk pembangunan desa. 

Sedangkan saat ini secara administratif Desa Sumberklampok dibagi menjadi tiga dusun, yakni Tegal Bunder, Sumberklampok, dan Sumberbatok. Sedangkan satu banjar, yaitu Teluk Terima menjadi satu dusun dengan Sumberbatok.

(bx/dhi/rin/JPR)

https://baliexpress.jawapos.com/read/2020/11/15/224798/pura-perjuangantonggak-sejarah-perjuangan-warga-sumberklampok